Scroll untuk membaca artikel
Budi Arista Romadhoni
Selasa, 16 November 2021 | 16:25 WIB
ilustrasi pertanian, Lahan pertanian di Kota Semarang saat ini tinggal 6 persen dari total luas keseluruhan.(pixabay)

SuaraJawaTengah.id - Lahan pertanian di Kota Semarang saat ini tinggal 6 persen dari total luas keseluruhan. Untuk itu, Pemkot Kota Semarang menganjurkan warganya untuk melakukan urban farming.

Kepala Dinas Pertanian Kota Semarang, Hernowo Budi Luhur mengatakan, luasan lahan pertanian tersebut saat harus dipertahankan. Berdasarkan Perda Kota Semarang, luas lahan yang tersisa itu tak boleh dimanfaatkan untuk hal lain.

"Harus dipertahankan dan tidak boleh diubah fungsinya menjadi lahan lain," jelasnya, Selasa (16/11/2021).

Untuk itu, dia mendorong agar warga Kota Semarang melakukan urban farming dengan memanfaatkan lahan sempit yang ada di perkotaan. Menurutnya, setiap jengkal tanah bisa menjadi produktif.

Baca Juga: Irigasi Bantu Percepat Tingkatkan Indeks Pertanian

"Nantinya akan bermanfaat setiap jengkal tanah bisa untuk tanaman," ucapnya.

Menurutnya, situasi pandemi saat ini bisa menjadi kesempatan untuk warga karena banyak aktifitas yang dillakukan di rumah. Saat ini juga banyak warga yang bekerja dan sekolah dari rumah selama pandemi.

"Masyarkat akhirnya mau tidak mau, suka atau tidak suka melakukan kegiatan penanaman di rumah untuk mencukupi kebutuhan pangannya sendiri," katanya.

Sampai saat ini, pihaknya memang sedang mendorong masyarkat agar melakukan urban farming melalui pembentukan kelompok di daerah. Untuk itu, pihaknya juga menyediakan pelatihan untuk warga yang berminat untuk melakukan urban farming.

"Kita selalu ada kegiatan pelatihan, setiap hari sabtu kita selalu ada pelatihan," katanya.

Baca Juga: Ombak Laut Rusak Puluhan Perahu di Semarang, Nelayan Tagih Janji Wali Kota Buatkan Talut

Sejauh ini, sudah ada 116 kelompok tani urban farming. Selain itu, banyak juga kelompok-kelompok RT yang juga melakukan urban farming. Jika ditotal, sudah ada 500 bibit baru yang melakukan urban farming di Kota Semarang.

"Selama pandemi sudah 50 kali melakukan kegiatan. Jadi mungkin sudah ada 500 bibit-bibit baru (anggota baru) orang-orang yang suka dengan urban farming," imbuhnya.

Sementara itu, warga Kota Semarang, Adi Mungkas setuju dengan urban farming. Menurutnya, dengan urban farming tanaman yang ditanam tak menghabiskan banyak ruang di tengah perkotaan.

"Di Semarang apalagi yang ada di perumahan biasnaya lahannya sempit. Tak punya banyak lahan," paparnya.

Sejauh ini, dia mengaku sudah mencoba untuk menanam beberapa tumbuhan seperti kacang dan juga timun. Namun, dia mengaku belum mencoba konsep urban farming yang diajarkan oleh pemerintah.

"Nanti saya akan mencoba," ujarnya.

Kontributor : Dafi Yusuf

Load More