Scroll untuk membaca artikel
Ronald Seger Prabowo
Sabtu, 30 Oktober 2021 | 19:13 WIB
Produksi tahu petis Bu Aning di panti asuhan Rumah Shalom Semarang. [suara.com/Dafi Yusuf]

SuaraJawaTengah.id - Suatu malam, Aning sulit tidur meski mata sudah layu. Dia tak berhenti berfikir soal nasib puluhan anak yang ada di panti asuhannya saat pandemi.

Pasalnya, ketika pandemi banyak donatur yang berhenti membantu di panti asuhannya. Padahal dalam satu bulan, dia harus keluar uang puluhan juta untuk biaya makan, sekolah dan listrik untuk panti asuhan miliknya.

Tak mau hanya diam dengan keadaan, wanita 45 tahun tersebut segera mencari cara agar kehidupan anak asuhnya tetap sejahtera meski di tengah terpaan pandemi Covid-19.

Dia kemudian mengambil langkah dengan membuka usaha tahu petis "Bu Aning" untuk membantu semua keperluan anak asuh mulai dari sekolah hingga keperluan sehari-hari.

Baca Juga: Pukul Korban Pakai Keling, Maling Bertato Asal Semarang Ini Berakhir Ngenes

"Kalau tak ada suami yang memberikan dukungan kepada saya, sebenarnya hampir putus asa," katanya menceritakan perjuangannya ketika awal pandemi, Sabtu (30/10/2021).

Panti asuhan miliknya bernama Rumah Shalom terletak di jalan Delta Mas VII nomor 56, Kuningan, Semarang Utara.

Tak seperti panti asuhan pada umumnya. Pertama kali masuk di panti asuhan tersebut kami diperlihatkan anak-anak yang sedang memproduksi tahu petis.

Di panti asuhan, mereka  diajarkan untuk wirausaha mulai dari produksi hingga pemasaran agar ketika keluar dari panti asuhan tersebut mereka bisa mandiri.

Bidang akutansi hingga admin media sosial dilakukan secara mandiri oleh anak-anak panti asuhan, tentunya dengan bimbingan Aning yang hampir 24 jam menemani aktifitas mereka.

Baca Juga: Studi Oxford: Tenaga Kesehatan Garda Terdepan Rentan PTSD, Tapi Bukan karena Pandemi

Usaha Tahu Petis Bu Aning telah Dia mulai pada tahun 2019 lalu. Aning menuturkan, tak mudah untuk memulai bisnis ini.

Dia mengaku sempat berkecil hati apabila usahanya "mati" seperti usaha-usaha sebelumnya. Dia juga sempat khawatir jika usahanya dianggap hanya memanfaatkan Rumah Shalom.

Saat awal pandemi, kondisi keuangan panti asuhan Aning benar-benar lumpuh. Karena itu, dia juga sempat nunggak sampai Rp 30 juta untuk biaya sekolah anak asuh selama satu bulan.

"Akhirnya saya nekat untuk mencoba jualan tahu petis itu," ujarnya.

Setelah berjalan satu bulan, tahu petis tersebut ternyata mulai membuahkan hasil. Dia mencoba mengikuti promo Gofood dan beberapa marketplace agar jualannya semakin dikenal oleh warga.

"Ternyata orang-orang pada suka juga. Mereka juga  tahu dari mulut ke mulut, akhirnya semakin laris. Usaha laku berkat bocah-bocah ini," katanya sembari mengenalkan anak asuhnya yang memasarkan produk melalui media sosial.

Sampai saat ini tahu petis yang dia buat telah diekspor ke berbagai negara seperti Amerika, Hongkong, Singapura, Taiwan, Malaysia, Singapura, Belanda, dan Australia dengan bantuan penggunaan vacuum sealer.

Dengan begitu tahu petis buatannya  mampu bertahan hingga 10 hari. Di samping itu, Dia juga telah menerima kemitraan dari berbagai daerah untuk usaha tahu petis tersebut.

"Kebanyakan yang beli itu orang-orang Indonesia yang kebetulan tinggal di sana dan merindukan masakan Indonesia. Untuk yang tahu petis biasa harganya Rp 35 ribu kalau yang pakau vocum Rp 43 ribu," paparnya.

Saat ini, dalam satu hari tahu petis Bu Aning bisa memproduksi 100 box dengan isi 10-11 tahu petis. Selain menyajikan tahu petis, dia juga menjual tahu petis crispy.

"Sekarang tahu petis crispy juga jadi buruan, padahal itu tak sengaja," kelakarnya.

Salah satu pembeli, Adi Mungkas awalnya tak menyangka jika  yang memproduksi tahu petis Bu Aning merupakan anak-anak yatim dari panti asuhan. Menurutnya, tahu petis tersebut tak kalah dengan tahu petis yang lain.

"Awalnya tak menyangka, soalnya namanya Bu Aning kan. Tak kira itu siapa. Ternyata yang membuat adalah anak-anak ini. Rasanya juga enak," paparnya.

Sementara itu, Head of Merchant Platform Business Gojek, Novi Tandjung mengatakan, pandemi Covid-19 telah menyadarkan semua orang, termasuk pelaku UMKM tentang pentingnya membuka usaha di platform digital.

Hal ini terlihat dalam satu hari, hingga 3.000 UMKM mendaftar jadi merchant Gojek. Meskipun demikian, masih banyak pengusaha pemula yang membutuhkan dukungan untuk terus meningkatkan usahanya.

"Gojek akan terus bekerja lebih keras lagi untuk melahirkan inovasi teknologi dan non teknologi yang membantu UMKM dari segala lini dan di setiap tahapan usaha.” ujarnya.

Sebagai salah satu cara mendukung UMKM terus melaju, Gojek membagikan sejumlah temuan menarik berdasar data internal di tahun 2020 yang diprediksi akan tetap menjadi tren usaha bagi UMKM di 2021.

Data Gojek menemukan bahwa usaha rumahan menjadi tren selama masa pandemi, dengan bisnis kuliner sebagai jenis usaha rumahan yang paling banyak dijalani.

Dari banyaknya usaha kuliner, mie pedas, minuman mix susu segar, dimsum udang rambutan menjadi beberapa menu yang paling dicari pelanggan GoFood selama tahun 2020.

"GoFood juga memprediksi dessert box dan rice bowl akan menjadi kuliner terfavorit di 2021 berdasarkan meningkatnya jumlah pencarian menu tersebut di GoFood yang meningkat menjelang akhir tahun lalu," ucapnya.

Menurutnya, jejaring komunitas sesama pelaku usaha membantu mengakselerasi kompetensi bisnis para UMKM, khususnya bagi yang baru terjun ke dunia ini.

Wadah yang diciptakan Gojek, seperti Komunitas Partner GoFood (KOMPAG), A Cup of Moka (ACOM), Temu Midtrans, dan Bincang Biznis, membantu para mitra usaha mempelajari ilmu dan kemampuan baru dalam berdagang.

"Misalnya saja, 77% mitra yang baru bergabung di Gojek yang baru bergabung mengaku telah mendapatkan keterampilan berjualan online dalam waktu kurang dari tiga bulan," imbuhnya.

Kontributor : Dafi Yusuf

Load More