Scroll untuk membaca artikel
Ronald Seger Prabowo
Senin, 31 Mei 2021 | 19:31 WIB
Panut menjadi koordinator Jogo Tonggo di Kampung Jetis Sumber RT 06 dan 07 /RW 07 Kelurahan Sumber, Kecamatan Banjarsari, Kota Solo. [Suara.com/dok]

SuaraJawaTengah.id - Pandemi Covid-19 selalu memunculkan kisah-kisah inspiratif, terutama dalam hal membantu sesama yang sedang menjalani isolasi mandiri.

Salah satunya Panut. Pria berusia 45 tahun itu menjadi koordinator Jogo Tonggo di Kampung Jetis Sumber RT 06 dan 07 /RW 07 Kelurahan Sumber, Kecamatan Banjarsari, Kota Solo.

Jogo Tonggo atau menjaga tetangga sendiri merupakan program bentukan Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo dalam menangani Covid-19 tingkat RT di wilayah Jateng.

"Saya juga ikut melakukan isolasi wilayah setelah dilakukan tracking dan tes swab hasilnya negatif," ungkap Panut

Baca Juga: Dewi Tanjung ke Fadli Zon: Selamat Positif Covid-19 Jangan Lupa Isolasi

Panut bisa menjadi koordinator Jogo Tonggo di kampung setelah ketua Jogo Tonggo difinitif terpapar Covid-19 dari klaster buka bersama dan harus jalani isolasi di Asrama Haji Donohudan.

Akibat klaster tersebut 42 orang positif corona dan 107 KK jalani karantina wilayah di rumah masing-masing mulai tanggal 12 Mei sampai 1 Juni.

Dia mengaku, sebagai koordinator Jogo Tonggo punya tugas berat menjaga kampung dan memenuhi semua kebutuhan warga selama menjalani karantina wilayah.

Bagi warga yang masih satu RW dengan kediaman Wali Kota Solo, Gibran Rakabuming dan Presiden Jokowi ini, Karantina wilayah justru menjadi moment bagi mereka merekatkan tali silaturahmi dan gotong-royong serta saling menguatkan satu dengan yang lain.

"Kami berjaga selama 24 jam sepanjang waktu karantina. Jangan sampai ada warga yang kabur," ungkapnya.

Baca Juga: Nadiem Makarim: Target Penyelesaian Vaksinasi Guru Mundur ke Agustus 2021

Bahkan, tak jarang kocek pribadi terogoh karena warga yang meminta bantuan tak memiliki penghasilan selama karantina. Ia pun mengaku telah keluar uang ratusan ribu untuk membeli kebutuhan makan warga.

"Ada juga warga yang pesan barang dan makan secara online belum bayar, saya terpaksa yang membayarnya," kata Panut.

Ia mengaku selama dua pekan menjalani karantina wilayah juga tidak punya penghasilan. Pekerjaan sebagai tukang las
freelance selama menjalani karantina wilayah banyak order yang tidak tergarap.

"Saya tidak bisa keluar dari kampung karena menjalani karantina wilayah. Terpaksa harus menolak orderan pekerjaan," kata dia.

Kebutuhan Pokok

Selama berjaga di kampung, lanjutnya, dibantu 15 pemuda kampung setempat yang juga negatif Covid-19. Mereka rela siaga selama 24 jam nonstop guna untuk membantu warga karantina.

"Kalau untuk kebutuhan pokok memang sudah dipenuhi pemerintah. Untuk kebutuhan beli air galon, gas 3 kg, dan lauk kami yang belikan," kata dia

Bersama para pemuda, dia juga berinisiatif mengadakan kegiatan di kampung agar suasana tidak mencekam. Kegiatan itu meliputi badminton di jalan kampung setiap pagi dan memancing di saluran drainase yang melintas di kampung..

"Kami juga lakukan penyemprotan massal. Untuk obat desinfektannya kita beli dari uang jimpitan (iuran warga). Sedangkan alat penyemprotan dipinjami kelurahan," katanya.

Load More