SuaraJawaTengah.id - Kawasan Kota Salatiga, Banyubiru, hingga Ambarawa (Kabupaten Semarang) diguncang gempa sepanjang, Sabtu (24/10/2021).
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat ada sebanyak 17 kali gempa dari dini hari hingga pukul 15.30 WIB.
Koordinator Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono, melalui akun Twitternya @DaryonoBMKG menduga pemicu gempa adalah sesar Gunung Merbabu, Gunung Merapi dan Gunung Telomoyo.
"Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa yang terjadi merupakan jenis gempa dangkal akibat aktivitas sesar aktif. Diduga kuat sumber gempa sesar aktif yang menjadi pemicu gempa ini adalah Sesar Merbabu Merapi Telomoyo," tulis Daryono dalam akun Instagramnya, diwartakan Ayosemarang.com--jaringan Suara.com, Sabtu (23/10/2021).
Gunung Telomoyo merupakan gunung yang terletak di sepanjang wilayah Kabupaten Semarang dan Kabupaten Magelang.
Gunung ini memiliki ketinggian 1.894 meter di atas permukaan laut (mdpl) dan merupakan gunung api yang berbentuk strato tetapi dalam catatan belum pernah meletus.
Daryono memaparkan, berdasarkan peta tingkat guncangan gempa di beberapa daerah itu mungkin bisa dirasakan orang banyak dan akibatnya benda yang digantung bergoyang.
"Berdasarkan peta tingkat guncangan (shakemap) BMKG tampak bahwa dampak gempa berupa guncangan dirasakan di Ambarawa, Salatiga, Banyubiru, dan Bawen dalam skala intensitas II MMI di mana guncangan dirasakan oleh orang banyak dan benda-benda ringan yang digantung bergoyang," imbuhnya.
Dalam update terbarunya di Twitter, Daryono mengatakan "Jika aktivitas "gempa kecil" ini terus berlanjut maka dapat mengarah pada aktivitas swarm."
Baca Juga: Dua Gempa Kembali Goyang Wilayah Ambarawa
Swarm adalah serangkaian aktivitas gempa dengan magnitudo relatif kecil dengan frekuensi kejadiannya sangat tinggi dan berlangsung dalam waktu yang relatif lama di wilayah sangat lokal.
"Jika gempa pada umumnya terjadi karena aktivitas tektonik, gempa swarm justru terjadi karena proses kegunungapian (vulkanik). Gempa swarm yang dihasilkan karena aktivitas tektonik murni hanya sedikit," ujar Daryono menambahkan.
Gempa swarm tidak hanya berkaitan dengan kawasan gunung api. Beberapa laporan menunjukkan bahwa aktivitas swarm juga dapat terjadi di kawasan non-vulkanik. Swarm juga dapat terjadi di kawasan dengan karakteristik batuan yang rapuh yang terbangun medan tegangan, sehingga mudah terjadi retakan (fractures).
Fenomena gempa swarm sudah terjadi beberapa kali di Indonesia. Di antaranya di Klangon, Madiun, pada Juni 2015; Halmahera Barat pada Desember 2015; dan Mamasa, Sulawesi Barat, pada November 2018.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 HP RAM 8 GB Memori 256 GB Harga Rp1 Jutaan, Terbaik untuk Pelajar dan Pekerja
- 7 Sepatu Adidas Diskon hingga 60% di Sneakers Dept, Cocok Buat Tahun Baru
- 5 Mobil Bekas yang Anti-Rugi: Pemakaian Jangka Panjang Tetap Aman Sentosa
- Diminta Selawat di Depan Jamaah Majelis Rasulullah, Ruben Onsu: Kaki Saya Gemetar
- Kencang bak Ninja, Harga Rasa Vario: Segini Harga dan Konsumsi BBM Yamaha MT-25 Bekas
Pilihan
-
Kaleidoskop Sumsel 2025: Menjemput Investasi Asing, Melawan Kepungan Asap dan Banjir
-
Mengungkap Gaji John Herdman dari PSSI, Setara Harga Rumah Pinggiran Tangsel?
-
Aksi Adik Kandung Prabowo yang Makin Mencengkeram Bisnis Telekomunikasi
-
Sesaat Lagi! Ini Link Live Streaming Final Futsal ASEAN 2025 Indonesia vs Thailand
-
Cerita 1.000 UMKM Banyuasin: Dapat Modal, Kini Usaha Naik Kelas Berkat Bank Sumsel Babel
Terkini
-
BRI Purwodadi Salurkan 1000 Paket Sembako di Grobogan, Sasar Warga Kurang Mampu Desa Pengkol
-
Rafinha Merapat ke PSIS: Strategi Jitu Laskar Mahesa Jenar Perkuat Lini Depan
-
5 Ciri Mobil Bekas yang Sebaiknya Tidak Dibeli Meski Harganya Menggiurkan
-
Tahun Pertama Pimpin Jateng, Rapor Kinerja Ahmad Luthfi Diapresiasi Budayawan
-
Fortuner 2024 vs Pajero 2024? Ini 7 Perbandingan Kedua Mobil Tersebut