"Yang asli sini itu Pak Rukani suami saya," paparnya.
Namun, sejak tahun 2000-an lahan pertanian di daerah tersebut berubah menjadi tambak. Air terus menggerus daratan hingga memaksa warga pindah lokasi. Pada tahun 2010 hanya tersisa Mak Jah beserta keluarga yang tinggal di sana.
"Kemudian kok ada rob, akhirnya muali tahun 2000 dibuat tambak. Terus tahun 2010 sudah jadi laut hingga sekarang," terang Mak Jah.
Mak Jah memang sudah membulatkan tekat untuk tetap bertahan dan merawat wilayah yang sudah tenggelam itu. Saat ini Mak Jah terus melakukan pembibitan mangruve. Dalam satu tahun, dia bisa menanam mangrove hingga 15 ribu pohon.
"Sudah saya niatkan di sini menunggu desa tenggelam. Kalau saya pergi kan sayang, pasti desa ini sudah hilang dan tidak lagi dikenang," katanya.
Sambil menunjuk pohon mangruve di sekeliling rumah, Mak Jah menjelaskan, jika pohon-pohon itu dia tanam sejak tahun 2003.
Selain menjual ikan hasil tangkapan suami dan anaknya ke pasar, Mak Jah juga menjual bibit mangruve hasil pembibitannya. Dia bersyukur dengan pekerjaan itu masih bisa digunakan untuk biaya hidup dan biaya sekolah ke dua anaknya.
"Dulu waktu awal-awal dalam satu tahun sedikit 500 pohon. Lalu terus bertambah setiap tahunnya. Sampai sekarang satu tahun target 15 ribu pohon. Alhamulilah dengan menjual bibit mangruve jadi lahan penghasilan," jelasnya.
Ketua Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Jawa Tengah menjelaskan, Pihaknya sudah sejak tahun 2000 mengikuti perkembangan abrasi di sana.
Baca Juga: Mbah Minto Warga Demak Nekat Bacok Pencuri Ikan, Alasannya: Saya Disetrum
Menurutnya, hal yang menarik dari persoalan di Sayung adalah akibat dari perubahan iklim hingga meningkatnya air laut.
"Itu yang menjadi hal menariuk untuk kami menyelamatkan atau merestorasi wilayah yang menjadi titik perubahan iklim di wilayah pesisir utara Demak," paparnya.
Menurutnya, dampak bencana ekologi tersebut juga disebabkan perilaku manusia. Di antaranya perluasan wilayah Tanjung Mas dan reklamasi Pantai Marina.
"Di Demak kan daerahnya seperti cekungan ya jadi airnya ke sana semua," paparnya.
Kontributor : Dafi Yusuf
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Motor Bekas di Bawah 10 Juta Buat Anak Sekolah: Pilih yang Irit atau Keren?
- Dua Rekrutan Anyar Chelsea Muak dengan Enzo Maresca, Stamford Bridge Memanas
- 5 Mobil Bekas 3 Baris Harga 50 Jutaan, Angkutan Keluarga yang Nyaman dan Efisien
- Harga Mepet Agya, Intip Mobil Bekas Ignis Matic: City Car Irit dan Stylish untuk Penggunaan Harian
- 10 Mobil Bekas Rp75 Jutaan yang Serba Bisa untuk Harian, Kerja, dan Perjalanan Jauh
Pilihan
-
6 HP Memori 512 GB Paling Murah untuk Simpan Foto dan Video Tanpa Khawatir
-
Pemerintah Bakal Hapus Utang KUR Debitur Terdampak Banjir Sumatera, Total Bakinya Rp7,8 T
-
50 Harta Taipan RI Tembus Rp 4.980 Triliun, APBN Menkeu Purbaya Kalah Telak!
-
Agensi Benarkan Hubungan Tiffany Young dan Byun Yo Han, Pernikahan di Depan Mata?
-
6 Smartwatch Layar AMOLED Murah untuk Mahasiswa dan Pekerja, Harga di Bawah Rp 1 Juta
Terkini
-
Didukung BRI, Flyover Sitinjau Lauik Hadirkan Akses Lebih Aman dan Efisien di Sumatra Barat
-
Balas Dendam Akademis Uya Kuya: Rumah Dijarah Akibat Hoax, Kini Lulus S2 Hukum IPK 3,72
-
15 Tempat Wisata di Kebumen dan Sekitarnya yang Cocok untuk Libur Sekolah dan Tahun Baru
-
Sambut Natal Penuh Suka Cita, BRI Renovasi Gereja Kristen Jawa Purwodadi
-
Ancaman Krisis Finansial Intai Gen Z, Melek Asuransi Jadi Kunci Resolusi Tahun Depan