Ronald Seger Prabowo
Minggu, 01 Mei 2022 | 17:46 WIB
Situasi makam khusus Covid di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Giriloyo, Kota Magelang. [Suara.com/ Angga Haksoro Ardi]

SuaraJawaTengah.id - Tahun ini, kali pertama Suwarti merayakan Lebaran tidak bersama Sumardi, suaminya. Seperti ribuan keluarga lainnya yang kehilangan sanak famili, saat gelombang maut Covid-19 terjadi tahun lalu.

Juli besok, tepat satu tahun Suwarti (53 tahun) harus merelakan suaminya pergi. Melepasnya tanpa sempat mengucapkan kata perpisahan.

“Waktu itu saya bahkan nggak bisa melepas bapak mengantar ke sini (ke pemakaman),” kata Suwarti dengan nada datar kepada Suarajawatengah.id.

SuaraJawaTengah.id menemui Suwarti di blok khusus pemakaman Covid, TPU Giriloyo, Kota Magelang. Dibonceng anaknya, Galuh Sekar Wardani (22 tahun), ibu dan anak ini berkunjung ke makam bapak.

“Sudah jadi kebiasaan keluarga kami, dua hari sebelum Hari Raya pasti ziarah ke makam keluarga. Ya semua keluarga diziarahi,” ujar Suwarti.

Tidak seperti situasi blok lainnya di TPU Giriloyo yang ramai peziarah. Blok khusus Covid ini begitu lengang.  

Hanya beberapa peziarah yang datang bersama 1 atau 2 orang saja. Tidak banyak suara yang terdengar selain raungan mesin pemotong rumput di kejauhan.

Raut sedih masih jelas terlihat dari wajah-wajah mereka. Mungkin karena rasa kehilangan belum sepenuhnya pergi.

Standar pemakaman Covid melarang keluarga ikut mengurus jenazah. Mereka hanya boleh melihat prosesi pemakaman dari jauh.

Baca Juga: Jarang Diketahui Lirik Aslinya, Lagu Hari Lebaran Karya Ismail Marzuki Konon Jadi Lagu Pertama yang Sentil Soal Korupsi

“Waktu itu ibu masih di Surabaya. Jadi hanya kami anak-anak yang ada di rumah. Kami cuma boleh melihat pemakaman bapak dari jauh. Dari pinggir jalan ini,” kata Galuh Sekar Wardani mengenang prosesi pemakaman ayahnya.

Suaminya meninggal saat Suwarti masih bekerja di Surabaya. Sehari-hari keluarga ini tinggal terpisah dengan Sumardi yang mengurus anak-anak di Kota Magelang.

Saat mendapat kabar suaminya meninggal, Suwarti tidak bisa langsung pulang. Situasi saat itu sedang genting. Kasus penularan Covid sedang tinggi-tingginya.  

“Saya nggak bisa langsung pulang. Saya kan kerja di Surabaya. Itu pas genting kan," tuturnya.

Begitu PPKM dilonggarkan seminggu kemudian, Suwarti baru bisa pulang ke Kota Magelang. “Sudah tahlil hari ketujuh baru saya bisa ketemu anak-anak. Sedih kok nggak bisa nemoni (ketemu) bapaknya," ucapnya.

Juni hingga Juli 2021 jumlah kasus kematian akibat Covid melonjak tajam. Petugas pemakaman Covid TPU Giriloyo pada Juni 2021 memakamkan 45 jenazah Covid.

Load More