Scroll untuk membaca artikel
Budi Arista Romadhoni
Jum'at, 07 Januari 2022 | 18:57 WIB
Wakil Gubernur Jawa Tengah, Taj Yasin Maimoen. Taj Yasin Maimoen meminta ada program penguatan kurikulum untuk mencegah terjadinya berbagai bentuk praktik kekerasan fisik dan seksual. (Dok: Pemprov Jateng)

SuaraJawaTengah.id - Kekerasan fisik dan seksual di pondok pesantren menjadi hal yang menakutkan saat ini. Jika tak ditangani, kepercayaan orang tua menyekolahkan ke ponpes jadi menurun. 

Wakil Gubernur Jawa Tengah Taj Yasin Maimoen meminta ada program penguatan kurikulum untuk mencegah terjadinya berbagai bentuk praktik kekerasan di lingkungan pondok pesantren.

"Program penguatan kurikulum itu, seperti yang ditawarkan Lembaga Rabithah Ma'ahid Islamiyah (RMI) Nahdlatul Ulama (NU)," kata Wagub dikutip dari ANTARA di Semarang, Jumat (7/1/2022).

Menurut wagub, RMI NU Jateng juga memberikan masukan terkait penguatan kurikulum muatan lokal dalam materi pembelajaran.

Baca Juga: Kantongi Identitas, Polisi Selidiki Motif Pengunggah Video Dugaan Mendiskreditkan Makam

Selain itu, RMI NU Jateng juga memberikan pelatihan terhadap pondok-pondok pesantren tentang manajerial keuangan, manajerial bagaimana pesantren itu bisa mengembangkan ekonominya.

"Intinya kita kerja samakan, dan juga sekaligus penguatan materinya. Materinya kami ingin dorong untuk ada di madin-madin, pembelajaran kitab lagi, sehingga terbentuk akhlak mulia tidak rancu," ujarnya.

Nantinya, lanjut wagub, RMI NU Jateng melalui penguatan materi kurikulum akan memberikan warna baru dalam pembelajaran di pondok pesantren.

"Dengan demikian, program-program yang disusun RMI NU Jateng bisa diharmonisasikan dengan program dari Pemprov Jateng," katanya.

Baca Juga: Gempar Santriwati Jadi Korban Pelecehan Seksual di Pondok Pesantren Kapanewon Sentolo

Load More