Scroll untuk membaca artikel
Budi Arista Romadhoni
Selasa, 16 Februari 2021 | 13:55 WIB
Ilustrasi PHK tak bisa terhindarkan di saat Pandemi Covid-19, hingga saat ini penggangguran di Jawa Tengah terus meningkat (Shutterstock)

SuaraJawaTengah.id - Pandemi Covid-19 telah berlangsung kurang lebih satu tahun. Imbasnya tidak hanya soal kesehatan, ekonomi juga mengalami guncangan. 

Di Jawa Tengah, pengangguran mengalami peningkatan yang signifkan. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pengangguran meninggkat sebanyak 2,04 persen atau 3,90 juta penduduk usia kerja terdampak Pandemi Covid-19. 

Kepala BPS Jateng Sentot Bangun Widoyono mengatakan selama 2020 kemarin, ekonomi provinsi ini mengalami kontraksi sebesar 2,65 persen.

"Kegiatan ekonomi masyarakat Jateng mengalami dampak dari pandemi Covid-19," kata Sentot di Semarang, Selasa (16/2/2021). 

Baca Juga: Sri Mulyani: Dibanding AS dan Perancis, Anjloknya Ekonomi Kita Masih Aman

Sentot menjelaskan, resesi ekonomi yang terjadi di dalam negeri membuat dunia industri mengalami pukulan dan berimbas pada pengurangan jumlah pegawai.

Hasil survei yang dilakukan pada Agustus 2020 kemarin itu, dari 3,90 juta penduduk usia produktif sebanyak 377 ribu penduduk di antaranya menjadi pengangguran. Sedangkan 3,19 juta penduduk usia kerja mengalami pengurangan jam kerja.

Menurutnya, kondisi tersebut juga membuat 44 persen lebih warga Jateng mengalami penurunan pendapatan dibanding sebelum terjadi pandemi.

"Data Agustus 2020, bahwa tingkat pengangguran terbuka di Jawa Tengah meningkat 6,48 persen dari sebelumnya 4,44 persen," jelasnya. 

Jadi, dalam enam bulan terakhir itu kira-kira terjadi kenaikan 2,04 persen pengangguran terbuka. Menurutnya, Covid-19 telah berdampak terhadap 3,90 juta penduduk usia kerja di Jawa Tengah

Baca Juga: Mengatasi Kelelahan Mental dan Fisik Akibat Pandemi

Lebih lanjut Sentot menjelaskan, dengan semakin rendahnya pendapatan masyarakat Jateng itu semakin berpotensi mengalami penurunan. Lebih dari 65 persen masyarakat dengan pendapatan kurang Rp1,8 juta per bulan mengalami penurunan.

"Yang lainnya antara 30-34 persen masyarakat dengan penghasilan Rp4,8 juta ke atas mengalami penurunan. Sementara di sisi lain, pengurangan ternyata semakin meningkat," pungkasnya.

Load More