Scroll untuk membaca artikel
Budi Arista Romadhoni
Kamis, 30 Desember 2021 | 12:45 WIB
Foto Khong A Djong dan rompi macan yang diperoleh dari pertarungan bebas di China. (Solopos/Facebook Bram Luska)

SuaraJawaTengah.id - Perjalanan Kota Semarang tak lepas dari kelompok masyarakat dari Tionghoa. Makanan dan minuman legendaris pun juga bisa disebut peninggalan dari para leluhur keturunan orang-orang tiongkok. 

Seperti lumpia, dan minumah keras Congyang yang diproduksi di Kota Semarang. Yang menjadi menarik, awal mula adanya Congyang adalah sebagai minuman obat dari master kungfu di Kota Atlas.  

Kisah master kungfu di Kota Semarang itu pun dikaitkan dengan nama Wong Fei Hung pendekar kungfu legendaris dari Tiongkok yang kerap ditayangkan di layar kaca.

Master Wong, sapaan Wong Fei Hung, ternyata memiliki murid yang berasal dari Indonesia, yakni di Kota Semarang. Ia adalah Khong Ching Chiang, atau yang akrab dikenal dengan Suhu Khong A Djong.

Baca Juga: Wow! 25.271 Anak di Kota Semarang Disuntik Vaksin Covid-19

Bagi sebagian warga Kota Semarang, nama Khong A Djong mungkin sudah cukup familiar. Semasa hidupnya, Khong A Djong dikenal sebagai tabib atau pakar pengobatan Tiongkok di bidang ortopedi, atau penyembuhan tulang.

Namun, tak hanya ahli dalam ilmu pengobatan tulang. Khong A Djong juga dikenal sebagai jago ilmu bela diri, kungfu. Bahkan, konon Suhu Khong mewarisi ilmu kungfu dari Wong Fei Hung, atau Master Wong.

Menyadur dari Solopos.com jaringan Suara.com, Bram Luska, yang merupakan cucu murid Suhu Khong, Ang Hok Bie, mengatakan Khong A Djong mewarisi ilmu bela diri kungfu dari Wong Fei Hung. 

Kepada Master Wong, Khong A Djong belajar ilmu pengobatan China. Sedangkan untuk ilmu bela diri, Khong A Djong berlatih di biara Shaolin Sie dan berguru pada master bela diri Hung Gar, Suhu Siong Mao, yang merupakan murid Wong Fei Hung.

Menurut Bram, kala itu Khong A Djong sempat belajar ilmu bela diri dan ilmu pengobatan dari Wong Fei Hung. Ilmu inilah yang untuk selanjutnya dipraktikan Khong A Djong saat pulang di Indonesia.

Baca Juga: Libur Nataru, Hendi Larang Pegawai Pemkot Semarang Bepergian Luar Kota

“Ilmu pengobatan yang dipelajari Suhu Khong disamping sebagai tabib atau sinse, juga mengenal ilmu ortopedi, atau yang dikenal sebagai pengobatan patah tulang,” ujar Bram beberapa waktu lalu.

Bram menuturkan Khong A Djong lahir di Kampung Gabahan Lengkong Buntu, Kota Semarang, pada era 1900-an. Ia lahir dari pasangan Khong Hien Yie dan Lie Kwat Nio, yang berprofesi sebagai penjual lo siobak, sejenis penganan berbahan baku daging babi.

Saat berusia tujuh tahun, Khong A Djong dibawa neneknya ke Negeri Tirai Bambu. Di Tiongkok, Khong A Djong tinggal bersama pamannya di Nan Hai, Provinsi Kwantung.

Di China, Khong A Djong tak hanya belajar membaca dan menulis. Ia juga menuntut ilmu bela diri di biara Shaolin Sie dan juga berguru kepada Suhu Siong Mao, yang merupakan ahli bela diri aliran Hung Gar.

Rompi Macan

Di awal abad ke-20, A Djong juga pernah mengikuti turnamen beladiri untuk mendapatkan rompi yang terbuat dari kulit harimau, atau hua bei xin. Rompi itu sebagai hadiah bagi ahli bela diri yang telah memenangi pertarungan tujuh kali beruntun di arena pertarungan bebas, yang terbuat dari panggung setinggi 2 meter. Rompi kulit harimau itu pun hingga kini masih disimpan oleh putranya, Khong Fan Sen.

Pada tahun 1930-an, timbul kekacauan di Tiongkong akibat peperangan. Khong A Djong pun pulang ke Semarang dan menetap di Kampung Gabahan pada 1934.

