SuaraJawaTengah.id - Lahan pertanian di Kota Semarang saat ini tinggal 6 persen dari total luas keseluruhan. Untuk itu, Pemkot Kota Semarang menganjurkan warganya untuk melakukan urban farming.
Kepala Dinas Pertanian Kota Semarang, Hernowo Budi Luhur mengatakan, luasan lahan pertanian tersebut saat harus dipertahankan. Berdasarkan Perda Kota Semarang, luas lahan yang tersisa itu tak boleh dimanfaatkan untuk hal lain.
"Harus dipertahankan dan tidak boleh diubah fungsinya menjadi lahan lain," jelasnya, Selasa (16/11/2021).
Untuk itu, dia mendorong agar warga Kota Semarang melakukan urban farming dengan memanfaatkan lahan sempit yang ada di perkotaan. Menurutnya, setiap jengkal tanah bisa menjadi produktif.
"Nantinya akan bermanfaat setiap jengkal tanah bisa untuk tanaman," ucapnya.
Menurutnya, situasi pandemi saat ini bisa menjadi kesempatan untuk warga karena banyak aktifitas yang dillakukan di rumah. Saat ini juga banyak warga yang bekerja dan sekolah dari rumah selama pandemi.
"Masyarkat akhirnya mau tidak mau, suka atau tidak suka melakukan kegiatan penanaman di rumah untuk mencukupi kebutuhan pangannya sendiri," katanya.
Sampai saat ini, pihaknya memang sedang mendorong masyarkat agar melakukan urban farming melalui pembentukan kelompok di daerah. Untuk itu, pihaknya juga menyediakan pelatihan untuk warga yang berminat untuk melakukan urban farming.
"Kita selalu ada kegiatan pelatihan, setiap hari sabtu kita selalu ada pelatihan," katanya.
Baca Juga: Irigasi Bantu Percepat Tingkatkan Indeks Pertanian
Sejauh ini, sudah ada 116 kelompok tani urban farming. Selain itu, banyak juga kelompok-kelompok RT yang juga melakukan urban farming. Jika ditotal, sudah ada 500 bibit baru yang melakukan urban farming di Kota Semarang.
"Selama pandemi sudah 50 kali melakukan kegiatan. Jadi mungkin sudah ada 500 bibit-bibit baru (anggota baru) orang-orang yang suka dengan urban farming," imbuhnya.
Sementara itu, warga Kota Semarang, Adi Mungkas setuju dengan urban farming. Menurutnya, dengan urban farming tanaman yang ditanam tak menghabiskan banyak ruang di tengah perkotaan.
"Di Semarang apalagi yang ada di perumahan biasnaya lahannya sempit. Tak punya banyak lahan," paparnya.
Sejauh ini, dia mengaku sudah mencoba untuk menanam beberapa tumbuhan seperti kacang dan juga timun. Namun, dia mengaku belum mencoba konsep urban farming yang diajarkan oleh pemerintah.
"Nanti saya akan mencoba," ujarnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Mobil Bekas Keluarga 3 Baris Rp50 Jutaan Paling Dicari, Terbaik Sepanjang Masa
- JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
- Nikmati Belanja Hemat F&B dan Home Living, Potongan Harga s/d Rp1,3 Juta Rayakan HUT ke-130 BRI
- 5 Sepatu Running Lokal Selevel Asics Original, Kualitas Juara Harga Aman di Dompet
- Nikmati Segarnya Re.juve Spesial HUT ke-130 BRI: Harga Istimewa Mulai Rp13 Ribu
Pilihan
-
Jadwal dan Link Streaming Nonton Rizky Ridho Bakal Raih Puskas Award 2025 Malam Ini
-
5 HP RAM 6 GB Paling Murah untuk Multitasking Lancar bagi Pengguna Umum
-
Viral Atlet Indonesia Lagi Hamil 4 Bulan Tetap Bertanding di SEA Games 2025, Eh Dapat Emas
-
6 HP Snapdragon RAM 8 GB Termurah: Terbaik untuk Daily Driver Gaming dan Multitasking
-
Analisis: Taktik Jitu Andoni Iraola Obrak Abrik Jantung Pertahanan Manchester United
Terkini
-
Fundamental Solid Dorong Kapitalisasi Pasar BRI Terus Tumbuh Dua Dekade
-
7 Hatchback Bekas di Bawah Rp100 Juta yang Masih Layak Jadi Mobil Harian
-
Polisi Ungkap Pembunuhan Advokat di Cilacap, Motif Pelaku Bikin Geleng-geleng
-
UPZ Baznas Semen Gresik Salurkan Bantuan Kemanusiaan bagi Warga Terdampak Bencana Banjir di Sumbar
-
3 Pilihan Mobil Bekas Rp60 Jutaan: Irit BBM, Nyaman untuk Perjalanan Luar Kota