Scroll untuk membaca artikel
Budi Arista Romadhoni
Rabu, 17 November 2021 | 10:15 WIB
Mural wayang di Dusun Karangwatu, Desa Pucungrejo, Kecamatan Muntilan, Magelang. [suara.com/ Angga Haksoro Ardi]

SuaraJawaTengah.id - Pabrikan sepatu terkenal Adidas salah menyebut wayang kulit sebagai kesenian dari Malaysia. Hal itu tentu saja menjadi pekerjaan rumah (PR) bagi Indonesia untuk lebih gencar lagi mengenalkan budaya ke luar negeri.   

Akun Instagram Adidas Singapura, @adidassg sebelumnya mengunggah peluncuran sepatu Ultraboost DNA City Pack dengan desain bertema wayang kulit.

Pada caption produk, mereka menulis: "Rayakan warisan budaya Malaysia melalui sudut pandang @JAEMYC di #UltraBoost DNA City Pack kami berikutnya!"

Unggahan tersebut sontak ditanggapi keras oleh netizen Indonesia. Mereka mengritik Adidas yang salah menyebut wayang kulit sebagai seni budaya asal Malaysia.

Baca Juga: Adidas Minta Maaf Usai Sebut Wayang Kulit dari Malaysia

Adidas Buat Warganet Indonesia Geram Sebut Wayang Kulit dari Malaysia (Instagram/@adidassg)

Postingan itu kemudian diralat pihak Adidas. Mereka menulis wayang kulit berasal dari Indonesia yang telah menginspirasi negara lainnya di Asia Tenggara.

"Berasal dari Indonesia, Wayang Kulit telah menginspirasi daerah lain di Asia Tenggara. Desain #UltraBOOST DNA City Pack memberi penghormatan kepada bentuk seni lewat menggabungkan elemen Wayang Kulit dengan palet warna modern, dalam pendekatan "old-meets-new" pada DNA UltraBOOST. Paket diluncurkan pada 11 November 2021. Catat tanggalnya!"

Salah persepsi soal negara asal wayang kulit, ditanggapi seniman wayang kulit sekaligus dalang, Yulius Iswanto (49 tahun). Lulusan Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta Jurusan Kriya ini tidak asing dengan seni tatah sungging (mengukir) wayang kulit.

Iswanto pernah belajar mendalang di Habirando, sekolah informal seni pedalangan milik Keraton Yogyakarta pada tahun 2004. Rumahnya di Dusun Karangwatu, Desa Pucungrejo, Muntilan, Magelang saat ini dijadikan studio pembuatan wayang kulit.   

Menurut Iswanto, tidak ada keraguan bahwa wayang kulit adalah seni budaya milik Indonesia. Kesenian ini hidup di masyarakat Indonesia secara turun temurun.

Baca Juga: Akun Adidas Singapura Diserbu Warganet Indonesia Usai Sebut Wayang Kulit dari Malaysia

Badan PBB yang mengampu bidang kebudayaan, UNESCO bahkan mengakui wayang sebagai Karya Agung Budaya Dunia (a Masterpiece of the Oral and Intangibel Heritage of Humanity).

Momentum penetapan wayang sebagai Karya Agung Budaya Dunia pada 7 November 2003 itu kemudian dijadikan Hari Wayang Nasional.

Upaya Indonesia mengenalkan wayang kulit juga pernah dilakukan dalang Ki Manteb Soedharsono sekitar tahun 1992. Bersama BJ Habibie yang saat itu menjabat Menteri Negara Riset dan Teknologi, Ki Manteb menggelar pertunjukan wayang kulit pada pameran dagang di Spanyol.

Ki Manteb juga pernah diudang mendalang di Amerika Serikat, Jerman, Swiss, Ingris, Prancis, Suriname, Jepang, dan Thailand.

“Yang penting kita punya data bahwa wayang kulit itu berangkat dari kita (Indonesia). Pak Manteb dulu ketika di luar negeri untuk membuktikan sunguh-sungguh itu dari Indonesia. Sudah komplit menjabarkan,” kata Iswanto, Rabu (17/11/2021).

Mengenalkan wayang ke luar negeri sebelumnya juga pernah dilakukan dalang Ki Anom Suroto. Beliau menggelar pertunjukan wayang kulit pada misi kebudayaan Indonesia di Amerika tahun 1991.   

“Sebelumnya banyak juga dalang senior seperti Pak Nartosabdo, Pak Anom Suroto, kemudian Mas Radyo Harsono itu juga sudah berkiprah di luar negeri. Pesan dari Tanah Air saya kira mereka mempromosikan wayang kulit itu sebagai budaya asli Indonesia.”

Menurut Iswanto yang paling penting dilakukan saat ini adalah mengenalkan wayang kulit kepada generasi muda. Kemajuan teknologi informasi dapat dimanfaatkan untuk mengenalkan wayang ke masyarakat yang lebih luas.

“Saya merasa iklim generasi millenial juga nggak alergi dengan wayang. Mereka banyak sekali yang memberi perhatian pada wayang,” ujar Iswanto.

Dalam contoh kasus Adidas, justru menunjukkan bahwa tema wayang luwes dan wangun untuk ditampilkan pada media apapun. Lukisan kontemporer wayang, lukisan dinding bertema wayang mulai banyak ditemukan.

Tema wayang sudah banyak dibuat menjadi barang seni menggunakan bermacam media. Dari mulai keramik, kaca, hingga logam dan resin.

Iswanto bersama sekitar 25 warga Dusun Karangwatu sedang mengerjakan proyek mural tema wayang di kampung mereka. Tembok-tembok gang yang semula polos dihias mural wayang.

“Ini masih proses. Point kami itu 3 ribu meter persegi untuk Dusun Karangwatu, meliputi 4 gang. Hampir 1 tahun ini kami kerjakan, baru menyelesaikan sekitar separonya.”

Pekerjaan yang sudah selesai adalah menghias tembok sepanjang 43 meter di gang 1, Dusun Karangwatu. Tema mural wayang yang diangkat adalah kisah lahirnya Wisanggeni.

Proyek yang sedang dikerjakan saat ini adalah melukis tembok di depan Gereja Kristen Indonesia (GKI) Muntilan. Pada tembok tersebut dilukis mural wayang wahyu yang mengambil cerita dari Injil.

Iswanto punya angan-angan menjadikan Dusun Karangwatu sebagai kampung mural wayang. Semua tembok kosong akan dihias mural bertema wayang kulit.

“Rencana dalam angan-angan saya nanti akan kami respon sebagai media mural wayang. Karena disana (Jalan Raden Santri) ada tembok yang lebar-lebar. Akan lebih khas lagi karena temboknya gede, otomatis muralnya akan lebih kolosal.”

Kontributor : Angga Haksoro Ardi

Load More