Tak lama kemudian, Khong A Djong menikahi gadis tetangga yang bernama Auw Yang Ien Nio. Keduanya kemudian menetap di Kampung Brondongan. Di kampung inilah Khong A Djong memulai bisnis berdagang koran hingga berjualan palawija, dan rempah-rempah, serta mempraktikan ilmu pengobatan yang diperoleh dari Wong Fei Hung.

Ia juga aktif terlibat dalam perkumpulan Hoo Hap Hwe, yang kala itu berkantor di Jalan Plampitan. Suhu Khong A Djong di perkumpulan Hoo Hap juga dikenal sebagai kausu, atau guru besar dan juga pendiri.

Bram menuturkan pada era 1950-an, Khong A Djong pernah berduel dengan seorang pejudo senior dari Jepang, Master Makino. Pertarungan dua jago bela diri in pun digelar secara terbuka di kawasan Pecinan Semarang.

Dalam pertarungan itu, Khong A Djong mampu mengalahkan Master Makino, hingga semakin banyak orang yang ingin berguru kepadanya. Keahlian ilmu bela diri Khong A Djong, konon sempat masuk pemberitaan media kala itu. Bahkan kabarnya atraksi Khong A Djong sempat diliput media televisi, TVRI, saat dirinya dilindas truk. Atraksi inilah yang membuat nama Khong A Djong kian populer kala itu.

Bram mengaku kemampuan bela diri Khong A Djong bahkan masih diperlihatkan saat usia senja. Kala itu, Bram pernah menyaksikan Khong A Djong memainkan senjata kwan tao, tombak berujung golok besar.

“Padahal, kwan tao sangat berat. Kami yang saat itu masih duduk bangku SD saja untuk mengangkat senjata itu saja kesulitan. Namun, Suhu Khong A Djong mampu memainkannya dengan sangat cekatan,” ujar Bram.

Congyang

Tak hanya ahli bela diri, Khong A Djong juga memiliki keahlian dalam ilmu pengobatan. Ia bahkan pernah memproduksi minuman kesehatan yang populer dengan sebutan minuman Adjong, pada tahun 1970-an.

Konon minuman A Djong, mirip seperti arak. Siapa yang meminumnya dengan takaran berlebihan akan mengalami mabuk. Kondisi ini pulalah yang membuat istilah Ndoyong Adjong sangat populer di Kota Semarang kala itu. Ndoyong Adjong adalah istilah bagi orang yang mabuk seusai mengonsumsi minuman Adjong.

Namun kejayaan minuman Adjong berakhir di era 1980-an. Pabrik minuman Adjong pun harus ditutup. Meski demikian, masyarakat Kota Semaranng masih mengenang minuman Adjong sebagai salah satu minuman top di zamannya.

Pasca-berakhirnya era minuman Adjong, muncul minuman congyang, yang hingga kini menjadi trademark minuman beralkohol khas Semarang.

Meski demikian, banyak yang menyebut jika minuman congyang ini merupakan turunan dari minuman Adjong. Bahkan, banyak yang menyebut jika pembuat minuman congyang, Koh Tiong, sebagai murid Khong A Djong yang mewarisi ilmu pembuatan atau meracik minuman kesehatan.

Putra Khong A Djong, Khong Fan Shen, membantah rumor yang menyebutkan Koh Tiong merupakan murid ayahnya. Ia bahkan menampik kabar jika Koh Tiong pernah menjadi karyawan Suhu Khong, baik dalam seni bela diri maupun meracik minuman kesehatan.

“Minuman Adjong hanya diproduksi kala itu oleh Suhu Khong Adjong sendiri. Beliau juga tidak pernah membuka cabang atau pun membagi resep minumannya kepada siapa pun,” ujar Khong Fan Shen.

Khong Fan Shen yang saat ini mewarisi ilmu pengobatan Suhu Khong mengaku bahwa minuman Adjong sebenarnya dibuat sebagai minuman kesehatan. Minuman ini bertujuan untuk menjaga stamina tubuh agar tetap sehat dan segar.

Suhu Khong A Djong meninggal pada 26 September 2008, di usia ke-108. Di masa tuanya, Khong A Djong membaktikan dirinya dalam ilmu pengobatan dengan membuka tempat praktik di Jalan Jomblang.

Kini, ilmu pengobatan Khong A Djong dilanjutkan oleh Khong Fan Shen yang membuka praktik di Jalan Lamper, Semarang Selatan.

Load More