Scroll untuk membaca artikel
Budi Arista Romadhoni
Senin, 03 Mei 2021 | 15:35 WIB
Achmad Arif Budiono saat akan mengantarkan gas kepada para pelanggan, Senin (3/5/2021). (Ayosemarang/Lilisnawati)

SuaraJawaTengah.id - Memiliki kekurangan pada fisik (tuna daksa) tak menyurutkan semangat Achmad Arif Budiono, 49, Warga Kota Tegal untuk terus berjuang mencari penghasilan atau rejeki untuk keluarga.

Bagaimana tidak, Warga tegal ini rela menjadi tukang gas keliling tiap harinya. Tidak hanya itu, ia juga mengajar sebagai guru T4 (Tahsin, Tahfidz, Tadarus dan Tilawah) di SMP Ihsaniyah, Kota Tegal.

Setelah itu, disambung lagi dengan aktivitasnya sebagai guru ngaji di Madrasah Al Bayan, Kota Tegal.

Di balik itu semua, ternyata ada motivasi yang terus ia genggam. Pasalnya, ia ingin memondokan anak-anaknya ke pesantren.

Baca Juga: Awas! Pemudik Masuk Kota Tegal Bakal Dites Swab

"Dari dulu memang saya pekerja keras, bahkan pantang menyerah saat masih sehat. Dulu motivasi saya ada ibu yang harus diobati karena struk, sekarang ada istri dan anak-anak," kata Achmad Arif Budiono dilansir dari Ayosemarang.com saat ditemui di rumahnya di Jalan Waringin, Kelurahan Mintaragen, Kota Tegal, Senin (3/5/2021).

Terlebih, kata Arif, ia mempunyai cita-cita memondokan anak-anaknya ke pesantren.

"Bagaimana pun saya adalah seorang kepala keluarga dan seorang bapak yang punya tanggung jawab untuk menafkahi dan memberikan pendidikan yang cukup untuk anak-anak," tuturnya.

Arif juga menceritakan awal mula kehilangan separuh kakinya. Hal itu bermula dari kecelakaan yang dialaminya pada tahun 1997.

"Waktu itu saya mau pulang ke Tegal, mau ngasihkan gaji dan bonus kerja sama orangtua. Eh baru sampai Comal saya kecelakan," bebernya.

Baca Juga: Jadwal Buka Puasa Kota Tegal Minggu 18 April 2021

Menurutnya, kedua kakinya waktu itu masih utuh, namun karena telatnya penanganan membuat kondisi kaki kanannya semakin parah.

"Waktu itu saya menolak diamputasi. Selama tiga tahun saya hanya di tempat tidur, pita suara sudah hilang, badan kaku. Baru kemudian saya punya semangat lagi dan akhirnya mau diamputasi," ucapnya.

Semangat pantang menyerahkan pun kembali menggebu. Di tahun 2002, ia mendapat tawaran pekerjaan sebagai penjaga toko grosir makanan ringan di Pasar Karangdawa milik saudaranya.

Lima tahun kemudian, tepatnya di tahun 2007, ia mencari pekerjaan tambahan dengan berjualan gas keliling.

Baru kemudian di tahun 2012, ia mendapat tawaran sebagai guru T4 di SMP Ihsaniyah dan tak lama kemudian ada tawaran laginsebagai guru ngaji di Madrasah Al Bayan, Kota Tegal.

"Pagi ngajar T4, pulang ngajar saya antar gas ke pelanggan, siang pukul 14.00 sampai 16.00 WIB saya ngajar ngaji di Madrasah Al Bayan, kemudian lanjut kirim gas lagi," ungkapnya.

Load More