SuaraJawaTengah.id - Minyak goreng langka di pasaran pasca pemerintah menetapkan kebijakan satu harga. Warga mencari alternatif minyak goreng berbahan kelapa.
Kegiatan membuat minyak kelapa mulai ditinggalkan kebanyakan warga. Padahal sebelum pasar dikuasi oleh minyak berbahan sawit, minyak kelapa menjadi andalan warga.
SuaraJawaTengah.id sempat menelusuri informasi adanya perajin minyak kelapa di Kecamatan Ngluwar, Kabupaten Magelang. Katanya masih ada warga membuat minyak kelapa di Desa Pakunden dan Bligo.
Namun upaya pencarian di kedua desa tersebut tidak membuahkan hasil. Kami seolah hanya menekuri jalan di desa yang berbatasan dengan Kabupaten Kulonprogo, Yogyakarta itu.
Menurut informasi dari pemerintah Desa Bligo, sudah sejak lama warga berhenti membuat minyak kelapa. Jikalau masih ada warga yang membuatnya, hanya untuk konsumsi sendiri.
Salah satu alasan minyak kelapa ditinggalkan konsumen karena hargaya lebih mahal dibanding minyak sawit. Minyak kelapa ukuran 900 mililiter yang dijual melalui online ditawarkan Rp59.600.
Harga itu jauh lebih mahal dari minyak goreng berbahan kelapa sawit yang rata-rata dijual seharga Rp34.000 per 2 liter.
Berbeda dengan minyak sawit, minyak kelapa jarang diproduksi massal. Tercatat saat ini hanya beberapa saja perusahaan berskala kecil dan menengah yang memproduksi minyak kelapa di Kabupaten Purworejo.
Ekspansi Minyak Sawit
Baca Juga: Bentuk Tim Pengawas, Polres Pringsewu Bakal Tindak Tegas Penimbun Minyak Goreng
Padahal dulu minyak kopra atau kelapa adalah pelopor penjualan minyak goreng kemasan di Indonesia. Sekitar tahun 1950-an sudah dikenal minyak kelapa merk Ikan Dorang dan Barco yang memiliki basis penjualan di Surabaya dan Jakarta.
Pada periode ini sebenarnya mulai masuk produk minyak goreng berbahan sawit sebagai pesaing. Namun jumlahnya belum besar dan kalah dominan dari minyak kelapa.
Peluang pasar minyak kelapa kemudian dilirik pengusaha Eka Tjipta Wijaya. Tahun 1968, Eka Tjipta mendirikan pabrik minyak kelapa Bitung Manado Oil Limited.
Melalui produk Bimoli, Bitung Manada Oil Limited menguasai 60 persen pasaran minyak goreng di Indonesia. Eka Tjipta Wijaya kemudian dinobatkan sebagai Raja Minyak Goreng Indonesia.
Dominasi Bimoli semakin kuat setelah Eka Tjipta menjalin kongsi dengan pengusaha Liem Sioe Liong. Tahun 1983 mereka mendirikan perusahaan patungan, PT Sinar Mas Inti Perkasa.
Kerjasama Eka Tjipta Wijaya dan Liem Sioe Liong hanya bertahan 7 tahu. Saat meninggalkan PT Sinar Mas Inti Perkasa tahun 1990, Eka Tjipta terpaksa melepas merk minyak Bimoli yang telah dirintisnya.
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Motor Matic Paling Nyaman & Kuat Nanjak untuk Liburan Naik Gunung Berboncengan
- 4 Rekomendasi Cushion dengan Hasil Akhir Dewy, Diperkaya Skincare Infused
- 5 HP RAM 8 GB Memori 256 GB Harga Rp1 Jutaan, Terbaik untuk Pelajar dan Pekerja
- Diminta Selawat di Depan Jamaah Majelis Rasulullah, Ruben Onsu: Kaki Saya Gemetar
- Daftar Promo Alfamart Akhir Tahun 2025, Banyak yang Beli 2 Gratis 1
Pilihan
-
Cerita 1.000 UMKM Banyuasin: Dapat Modal, Kini Usaha Naik Kelas Berkat Bank Sumsel Babel
-
Seni Perang Unai Emery: Mengupas Transformasi Radikal Aston Villa
-
Senjakala di Molineux: Nestapa Wolves yang Menulis Ulang Rekor Terburuk Liga Inggris
-
Live Sore Ini! Sriwijaya FC vs PSMS Medan di Jakabaring
-
Strategi Ngawur atau Pasar yang Lesu? Mengurai Misteri Rp2.509 Triliun Kredit Nganggur
Terkini
-
Lelang on The Street, BRI Sapa Warga di CFD Blora, Kenalkan Peluang Investasi dan Kemudahan BRImo
-
La Suntu Tastio: Layanan Digital BRI Membuat Pengelolaan Keuangan Usaha Jadi lebih Praktis
-
Kolaborasi Lintas Budaya, BRI dan PSMTI Jawa Tengah Gelar Pengajian Kebangsaan di MAJT Semarang
-
Konektivitas Aceh Pulih, Kementerian PU Janjikan Jembatan Permanen
-
Urat Nadi Aceh Pulih! Jembatan Krueng Tingkeum Dibuka, Mobilitas Kembali Normal