Budi Arista Romadhoni
Selasa, 26 Januari 2021 | 14:19 WIB
Diperas Oknum Polisi Rp90 Juta, Peternak Ayam Petelur di Banyumas Demo
Peternak ayam petelur bersama karyawannya berunjuk rasa terkait dugaan pemerasan yang dilakukan oleh oknum kepolisian di kandang ayam Putrya Jaya Farm, Desa Limpakuwus, Kecamatan Sumbang, Kabupaten Banyumas, Selasa (26/1/2021). (Suara.com/Anang Firmansyah)

SuaraJawaTengah.id - Pengusaha peternak ayam petelur bersama puluhan pekerja melakukan aksi di kandang ayam Desa Limpakuwus, Kecamatan Sumbang, Kabupaten Banyumas, Selasa (26/1/2021).

Mereka membawa spanduk bertuliskan kekecewaan kepada pihak polisi yang mengkasuskan masalah perijinan usaha peternakan ayam petelur yang sudah berjalan 12 tahun.

Ketua Paguyuban Peternak Ayam Banyumas, Gembong Herunogroho mengatakan dirinya merasa diperas oleh oknum polisi dengan dimintai sejumlah uang.

"Kami tidak tahu usaha peternakan ayam rakyat ini harus ada UKL/UPL. Lah itu kami yang dibidik disitu. Tadinya ada laporan warga katanya menimbulkan polusi, tapi tidak terbukti. Terus dikorek masalah polusi, kemudian air bawah tanah, lalu masalah penerangan katanya kami tidak memakai diesel. Terus akhirnya kami kena di UKL/UPL. Saya kira hanya dicari (kesalahan) oleh oknum-oknum polisi," katanya seusai aksi dikandang peternakan ayam di Desa Limpakuwus, Kecamatan Sumbang, Kabupaten Banyumas, Selasa (26/1/2021).

Selama ini, menurutnya peternak tidak kurang untuk memberikan suatu sinergitas antara peternak dengan pihak kepolisian. Tapi kenyataan yang ada, saat pergantian Kapolres pada tahun 2020 dirinya merasa dibidik.

"Kami terus terang saja dimintai uang. Jumlahnya Rp90 Juta lewat rekan kami. Tidak langsung kepada saya. Oleh oknum, dan saya tidak mau. Karena saya merasa selama ini kami selalu bersinergi dengan pihak institusi," jelasnya.

Dirinya merasa, uang tersebut diminta untuk menghentikan kasus ini. Namun dirinya tidak mau untuk memberikan uang tersebut, kecuali jika diminta untuk operasional. Itupun hanya Rp30 sampai 40 juta saja.

"Tapi tidak ada komunikasi selanjutnya dan kami kemudian dipermasalahkan seperti ini dan proses ini berlanjut pada Bulan Agustus, anak kami dijadikan terdakwa dan kami dimintai untuk menjadi saksi. Dan terus bergulir hingga saat ini. Kemarin hari Senin tanggal 25 Januari sidang sudah mulai berjalan di Kejaksaan Negeri Banyumas," tuturnya.

Dirinya tidak mengeluarkan uang sepeserpun untuk oknum polisi tersebut. Begitu juga dengan temannya. Namun yang ia dengar, kasus tersebut juga menimpa peternak di daerah Kecamatan Cilongok.

Baca Juga: Gegara Embat 7 Batang Rokok Tetangga, Bocah 15 Tahun Terancam 7 Tahun Bui

"Mungkin ada peternak di daerah Cilongok, saya dengar tapi tidak melihat secara langsung ada yang sampai mengeluarkan (uang). Saya tidak tahu persis berapa jumlah peternak yang dimintai uang. Saya hanya mengurus yang di kandang ini," terangnya.

Jika kasus tersebut berlanjut, kandang ini terancam tutup. Ia juga bingung seluruh karyawan yang berjumlah sekitar 60 an orang akan dikemanakan. Terlebih dalam situasi pandemi seperti ini.

"Saya juga prihatin kenapa kasus ini dilanjutkan karena kami sudah mengurus UKL/UPL. Mestinya kami dibimbing dan diayomi, terlebih ibaratnya kami adalah garda ketahanan pangan. Tidak kami terus di peras. Proses UKL/UPL nya itu sudah kami urus sejak dipermasalahkan. Sekitar Bulan Juli kami sudah maju, tapi belum keluar. Tapi bukti sudah ada bahwa kami sudah mengurus," lanjutnya.

Awal kasus ini bergulir bermula saat pihak kepolisian mengaku mendapat laporan masyarakat. Pihanya dicari, namun dirinya merasa penasaran siapa yang melapor, karena menurutnya puluhan karyawan yang bekerja di peternakannya merupakan warga desa sekitar. Terlebih jarak antara kandangnya dengan permukiman terdekat sejauh 1 km.

"Lalu sekarang kok jadi bunyinya ada temuan dari pihak polisi bahwa, ini tidak memiliki ijin UKL/UPL. Meskinya kami dibimbing. Karena kami terhadap undang-undang buta sekali. Bukan seperti ini. Di dokumen UKL/UPL padahal jaraknya tidak sampai 1 km. Kami sudah memenuhi syarat sekali," terangnya.

Kandang milik Gembong, diklaim beroperasi dari tahun 2008. Ia menamainya Putra Jaya Farm dan kini dikelola oleh anaknya yang kemudian dijadikan tersangka atas nama Mario Suseno.

Load More