Budi Arista Romadhoni
Selasa, 02 November 2021 | 14:03 WIB
Ilustrasi Banjir. Banjir dan gelombang panas sering kali terjadi, cuaca ekstrem kini harus dihadapi dan menjadi normal baru. (Pixabay.com/Hermann)

"Permukaan laut naik lebih cepat sekarang daripada waktu lain dalam dua milenium terakhir," kata Prof Jonathan Bomber, Direktur Pusat Glasiologi Bristol.

"Jika kita melanjutkan lintasan seperti saat ini, maka kenaikan itu bisa melebihi 2 meter pada tahun 2100 yang menggusur sekitar 630 juta orang di seluruh dunia. Konsekuensinya tidak terbayangkan."

Dalam hal suhu, 2021 kemungkinan akan menjadi rekor terpanas keenam atau ketujuh.

Itu karena dalam bulan-bulan awal tahun ini dipengaruhi oleh peristiwa La Niña, fenomena cuaca alami yang cenderung mendinginkan suhu global.

Tetapi laporan itu juga menunjukkan bahwa rekor suhu global berada di jalur untuk menembus 1C untuk pertama kalinya selama periode 20 tahun.

"Fakta bahwa rata-rata 20 tahun telah mencapai lebih dari 1 derajat Celcius di atas tingkat pra-industri akan memusatkan pikiran para delegasi di COP26 yang bercita-cita untuk menjaga kenaikan suhu global dalam batas yang disepakati di Paris enam tahun lalu," kata Prof Stephen Belcher, kepala ilmuwan di Kantor Met Inggris, yang berkontribusi pada laporan tersebut.

Mengomentari analisis tersebut, Sekretaris Jenderal PBB António Guterres, mengatakan bahwa planet ini berubah di depan mata kita.

"Dari kedalaman laut hingga puncak gunung, dari gletser yang mencair hingga peristiwa cuaca ekstrem yang tak henti-hentinya, ekosistem dan komunitas di seluruh dunia sedang hancur," katanya.

"COP26 harus menjadi titik balik bagi manusia dan planet ini," kata Guterres.

Baca Juga: Selama Jabat Gubernur, Anies Baru Tahun Ini Targetkan Penanganan Banjir di Jakarta

Load More