SuaraJawaTengah.id - Suatu malam, Aning sulit tidur meski mata sudah layu. Dia tak berhenti berfikir soal nasib puluhan anak yang ada di panti asuhannya saat pandemi.
Pasalnya, ketika pandemi banyak donatur yang berhenti membantu di panti asuhannya. Padahal dalam satu bulan, dia harus keluar uang puluhan juta untuk biaya makan, sekolah dan listrik untuk panti asuhan miliknya.
Tak mau hanya diam dengan keadaan, wanita 45 tahun tersebut segera mencari cara agar kehidupan anak asuhnya tetap sejahtera meski di tengah terpaan pandemi Covid-19.
Dia kemudian mengambil langkah dengan membuka usaha tahu petis "Bu Aning" untuk membantu semua keperluan anak asuh mulai dari sekolah hingga keperluan sehari-hari.
"Kalau tak ada suami yang memberikan dukungan kepada saya, sebenarnya hampir putus asa," katanya menceritakan perjuangannya ketika awal pandemi, Sabtu (30/10/2021).
Panti asuhan miliknya bernama Rumah Shalom terletak di jalan Delta Mas VII nomor 56, Kuningan, Semarang Utara.
Tak seperti panti asuhan pada umumnya. Pertama kali masuk di panti asuhan tersebut kami diperlihatkan anak-anak yang sedang memproduksi tahu petis.
Di panti asuhan, mereka diajarkan untuk wirausaha mulai dari produksi hingga pemasaran agar ketika keluar dari panti asuhan tersebut mereka bisa mandiri.
Bidang akutansi hingga admin media sosial dilakukan secara mandiri oleh anak-anak panti asuhan, tentunya dengan bimbingan Aning yang hampir 24 jam menemani aktifitas mereka.
Baca Juga: Pukul Korban Pakai Keling, Maling Bertato Asal Semarang Ini Berakhir Ngenes
Usaha Tahu Petis Bu Aning telah Dia mulai pada tahun 2019 lalu. Aning menuturkan, tak mudah untuk memulai bisnis ini.
Dia mengaku sempat berkecil hati apabila usahanya "mati" seperti usaha-usaha sebelumnya. Dia juga sempat khawatir jika usahanya dianggap hanya memanfaatkan Rumah Shalom.
Saat awal pandemi, kondisi keuangan panti asuhan Aning benar-benar lumpuh. Karena itu, dia juga sempat nunggak sampai Rp 30 juta untuk biaya sekolah anak asuh selama satu bulan.
"Akhirnya saya nekat untuk mencoba jualan tahu petis itu," ujarnya.
Setelah berjalan satu bulan, tahu petis tersebut ternyata mulai membuahkan hasil. Dia mencoba mengikuti promo Gofood dan beberapa marketplace agar jualannya semakin dikenal oleh warga.
"Ternyata orang-orang pada suka juga. Mereka juga tahu dari mulut ke mulut, akhirnya semakin laris. Usaha laku berkat bocah-bocah ini," katanya sembari mengenalkan anak asuhnya yang memasarkan produk melalui media sosial.
Berita Terkait
Terpopuler
- 31 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 18 Desember: Ada Gems dan Paket Penutup 112-115
- Kebutuhan Mendesak? Atasi Saja dengan BRI Multiguna, Proses Cepat dan Mudah
- 5 Skincare untuk Usia 60 Tahun ke Atas, Lembut dan Efektif Rawat Kulit Matang
- 5 Mobil Keluarga Bekas Senyaman Innova, Pas untuk Perjalanan Liburan Panjang
- Kuasa Hukum Eks Bupati Sleman: Dana Hibah Pariwisata Terserap, Bukan Uang Negara Hilang
Pilihan
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
-
Samsung PD Pasar Tablet 2026 Tetap Tumbuh, Harga Dipastikan Aman
Terkini
-
Banjir Bandang Sapu Wisata Guci Tegal di Tengah Liburan, Pancuran 13 Tertutup Lumpur dan Batu
-
Libur Nataru Lebih Tenang, Pertamina Siagakan Motorist, hingga Serambi MyPertamina
-
Pemprov Jateng Pulangkan 100 Warga Terdampak Banjir Sumatera
-
Danantara dan BP BUMN Hadirkan 1.000 Relawan, Tegaskan Peran BUMN Hadir di Wilayah Terdampak
-
Turunkan Bantuan ke Sumatera, BRI Juga akan Perbaiki dan Renovasi Sekolah