Scroll untuk membaca artikel
Budi Arista Romadhoni
Rabu, 03 Februari 2021 | 14:58 WIB
Dalang Sih Agung Prasetyo menggelar pementasan wayang serangga di tengah sawah di Desa Baleagung, Grabag, Magelang, Rabu (3/2/2021). [Suara.com/ Angga Haksoro Ardhi]

Wayang serangga masuk dalam rangkaian seri pertunjukan wayang yang digelar Sih Agung Prasetyo pada masa pandemi Covid-19. Bulan Januari kemarin, Sih Agung menggelar pementasan wayang bertema “Donga Seko Gunung”.

“Sebetulnya berseri menurut angen-angen saya. Kemarin sudah ada pergelaran ‘Donga Seko Gunung’, sekarang ‘Donga Seko Sawah’. Dan dilanjutkan dengan ‘Donga Seko Kali’.

Setiap pementasan diadakan secara sederhana dengan durasi singkat. “Supaya kami (seniman) tidak ngelangut. Jadi perspektif kami tentang pentas itu tidak terlalu yang muluk-muluk,” kata Sih Agung Prasetyo.

Konsep pementasan ini sesuai dengan situasi pandemi yang tidak memungkinkan diadakannya acara yang mengundang keramaian. Tapi situasi itu seharusnya tidak membatasi aktivitas seniman untuk terus berkreasi.

Baca Juga: Salah Sebut Tempat, Anya Geraldine Buat Emosi Orang Magelang

“Seadaanya karena dunia pentas ini ya seperti itu. Kalau bisanya hanya sendiri, ya sendiri. Kalau bisanya dua orangya, ya dua orang. Kalau bisanya cuma bawa wayang dua, ya dua. Jamannya seperti ini jangan banyak mengeluh. Kalau banyak mengeluh nanti cepat mati,” kata Sih Agung sambil terkekeh.

Karakter wayang serangga pertama kali diciptakan petani yang juga seniman, Sujono Keron asal Kecamatan Sawangan. Wayang serangga yang diciptakannya antara lain kemit, walang, gonteng, lancing, kepik, dan tawon.  

Interaksi sehari-hari Sujono dengan sawah garapannya, membuatnya hapal betul peran masing-masing serangga bagi lingkungan. Salah satunya fungsi serangga sebagai sarana membantu penyerbukan bunga padi.

Kontributor : Angga Haksoro Ardi

Baca Juga: Makam Tenggelam di Semarang, Warga Pernah Temukan Tengkorak Mengambang

Load More