Scroll untuk membaca artikel
Siswanto
Rabu, 30 Desember 2020 | 11:27 WIB
Tri Rismaharini dilantik Presiden Joko Widodo sebagai Menteri Sosial RI, Rabu 23 Desember 2020 / [Foto: Laily Rachev - Biro Pers Sekretariat Presiden]

SuaraJawaTengah.id - Analis politik Rustam Ibrahim menilai dalam sejarah politik di Indonesia, ada dua wali kota yang tingkat kepuasan warganya mencapai lebih dari 90 persen (versi survei).

Pertama, menurut Rustam, Joko Widodo ketika masih menjabat wali kota Solo. Kedua, Tri Rismaharini ketika masih memimpin Kota Surabaya.

Setelah berhasil memimpin Kota Solo, oleh PDI Perjuangan, Jokowi dibawa ke Jakarta untuk diusung ke pemilihan gubernur dan hasilnya menang.

Jokowi kemudian menjadi Presiden dan sekarang memasuki periode kedua.

Baca Juga: Aksi Blusukan Risma ke Kolong Jembatan Dikomentari Ketua DPRD DKI Jakarta

Bagaimana dengan Risma yang juga kader PDI Perjuangan, apakah akan diusung partainya ke pilkada Jakarta tahun 2022? Ini yang menjadi pertanyaan Rustam Ibrahim di Twitter-nya.

"Apakah Risma akan mengikuti jejak langkah Jokowi 2022?" kata dia.

Analis politik Universitas Al Azhar Indonesia, Ujang Komarudin, sebelumnya juga memprediksi adanya kemungkinan Risma  kelak ditargetkan untuk maju ke pemilihan gubernur Jakarta.

"Bisa saja seperti itu dengan catatan pilkada di 2022-nya diadakan. Saat ini kan pilkada di 2022 diundur ke 2024. Bisa saja mengubah UU-nya agar pilkada bisa terlaksana di 2022," kata Ujang kepada Suara.com, Selasa (22/12/2020).

Menurut prediksi Ujang, jika kader PDI Perjuangan itu kelak diikutkan ke pilkada Jakarta (tahun 2022), bisa saja kemudian dia diusung menjadi kandidat presiden pada pemilu 2024.

Baca Juga: Jadi Mensos, Risma Langsung Blusukan ke Jakarta: "Sudah Lama Ditunggu"

"Bisa saja ada target yang hendak diraih PDIP di Provinsi DKI Jakarta. Karena PDIP menang di DKI Jakarta. Tapi gubernurnya didukung partai lain," ujar Ujang.

Jika dugaan itu benar, menurut Ujang, langkah PDIP akan mengulang sejarah Joko Widodo.

Ujang menegaskan kalaupun nantinya skenario politik seperti itu, keputusan tetap berada di tangan rakyat.

"Sepertinya skenarionya seperti itu. Itu bisa saja skenario PDIP. Tapi skenario rakyat kan bisa berbeda," ujar Ujang.

Hasil survei

Rustam Ibrahim menunjukkan hasil survei yang dirilis lembaga Saiful Mujani Research and Consulting pada November 2020 lalu yang mencatat sebanyak 97 persen warga Surabaya puas terhadap kinerja Risma yang sudah dua periode memimpin.

"Tentu catatan ini sangat tinggi dan luar biasa karena warga puas dengan kinerja wali kota," ujar Direktur Riset SMRC Deni Irvani melalui forum diskusi virtual bertema "Peluang Calon-Calon Wali Kota dalam Pilkada Surabaya," Minggu lalu.

Ia merinci, dari 97 persen itu terbagi masing-masing 59 persen mengaku sangat puas dengan kinerja Tri Rismaharini, lalu 38 persen cukup puas, 2 persen kurang puas dan 1 persen tidak tahu atau tidak jawab.

Bahkan, kata dia, warga Surabaya yang merasa tidak puas sama sekali terhadap kinerja Risma nihil atau nol persen.

Disinggung pengaruh Risma di pilkada Surabaya 2020, khususnya untuk mendongkrak suara pasangan calon Eri Cahyadi-Armudji, Deni Irvani tak menampik dan diakuinya sangat berpengaruh.

"Saya melakukan analisis lebih dalam, dan ternyata memang ada pengaruh. Ada hubungan antara elektabilitas calon (Eri Cahyadi), dengan penilaian kinerja Bu Risma. Artinya, warga yang puas kinerja Bu Risma cenderung memilih Eri, dan sebaliknya, yang kurang puas cenderung memilih Machfud Arifin," katanya.

Karena yang merasa puas dengan kinerja Risma lebih tinggi, lanjut Deni, maka sangat menguntungkan pasangan Eri Cahyadi-Armudji.

Sementara itu, survei digelar pada 11-18 November 2020 dengan sampel sebanyak 820 responden yang diwawancara secara tatap muka.

Responden dipilih melalui metode multistage random sampling, lalu toleransi kesalahan (margin of error) diperkirakan sekitar 3,5 persen, dengan tingkat kepercayaan 95 persen.

Load More