Scroll untuk membaca artikel
Budi Arista Romadhoni
Jum'at, 17 Desember 2021 | 10:22 WIB
Kondisi musala yang mengalami rusak akibat tanah gerak. [Suara.com /Citra Ningsih]

SuaraJawaTengah.id - Tanah gerak terjadi di Desa Majalengka, Kecamatan Bawang, Banjarnegara, Jawa Tengah. Sebanyak 9 bangunan mengalami rusak dan 20 rumah lainnya terancam.

Selain tanah longsor, wilayah Banjarnegara juga rawan terjadi bencana tanah gerak. Dari pantauan Suara.com, 8 rumah warga dan satu musala yang rusak akibat tanah gerak.

Sebagian besar, bagian lantai rumah ambles dan dinding retak retak. Hal ini menyebabkan bangunan jadi miring.

Sekretaris Desa Majalengka, Arif Heru Setyoko mengatakan, tingginya curah hujan mengakibatkan pergeseran tanah di dua dusun, desa Majalengka. Hal ini mengakibatkan sejumlah rumah warga rusak.

Baca Juga: Awas! Tak Hanya Waspada Bencana, ISPA Bisa Menyerang Saat Musim Hujan

“Yang sudah terdampak, ada 8 rumah warga. 5 rumah di Dusun Majalangu dan tiga rumah di Dusun Wiradrana,” ujarnya saat ditemui di kantor pemerintah desa Majalengka, Jumat (17/12/2021).

Rata-rata kerusakan terjadi di bagian dinding, lantai dan atap rumah. Selain itu, akibat tanah bergerak ini juga mengancam sekitar 20 rumah warga yang berada di sekitar lokasi tersebut.

Jika terjadi hujan dengan intensitas tinggi, pihaknya menghimbau agar warga untuk mengungsi ke tempat yang lebih aman.

“Kami sudah menyarankan kepada warga, jika hujan untuk mengungsi dulu ke tempat yang lebih aman. Karena jika hujan lebat, tanah terus bergeser. Termasuk 20 rumah yang terancam untuk ikut waspada. Meskipun belum sampai terdampak,” imbau dia.

Ia menyebut, lebar keretakan dinding rumah terus bertambah jika terjadi hujan lebat. Kondisi ini membuat warga takut jika rumah yang ditempati roboh.

Baca Juga: Musim Hujan Jadi Ladang Rezeki Pengusaha Laundry, Omzet Naik Hingga 30 Persen

“Kalau hujan lebat pasti ada penambahan lebar dinding yang retak-retak ini. Sebenarnya kalau takut ya takut, tapi mau bagaimana lagi,” ujarnya.

Salah satu pemilik rumah, Sangaji menuturkan tanah bergerak yang terjadi di sekitar tempat tinggalnya membuat rumah dan mushola rusak. Bahkan, rumah yang ia tempati dinding di sisi depan sempat ambruk.

“Rumah saya pernah bagian tembok yang depan ini ambruk karena retaknya cukup lebar. Rata-rata memang karena bagian lantai ambles dan bergeser sehingga membuat tembok retak,” ungkap dia.

Kondisi serupa juga terjadi di mushola yang rusak bagian lantai, dinding dan atap. Meski begitu, mushola tersebut masih digunakan warga untuk ibadah hingga saat ini.

“Sampai sekarang masih digunakan untuk ibadah. Termasuk juga kadang-kadang untuk kumpul warga,” kata dia.

Kontributor : Citra Ningsih

Load More