SuaraJawaTengah.id - Setelah harga minyak goreng naik lagi di pasaran, harga telur turut merambat naik menjelang Ramadan 2022. Kenaikan harga didorong meningkatnya permintaan barang di pasaran.
Harga telur ayam ras segar di sejumlah pasar besar di Jawa Tengah, terpantau berada di kisaran harga Rp23 ribu hingga Rp25.750 ribu per kilogram. Data tersebut berdasarkan catatan Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional (PIHPS), per 18 Maret 2022.
Harga telur ayam ras segar paling tinggi tercatat di Kabupaten Kudus sebesar Rp25.750 per kg. Sedangkan paling rendah tercatat di Pasar Delanggu, Kabupaten Klaten seharga Rp20 ribu per kilogram.
Peternak ayam petelur di Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang, Yoko Sumarno mengatakan, kenaikan harga dipicu meningkatnya permintaan telur di pasaran.
Menjelang bulan Ramadan, kebanyakan warga di Jawa Tengah menggelar tradisi Nyadran di bulan Ruwah (Syakban). Kebutuhan telur ayam ras segar meningkat saat pelaksanaan Nyadran.
“Kalau sekarang (harga naik) dampaknya karena menjelang puasa dan banyak orang Nyadran. Banyak orang butuh telur sekarang,” kata Yoko Sumarno kepada SuaraJawaTengah.id, Sabtu (19/3/2022).
Seperti kebiasaan tahun sebelumnya, harga telur akan kembali turun setelah memasuki awal Ramadan. Kebutuhan masyarakat terhadap bahan makanan menurun saat puasa.
Menurut Yoko pada hari biasa permintaan telur yang dipenuhinya sebanyak 300 kilogram per hari. Pada musim Nyadran dan menjelang Ramadan permintaan naik menjadi 500 kg per hari.
Dia mengaku hanya memasok telur ke agen dan warung-warung di sekitaran Kabupaten Magelang.
Baca Juga: Hujan Abu Merapi, Petani Cabai di Desa Paten Magelang Terancam Gagal Panen
“Kenaikan harga tidak lama. Paling nanti begitu masuk puasa, selesai. Nyadran sudah tidak ada, konsumsi bahan makanan saat puasa juga menurun," ujarnya.
Harga Pakan Mahal
Permintaan telur 500 kilogram per hari itu tidak semuanya terpenuhi. Sebab beberapa bulan belakangan harga telur terjun bebas di angka Rp16 ribu per kilogram.
Harga telur yang murah menyebabkan banyak petani gulung tikar. Sebagian peternak terpaksa mengurangi populasi ayam di kandang untuk menghindari bangkrut.
Yoko Sumarno sendiri terpaksa mengurangi jumlah ayam petelur miliknya dari yang semula 2 ribu ekor menjadi tinggal 1.000 ekor.
Hal itu dilakukan untuk mengurangi biaya pakan yang menghabiskan separo dari modal produksi. “Harga pakan mahal, harga telurnya murah. Jadi setiap hari harus tombok.”
Berita Terkait
Terpopuler
- JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
- Nikmati Belanja Hemat F&B dan Home Living, Potongan Harga s/d Rp1,3 Juta Rayakan HUT ke-130 BRI
- 5 Mobil Diesel Bekas di Bawah 100 Juta, Mobil Badak yang Siap Diajak Liburan Akhir Tahun 2025
- 9 Mobil Bekas dengan Rem Paling Pakem untuk Keamanan Pengguna Harian
- Sambut HUT ke-130 BRI: Nikmati Promo Hemat Hingga Rp1,3 Juta untuk Upgrade Gaya dan Hobi Cerdas Anda
Pilihan
-
Kehabisan Gas dan Bahan Baku, Dapur MBG Aceh Bertahan dengan Menu Lokal
-
Saham Entitas Grup Astra Anjlok 5,87% Sepekan, Terseret Sentimen Penutupan Tambang Emas Martabe
-
Pemerintah Naikkan Rentang Alpha Penentuan UMP Jadi 0,5 hingga 0,9, Ini Alasannya
-
Prabowo Perintahkan Tanam Sawit di Papua, Ini Penjelasan Bahlil
-
Peresmian Proyek RDMP Kilang Balikpapan Ditunda, Bahlil Beri Penjelasan
Terkini
-
Lewat RUPSLB, BRI Optimistis Perkuat Tata Kelola dan Dorong Kinerja 2026
-
Kinerja Berkelanjutan, BRI Kembali Salurkan Dividen Interim Kepada Pemegang Saham 2025
-
Ini Tanggal Resmi Penetapan UMP dan UMK Jawa Tengah 2026: Siap-siap Gajian Naik?
-
Melalui BRI Peduli, BRI Hadir Dukung Pemulihan Korban Bencana di Sumatra
-
Mitigasi Risiko Bencana di Kawasan Borobudur, BOB Larang Pengeboran Air Tanah dan Penebangan Masif