Ronald Seger Prabowo
Minggu, 01 Mei 2022 | 17:46 WIB
Situasi makam khusus Covid di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Giriloyo, Kota Magelang. [Suara.com/ Angga Haksoro Ardi]

Jumlahnya naik menjadi 130 pemakaman prokes pada akhir Juli 2021. Bahkan pernah dalam 1 hari petugas memakamkan 16 jenazah Covid.

Dalam situasi genting saat itu SuaraJawaTengah.id sempat mendatangi blok pemakaman Covid TPU Giriloyo. Liang-liang lahat telah dipersiapkan menggunakan alat berat di lahan seluas dua lapangan sepak bola.

Tampak jelas tim pemakaman Covid kelelahan. Baju APD yang harus dikenakan saat mengubur jenazah terkonfirmasi, dijemur agak jauh dari tenda terpal yang menjadi tempat istirahat mereka.

“Tendanya belum lama dibongkar itu mas. Dulu bisa seharian kita pakai APD. Disemprot disinfektan, dijemur, terus dipakai lagi,” kata Heri mantan petugas pemakaman khusus Covid-19 yang SuaraJawaTengah.id jumpai Sabtu (30/4/2022).

Heri yang sekarang menjadi buruh lepas perawat makam, mengingat sekitar Juni hingga Juli 2021, tenaganya dikuras habis untuk memakamkan jenazah Covid.

Ambulan pengangkut jenazah datang silih berganti. Bahkan pernah antre beberapa kereta jenazah menunggu giliran pemakaman.

“Situasinya parah waktu itu. Kami sampai kewalahan menguburkan jenazah Covid. Alhamdulillah sekarang sudah nggak ada lagi pemakaman prokes.”

Menurut data kawalcovid19.id, sejak awal pandemi hingga saat ini total 156.257 orang meninggal akibat Covid-19 di seluruh Indonesia. Sebanyak 6.046.796 orang terkonfirmasi dan 5.882.660 dinyatakan sembuh.

Berdasarkan data yang dihimpun covid19.go.id, di Jawa Tengah selama pandemi terdata 626.874 kasus terkonfirmasi Covid. Sebanyak 163.531 kasus terjadi pada warga usia produktif 31-45 tahun.

Baca Juga: Jarang Diketahui Lirik Aslinya, Lagu Hari Lebaran Karya Ismail Marzuki Konon Jadi Lagu Pertama yang Sentil Soal Korupsi

Pemerintah tahun ini tidak lagi melarang masyarakat untuk mudik. Hal itu dimanfaatkan warga untuk berziarah ke makam keluarga di kampung halaman.

Menurut Suwarti beberapa keluarganya yang datang mudik dari luar kota juga akan berziarah ke makam suaminya.

“Ada juga keluarga dari luar kota yang datang. Tapi selang waktunya nggak sama ya. Ada yang datang sore, ada yang besok. Pas habis salat Ied juga ada yang kesini,” kata Suwarti.

Kesempatan ziarah juga dimanfaatkan Suwarti untuk menengok kondisi makam suaminya. Dia berniat merapikan dan menanam rumput di atas makam.

Sembilan bulan lalu Suwarti mungkin tidak bisa mengantar langsung suaminya dikbumikan. Tapi bukan berarti hari ini dia tidak sanggup memberikan kesan terbaik di tempat peristirahatan pasangan hidupnya.

“Ini mau saya rapikan biar sama dengan makam lainnya. Mau saya carikan tukang (merawat makam). Biar rapi kalau dikunjungi keluarga. Biar enak," jelasnya.

Load More