Scroll untuk membaca artikel
Budi Arista Romadhoni
Sabtu, 23 Oktober 2021 | 10:36 WIB
Gempa bumi di Kota Salatiga. [Istimewa]

SuaraJawaTengah.id - Gempa bumi mengguncang Kota Salatiga pada Sabtu (23/10/2021) dini hari. Belum diketahui apakah ada korban pada kejadian tersebut. 

Rentetan gempa bumi terjadi di Salatiga, Banyubiru, Bawen, dan Ambarawa, Provinsi Jawa Tengah, sejak Sabtu (23/10/2021) dinihari pukul 00.32 WIB hingga pagi tadi yang dipicu oleh sesar aktif.

Menyadur dari Solopos.com, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat gempa pertama memiliki magnitudo 3,0 pada jarak 13 km arah Barat laut Kota Salatiga.

Episenter gempa terletak pada koordinat 7,296 LS dan 110,38568 BT tepatnya di darat dengan kedalaman hiposenter 6 km. Hasil analisis BMKG menunjukkan gempa itu 3,0 diikuti tujuh kali rentetan gempa susulan (aftershocks), dengan magnitudo 2,9 kemudian M 2,5 selanjutnya M 2,5 lalu M 2,6 dan M 2,1 serta M 3,0 dan M 2,7 yang terjadi pukul 6.44.56 WIB.

Baca Juga: Wih! Muncul Dukungan Presiden Jokowi Tiga Periode dari DPC PDIP Salatiga

“Diduga kuat sumber gempa sesar aktif yang menjadi pemicu gempa ini adalah Sesar Merbabu Merapi Telomoyo,” kata Koordinator Bidang Mitigasi Gempabumi dan Tsunami BMKG Daryono di Jakarta, Sabtu.

Hingga Sabtu pagi belum ada laporan kerusakan bangunan sebagai dampak gempa. Berikut rentetan gempa yang terjadi dinihari hingga pagi tadi dikutip dari laman Twitter @BMKGjogja:

–Mag:3.0 SR, 23-Oct-21 00:32:05 WIB, Lok:7.296 LS,110.38568 BT (13 km BaratLaut KOTA-SALATIGA-JATENG), Kedlmn:6 Km

–Mag:2.9 SR, 23-Oct-21 00:42:54 WIB, Lok:7.333 LS,110.42955 BT (7 km Barat KOTA-SALATIGA-JATENG), Kedlmn:11 Km

–Mag:2.5 SR, 23-Oct-21 01:25:00 WIB, Lok:7.329 LS,110.38203 BT (12 km BaratLaut KOTA-SALATIGA-JATENG), Kedlmn:5 Km

Baca Juga: Viral! Tukang Becak di Salatiga Nangis Tersendu-sendu, Ternyata Gara-gara Ini

–Mag:2.5 SR, 23-Oct-21 02:35:57 WIB, Lok:7.331 LS,110.38602 BT (12 km BaratLaut KOTA-SALATIGA-JATENG), Kedlmn:13 Km

–Mag:2.6 SR 2021-Oct-23 05:29:51 WIB, Lok: 7.31 LS,110.41 BT ( 3 km Timur – AMBARAWA ), Kedlmn:18 Km

–Mag:3.0 SR, 23-Oct-21 05:39:21 WIB, Lok:7.322 LS,110.36719 BT (14 km BaratLaut KOTA-SALATIGA-JATENG), Kedlmn:15 Km

–Mag:3.0 SR, 23-Oct-21 06:33:46 WIB, Lok:7.300 LS,110.39543 BT (11 km BaratLaut KOTA-SALATIGA-JATENG), Kedlmn:5 Km

–Mag:2.7 SR, 23-Oct-21 06:44:56 WIB, Lok:7.267 LS,110.44633 BT (9 km BaratLaut KOTA-SALATIGA-JATENG), Kedlmn:5 Km

Sementara itu, berdasarkan peta tingkat guncangan (shake map) BMKG, tampak bahwa dampak gempa berupa guncangan dirasakan di Ambarawa, Salatiga, Banyubiru, dan Bawen dalam skala intensitas II MMI dimana guncangan dirasakan oleh orang banyak dan benda-benda ringan yang digantung bergoyang.

Menurut Daryono seluruh rangkaian rentetan gempa baik gempa utama (mainshock) dan tujuh gempa susulannya (aftershocks) berpusat di kompleks Gunung Telomoyo. Gunung Telomoyo adalah gunung yang terletak di wilayah Kabupaten Semarang dan Kabupaten Magelang. Gunung dengan ketinggian 1.894 mdpl merupakan gunung api yang berbentuk strato tetapi belum pernah tercatat meletus.

Catatan Sejarah Gempa 

Dalam catatan sejarah gempa kuat dan merusak, wilayah Salatiga, Banyubiru, dan Ambarawa pernah mengalami beberapa kali gempa signifikan, yaitu Gempa Semarang, Salatiga, dan Ambarawa pada 24 September 1849.

Kemudian Gempa Banyubiru, Ambarawa, dan Ungaran pada 17 Juli 1865 dimana gempa ini menyebabkan rumah tembok retak. Gempa Semarang, Ungaran, dan Ambarawa terjadi pada 22 Oktober 1865. Pada keesokan harinya pada 23 Oktober 1865 guncangan gempa kembali terjadi diikuti gemuruh.

Tercatat juga Gempa Ungaran dan Ambarawa pada 22 April 1866, dimana gempa menyebabkan kerusakan bangunan rumah tembok. Selanjutnya Gempa Salatiga, Ambarawa dan Ungaran terjadi pada 10 Oktober 1872 dimana guncangan gempa ini menyebabkan kerusakan bangunan rumah tembok.

Gempa merusak terakhir adalah peristiwa Gempa Sumogawe, Getasan magnitudo M 2,7 pada 17 Februari 2014 dimana gempa ini merusak beberapa rumah diikuti suara dentuman keras.

“Mengingat wilayah Salatiga, Banyubiru, Bawen, dan Ambarwa berdekatan dengan sumber gempa sesar aktif, yaitu Sesar Merapi Merbabu dan Sesar Rawa Pening maka perlu untuk dilakukan edukasi mitigasi gempa bumi seperti pentingnya membangun bangunan tahan gempa atau ramah gempa, memahami cara selamat saat terjadi gempa, karena gempa kuat dapat terjadi kapan saja dari sumber gempa sesar aktif terdekat tersebut,” ujar Daryono.

Load More