Budi Arista Romadhoni
Selasa, 15 Juni 2021 | 14:32 WIB
Lambang resmi PSIS Semarang [laman resmi klub]

Sebelum Mahesa Jenar tenar, PSIS juga sempat dijuluki dengan “Tim Goyang Semarang”.

Untuk julukan ini mencuat pada tahun 1985-1986. Ir Andi Chaerudin, yang saat itu menjadi manajer di 16 besar saat mengantarkan PSIS ke Divisi Utama adalah sosok yang berperan dalam sebutan tersebut.

Kata Amir, waktu itu Andi Chaerudin berkata, “Tunggu permainan PSIS yang indah dengan Goyang Semarang.” Perkataan itu tercetus karena dia terinspirasi dari Goyang Karawang.

Julukan Tim Goyang Semarang tidak bertahan lama. Sebutan itu terkikis kala PSIS sudah punya Mahesa Jenar.

“Katanya dekat dengan stigma erotis, akhirnya julukan itu tidak dipakai lagi,” ujar Amir.

Jago Becek Bukan Berarti Sempurna di Lapangan Becek

Dalam koran-koran edaran 1987, PSIS sempat disebut-sebut juga sebagai tim yang jago kandang dan jago becek. Namun sebutan yang kedua adalah julukan yang masih terus disinggung-singgung sampai sekarang.

Sartono Anwar saat ditemui di warung kiosnya yang baru mengamini julukan tersebut. Menurutnya puncaknya adalah saat PSIS mengalahkan PSM Ujung Pandang (sekarang PSM Makassar).

“Waktu itu kami sudah kalah 0-2. Suporter maki-maki kami. Hujan lebat dan lapangan becek. Namun tidak tahu kenapa di menit-menit akhir kami mampu mengembalikan keadaan,” ungkap Sartono.

Baca Juga: Timnas Indonesia Imbangi Thailand, Warganet Sebut Bek PSIS Semarang Bak 'Alien'

Sartono menjelaskan, yang membuat PSIS jago becek adalah karena punya fisik yang prima dan latihan di Lapangan Citarum yang belum bagus-bagus amat. Namun di lain sisi dia juga berkata jika sebetulnya, PSIS tidak sesempurna itu di lapangan becek. Bahkan pernah kalah juga.

“Itu kan dulu yang membesar-besarkan media,” sambungnya.

Jika menengok ke belakang, sebetulnya yang patut disorot pada tahun itu adalah karena PSIS punya fisik yang prima sehingga bisa menaklukan lapangan becek yang cenderung menguras energi. Hal inilah juga yang menjadi salah satu senjata PSIS dalam meraih trofi Liga Perserikatan 1986-1987.

Fisik prima PSIS tadi memang dipupuk dengan sangat baik. Dua orang yang berperan pada saat itu adalah pelatih fisik Supriyadi dan Dokter Tim Sumitro. Keduanya saling sinergi untuk mengembangkan fisik pemain PSIS.

Supriyadi dengan keterbatasan infrastruktur penunjang, memompa fisik pemain dengan program atletik yang variatif dan gerakan tanpa bola. Sementara Dokter Sumitro, senantiasa mengontrol kadar Hemoglobin setiap pemain.

Load More