SuaraJawaTengah.id - Kepindahan Semaun dari tanah kelahirannya di Jombang, Jawa Timur ke Kota Semarang menjadi babak baru dalam perjalanan politiknya. Di kota tersebut, Semaun menjadi salah satu orang terpandang karena mempunyai pengikut yang besar.
Sekitar Juli 1916, Semaun diangkat sebagai Vereeniging van Spoor-en Tramweging Personeel in Nederlandsch-Indie (VSTP—Serikat Buruh Kereta Api dan Trem Hindia Belanda) di Surabya.
Tak lama kemudian, dia pindah ke pengurus besar VSTP di Semarang. Satu tahun kemudian, Semaun juga dipilih menjadi ketua Sarekat Islam di Semarang pada 6 Mei 1917.
"SI yang dipimpin Semaun itulah yang kelak akan menjadi SI Merah," jelas Dosen Sejarah Uneversitas Negeri Semarang (Unnes) Tsabit Azinar Ahmad, Selassa (14/9/2021).
Selain menjadi ketua SI Semarang, Semaun juga aktif dalam bidang kepenulisan. Di waktu yang sama, dia juga memimpin Sinar Djawa yang merupakan media yang dibentuk oleh SI Semarang.
Sinar Djawa yang kelak berubah nama menjadi Sinar Hindia itu diisi dengan tokoh-tokoh yang cukup mentereng seperti Mas Macro Kartodikromo dan juga Darsono.
Keuletan dan pengaruh Semaun membawa SI Semarang mempunyai basis massa yang besar di Semarang. Dalam tempo satu tahun, Semaun berhasil meningkatankan jumlah anggota SI Semarang.
Dua tahun kemudian, tepatnya pada 1920 Semaun juga menjadi ketua Partai Komunis Indonesiia (PKI). Sebelum menjadi ketua PKI, Semaun juga kerapkali bersinggungan dengan SI pusat.
Hal itulah yang membuat SI yang dipimpin Semaun itu dijiluki sebagai SI Merah. Namun, tak lama kemudian Semaun digantikan oleh Tan Malaka karena dia berangkat ke Uni Soviet untuk menghadiri kongres.
Baca Juga: Dijadikan Bahan Utama Lumpia Semarang, Ini 5 Manfaat Rebung bagi Kesehatan
Pada Mei 1922 Semaun dikabarkan kembali ke Hindia Belanda (Indonesia) dari Uni Soviet. Saat kembali ke Hindia Belanda kondisi Partai PKI tak begitu baik karena keterlibatan Partai PKI mendukung aksi pemogokan serikat buruh.
Dukungan PKI terhadap pemogokan buruh itu juga harus dibayar mahal, karena Tan Malak akhirnya diusir oleh Pemerintahan Hindia Belanda pada waktu itu.
"Namun pada 1923 Semaun juga ditahan karena pemogokan buruh kereta api. Setelah ditahan, Semaun diusir dan menetap di Amsterdam," paparnya.
Di Belanda, Semaun menjalin hubungan dengan Perhimpunan Indonesia yang merupakan salah satu organisasi mahasiwa Indonesia di Belanda pada waktu itu.
Pada November 1926 dan Januari 1927 pemberontakan PKI di Jawa dan Sumatera pecah. Banyak orang PKI yang dibuang ke Digul, beberapa juga berhasil kabur ke Uni Soviet.
Menurutnya, di Eropa Timur Semaun dan teman-temannya mulai mengkampanyekan kemerdekaan Indonesia. Terbukti beberapa negara Eropa Timur seperti Ukraina menjadi salah satu negara yang mendukung kemerdekaan Indonesia.
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Motor Matic Paling Nyaman Buat Touring di 2026: Badan Anti Pegal, Pas Buat Bapak-bapak
- Ingin Miliki Rumah Baru di Tahun Baru? Yuk, Cek BRI dengan KPR Suku Bunga Spesial 1,30%
- Sambut HUT ke-130 BRI: Nikmati Promo Hemat Hingga Rp1,3 Juta untuk Upgrade Gaya dan Hobi Cerdas Anda
- Meskipun Pensiun, Bisa Tetap Cuan dan Tenang Bersama BRIFINE
- 3 Pilihan Mobil Bekas Rp60 Jutaan: Irit BBM, Nyaman untuk Perjalanan Luar Kota
Pilihan
-
UPDATE Klasemen SEA Games 2025: Indonesia Selangkah Lagi Kunci Runner-up
-
6 Mobil Bekas Paling Cocok untuk Wanita: Lincah, Irit, dan Punya Bagasi Cukup
-
OJK Awasi Ketat Pembayaran Pinjol Dana Syariah Indonesia yang Gagal Bayar
-
Jejak Emas Rakyat Aceh Bagi RI: Patungan Beli Pesawat, Penghasil Devisa & Lahirnya Garuda Indonesia
-
Pabrik Toba Pulp Lestari Tutup Operasional dan Reaksi Keras Luhut Binsar Pandjaitan
Terkini
-
Pertamina Patra Niaga Gelar Khitan Massal di Cilacap, Wujud Syukur HUT ke-68 Pertamina
-
5 MPV Diesel Pilihan Rp150 Jutaan yang Worth It untuk Keluarga di Akhir 2025
-
BRI Perkuat Aksi Tanggap Bencana Alam, 70 Ribu Jiwa Terdampak Beroleh Bantuan
-
PSIS Semarang Gegerkan Bursa Transfer: Borong Tiga Pemain Naturalisasi Sekaligus
-
8 Wisata Terbaru dan Populer di Batang untuk Libur Sekolah Akhir 2025