Scroll untuk membaca artikel
Budi Arista Romadhoni
Rabu, 14 April 2021 | 14:59 WIB
Lokasi Masjid Jami At Taqwa di Kabupaten Banjarnegara. [Suara.com/Citra Ningsih]

SuaraJawaTengah.id - Melaksanakan ibadah sholat dalam satu waktu namun di dua tempat seakan mustahil. Namun hal ini bisa dilakukan di Masjid Jami At Taqwa.

Hal ini dikarenakan letak Masjid Jami At Taqwa berdiri di dua wilayah administrasi, yakni di desa Gumelem wetan dan desa Gumelem Kulon, Kecamatan Susukan, Kabupaten Banjarnegara

Dulunya, masjid Jami At Taqwa itu berada di Desa Gumelem yang kemudian terjadi pemekaran pada 1950-an, menjadi Desa Gumelem Wetan (timur) dan Desa Gumelem Kulon (barat).

Masjid Jami At Taqwa dibangun pada tahun 1599 Masehi ini merupakan destinasi wisata religi. Jika wisata religi kebanyakan di Indonesia terkenal karena kemegahannya, lain halnya dengan Masjid Jami At Taqwa ini.

Baca Juga: Jateng Siapkan Tiga Skenario Larangan Mudik Lebaran 2021

Menurut sejarah yang berkembang, masjid ini dibangun oleh para wali yang menyebarkan agama islam khususnya di tanah jawa.

"Ya benar, dari sejarah secara turun temurun masjid ini dibangun oleh para wali yang menyebarkan agama islam pada masa itu," kata Arief Machbub, kepala desa Gumelem Kulon.

Di atas mihrab terdapat inkripsi dengan huruf arab pegon yang ditulis pada usuk. Inkripsi serupa juga terdapat di bagian atas pintu utama masjid, namun menggunakan huruf jawa kuno. Sedang arti dari tulisan tersebut belum diketahui.

"Sampai saat ini belum ada penelitian lebih lanjut mengenai hal tersebut, jadi belum tahu apa arti dari tulisan itu," Tambah Arief.

Selain itu, keunikan bangunan Masjid yang menyerupai kademangan ini tidak menggunakan paku sebagai penyambung antar tiang. Melainkan menggunakan kayu untuk mengaitkan antar tiang atau saka kayu yang menjulang tinggi sekira 6 meter.

Baca Juga: Kantor Gubernur Jateng Digeruduk Buruh, Ternyata Gara-gara Ini

Arief menjelaskan bahwa konon terdapat satu tiang yang terbuat dari serbuk kayu karena kayu yang dipesan tak kunjung jadi, sedangkan pembangunan harus segera didirikan.

"Akhirnya, dibuatlah dari serbuk kayu atau disini dikenal dengan sebutan tatal, kemudian dibentuk seperti kayu, dan sampai sekarang masih berdiri kokoh, " Jelas Arief.

Kontributor : Citra Ningsih

Load More