“Sebelum air diambil, dibuka dulu sebagai pengiring kendi itu ada tarian Pawitra. Pawitra itu penyucian. Ini mengingatkan bahwa air itu selain juga sebagai simbol kehidupan untuk minum dan makan juga dipakai sebagai sarana penyucian,” kata Gepeng Nugroho.
Tiba di lokasi Sendang Kedawung, kembali digelar tarian yang menceritakan fungsi penting mata air ini dulu bagi warga. Air lalu diwadahi kendi-kendi untuk kembali diarak menuju pusat prosesi di lapangan tengah Dusun Dawung.
Di lapangan tengah, banyu sendang dicampur dengan air biasa yang telah disiapkan dalam wadah-wadah besar. Setelah kembali tarian Pawitra dipertunjukan, aba-aba dari sesepuh dusun menandai dimulainya perang air.
Suasana berubah riuh. Warga saling siram dan melempar air yang disertai gelak tawa riang. Tidak ada marah dan benci yang muncul saat prosesi ini berlangsung.
“Dalam acara ini justru semakin banyak orang diserang, semakin ada kegembiraan yang luar biasa. Filosofinya, betapa indah kehidupan itu ketika dalam interaksi sosial penuh dengan rasa maaf dan keakraban. Itu kasarannya, kita mau pisuh-pisuhan saja asik. Tidak sakit hati.”
Menurut Gepeng Nugroho, perlahan warga mulai memahami maksud ritual budaya Bajong Banyu. Meski pada awalnya tudingan miring warga mengira ritual ini bermaksud klenik.
“Ya muncul nyinyiran musrik dan lain-lain. Masyarakat yang berfikir seperti itu kami dekati. Kami mempertanggung jawabkan yang secara visual kami lakukan. Apa yang secara kegiatan kami lakukan,” kata Gepeng Nugroho.
Sekarang warga mulai tergerak ikut menjaga kelestarian Sendang Kedawung. Mereka mulai merasakan manfaat sendang bukan hanya dari sisi lingkungan, namun juga ekonomi melalui wisata.
“Itu yang melatarbelakangi saya pingin kemudian mengemas bahwa kemudian ada daya tarik. Harapan saya sederhana, masyarakat biar kemudian handarbeni atau merasa memiliki Sendang Kedawung.”
Baca Juga: Disuntik Vaksin, Bupati Rembang Abdul Hafidz: Lebih Sakit Ditampar Istri
Tahun lalu ritual tradisi Bajong Banyu ditiadakan. Pandemi Covid-19 tidak memungkinkan pelaksanaan acara yang berpotensi menyebabkan kerumunan. Tahun ini Gepeng Nugroho berharap situasi berangsur normal, sehingga acara dapat kembali digelar.
Kontributor : Angga Haksoro Ardi
Berita Terkait
Terpopuler
- Naksir Avanza Tahun 2015? Harga Tinggal Segini, Intip Pajak dan Spesifikasi Lengkap
- 5 Krim Kolagen Terbaik yang Bikin Wajah Kencang, Cocok untuk Usia 30 Tahun ke Atas
- 7 Rekomendasi Ban Motor Anti Slip dan Tidak Cepat Botak, Cocok Buat Ojol
- 5 Mobil Bekas Senyaman Karimun Budget Rp60 Jutaan untuk Anak Kuliah
- 5 Rekomendasi Bedak Waterproof Terbaik, Anti Luntur Saat Musim Hujan
Pilihan
-
Google Munculkan Peringatan saat Pencarian Bencana Banjir dan Longsor
-
Google Year in Search 2025: Dari Budaya Timur hingga AI, Purbaya dan Ahmad Sahroni Ikut Jadi Sorotan
-
Seberapa Kaya Haji Halim? Crazy Rich dengan Kerajaan Kekayaan tapi Didakwa Rp127 Miliar
-
Toba Pulp Lestari Dituding Biang Kerok Bencana, Ini Fakta Perusahaan, Pemilik dan Reaksi Luhut
-
Viral Bupati Bireuen Sebut Tanah Banjir Cocok Ditanami Sawit, Tuai Kecaman Publik
Terkini
-
SIG Dukung Batam Jadi Percontohan Pengembangan Fondasi Mobilitas & Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan
-
Pertamina Patra Niaga Regional Jawa Bagian Tengah Kirim 29 AMT untuk Pemulihan Suplai di Sumatera
-
4 Link Saldo DANA Kaget Jumat Berkah: Raih Kesempatan Rp129 Ribu!
-
Skandal PSSI Jateng Memanas: Johar Lin Eng Diduga Jadi 'Sutradara' Safari Politik Khairul Anwar
-
8 Tempat Camping di Magelang untuk Wisata Akhir Pekan Syahdu Anti Bising Kota