Scroll untuk membaca artikel
Budi Arista Romadhoni
Senin, 18 Januari 2021 | 10:35 WIB
Agung Eko Saat di Vihara 2500 Buddha Jayanti Bukit Wungkal Kasap, Banyumanik, Kota Semarang (Suara.com/Dafi Yusuf) 

SuaraJawaTengah.id - Malam itu hati Agung Eko (66) benar-benar terguncang. Terbesit di hatinya ingin kembali ke Indonesia meski sudah 35 tahun hidup di New York, Amerika sebagai peneliti senior algoritma kanker. 

Meski sudah mapan di Amerika, dia ingin pulang ke Indonesia untuk mendalami laku spiritual. Singkat cerita, dia memilih menjaga Vihara 2500 Buddha Jayanti Bukit Wungkal Kasap, Banyumanik, Kota Semarang

Tepatnya, pada 2016 Agung memilih pulang ke Indonesia. Laku spiritual merupakan impiannya sejak dulu. Sebenarnya, sejak tahun 1987 dia sudah memiliki cita-cita tersebut. 

"Saat itu saya sudah berusia 30 tahun, saya bercita-cita ingin mendalami spiritual," jelasnya saat ditemui di Vihara 2500 Buddha Jayanti Bukit Wungkal Kasap, Senin (18/1/2021). 

Baca Juga: Al Maliki, Pria Penuh Tato yang Jadi Hafiz Quran: Saya Tak Ingin Hapus Tato

Namun, Agung tak hanya mempunyai satu cita-cita. Selain ingin menjalani laku spiritual, dia juga ingin menjadi peneliti yang bermanfaat. Agar kedua cita-cita nya tercapai, Agung memilih menyelesaikan cita-citanya menjadi peneliti dulu.

"Akhirnya, saya sudah menjadi peneliti senior di Amerika. Sekarang tinggal cita-cita kedua, " katanya. 

Ketika menjadi peneliti di Amerika, dia harus bersaing dengan peneliti-peneliti dari Negara Paman Sam yang terkenal sangat disiplin. Dia bersyukur, dapat mencapai peneliti senior. 

Dia cukup puas, lantaran Memorial Sloan Kettering Cancer Center ( MSK atau MSKCC)  merupakan sebuah lembaga penelitian kanker yang cukup prestisius di New York, Amerika Serikat.

"MSK merupakan lembaga penelitian yang cukup prestisius di Amerika," ujarnya. 

Baca Juga: Pantang Menyerah, Pengusaha Lobster Ini Tetap Untung Rp45 Juta Per Bulan

Setelah puas menjadi peneliti senior di MSK, dia memilih pulang ke Indonesia tahun 2013. Namun, selama 2013 hingga 2016 Agung masih bolak-balik Indonesia-Amerika untuk menuntaskan suatu tugas. 

Di antara tahun itu pula, Agung sempat membantu Fisikawan Indonesia, Yohanes Surya untuk mendirikan sebuah lembaga di bidang Fisika selama satu tahun. 

"Setelah membantu teman saya itu selesai, saya fokus ke laku spiritual saya lagi," katanya. 

Sampai saat ini, dia sedang melakukan meditasi untuk menjauhi keramaian Kota Semarang di Vihara 2500 Buddha Jayanti Bukit Wungkal Kasap untuk mempertajam laku spiritualnya. 

"Saya menemukan tempat yang begitu tenang di Wungkal Kasap," imbuhnya. 

Menurutnya, hidup tak hanya soal materi saja. Namun, naluri spiritual juga harus diasah salah satunya adalah melalui meditasi di Wungkal Kasap. 

"Hidup itu bukan soal materi saja, spiritual juga harus diasah," katanya. 

Saat ini, dia sudah menjadi guru meditasi di Pudak Payung dan Vihara 2500 Budhha Jayanti, Bukit Wungkal Kasap. Bahkan, dia sudah mempunyai murid dari unsur masyarakat dengan usia belasan tahun hingga manula. 

"Saya memilih Vihara 2500 Buddha Jayanti karena dari segi fisik kawasan tersebut dikelilingi hutan dan suara gemercik air sungai sangat jelas terdengar," imbuhnya. 

Seperti diketahui, Vihara Buddha Jayanti didirkan oleh Bhikkhu putra pertama Indonesia, bernama Ashin Jinarakkhitha yang diupasampada (ditahbis) di Myanmar pada awal tahun 1954, lalu kembali ke Indonesia pada tahun 1955.

Adapun pembangunan vihara itu berlangsung selama 2 tahun yakni sejak 1957 hingga 1959. Proses pembangunannya dibantu oleh warga Pakintelan yang dulunya mayoritas memeluk agama Buddha.

Kontributor : Dafi Yusuf

Load More