Menjelang Imlek, seluruh wadah dupa dibersihkan. Abu dupa diayak hingga halus untuk kemudian dikembalikan ke wadah semula. “Sebagai ungkapan penghormatan. Abu dupa tidak dibuang. Tiap tahun diayak saja. Ini sudah 40 tahun lebih,” kata Suhu Hwat.
Menurut Suhu Hwat, sekarang tidak banyak lagi orang Tionghoa yang menyediakan altar pemujaan di rumah. Kebanyakan mereka tidak memiliki waktu untuk mengurus altar.
Padahal dalam merawat altar terkandung nilai-nilai penghormatan dan spiritual yang tinggi. “Kalau benda-benda ini saja kita merawat dengan hati-hati dan hormat, apalagi dengan yang bernyawa. Harusnya kan lebih. Generasi sekarang sudah nggak mau repot.”
Meski belakangan generasi Tionghoa ada yang mulai tertarik merawat altar, mereka kalah dengan ketekunan orang-orang keturunan India. “Sebagian besar rumah pasti ada altarnya. Dari anak-anak memang sudah dididik begitu.”
Baca Juga: Viral Video Kerumunan Diduga Perayaan Imlek di Sebuah Mal, Netizen: Siapa yang Kasih Izin sih?
Menurut Suhu Hwat, agama Hindu mengenal perhitungan tahun yang mirip dengan ilmu feng shui. Primbon yang dikenal oleh masyarakat Jawa juga peninggalan agama Hindu.
“Perhitungan yang di primbon itu kan peninggalan Hindu. Tapi yang primbon ini kan cuma mengikuti yang sudah ada. Hanya dicetak ulang, tapi tidak mengikuti pergeseran waktu atau tahun,” katanya
Di India masih banyak pendeta Hindu yang mempelajari ilmu pergesaran tahun berdasarkan perubahan posisi Jupiter, Venus, dan Mars.
Sebelum pandemi, minimal sebulan sekali Suhu Hwat berangkat ke Jakarta memenuhi panggilan para klien. Kebanyakan orang-orang keturunan India.
Mereka berkonsultasi soal tata letak rumah, tempat usaha, karir atau jenis pekerjaan yang cocok. Mayoritas warga India di Jakarta menggeluti usaha tekstil, garmen, alat olah raga, atau produksi film.
Baca Juga: Selain Tahun Baru Imlek, Ini Daftar Tanggal Merah Bulan Februari 2022
Salah satu kliennya saat ini menduduki posisi penting di salah satu perusahaan impor film. Suhu Hwat menyarankan orang ini alih profesi sesuai feng shui, setelah bisnis penjualan kainnya bangkrut.
Berita Terkait
-
Berkah Lebaran: Perajin Temanggung Sulap Keranjang Lokal Jadi Hampers Kue Kekinian
-
Gender Integrity Pact, Wujud Nyata Pemberdayaan Perempuan di Desa Tretep
-
Sejarah Cap Go Meh, Tradisi 2000 Tahun dari Ritual Kuno Hingga Festival Lampion
-
Semarak Perayaan Pawai Cap Go Meh di Pecinan Glodok
-
Kiprah Ravi Murdianto di Liga 4, Kebobolan 13 Gol dan Gagal Lolos ke Delapan Besar
Terpopuler
- 10 Transformasi Lisa Mariana, Kini Jadi Korban Body Shaming Usai Muncul ke Publik
- Daftar Pemain Timnas Belanda U-17 yang Gagal Lolos ke Piala Dunia U-17, Ada Keturunan Indonesia?
- Titiek Puspa Meninggal Dunia
- Gacor di Liga Belanda, Sudah Saatnya PSSI Naturalisasi Pemain Keturunan Bandung Ini
- Eks Muncikari Robby Abbas Benarkan Hubungan Gelap Lisa Mariana dan Ridwan Kamil: Bukan Rekayasa
Pilihan
-
Momen Timnas Indonesia U-17 Gendong ASEAN Jadi Pembicaraan Media Malaysia
-
Terbang ke Solo dan 'Sungkem' Jokowi, Menkes Budi Gunadi: Dia Bos Saya
-
6 Rekomendasi HP Murah dengan Kamera Beresolusi Tinggi, Terbaik April 2025
-
Harga Emas Terbang Tinggi Hingga Pecah Rekor, Jadi Rp1.889.000
-
Dari Lapangan ke Dapur: Welber Jardim Jatuh Cinta pada Masakan Nusantara
Terkini
-
RKB Bela Sufmi Dasco: Tuduhan Terkait Judi Online Tak Masuk Akal dan Rugikan DPR
-
KUR BRI Dukung Warung Bu Sum Sate Kere Beringharjo Terus Tumbuh dan Lestari
-
Kisah Horor Rumah Sakit di Purwokerto: Banyak Hantu Menyerupai Dokter?
-
Lonjakan Trafik Idulfitri Capai 87,7 Persen di Jateng, Kebumen Tertinggi Penggunaan Jaringan Indosat
-
Misteri Dewi Lanjar dan Kisah Kelam Pantai Slamaran Pekalongan