SuaraJawaTengah.id - Candi Borobudur digadang-gadang bakal menjadi wisata super prioritas. Fasilitas dengan teknologi pun mulai dibangun di kawasan candi, lalu bagaimana nasib masyarakat sekitar?
Beberapa kali Kartini menyeka pipinya yang basah dari air mata. Di matanya yang berkaca-kaca, membayang kecewa sekaligus harapan.
Siang itu, di rumahnya di Dusun Bumisegoro, Desa Borobudur, orang tua tunggal beranak dua ini menceritakan kisahnya. Dia meminta namanya disamarkan.
"Suami saya meninggal tahun 2018. Alhamdulilah anak saya yang pertama jualan di area relokasi. Cuma ikut orang. Anak kedua sudah lulus SMEA. Kalau saya memang cuma di Borobudur saja," kata Kartini.
Ketika Borobudur tutup akibat pandemi hingga kembali buka dengan pembatasan, Kartini tak pernah beranjak dari usahanya: Mengasong kaos di kompleks Candi Borobudur.
"Saya aslinya cuma di Taman (Taman Wisata Candi Borobudur). Waktu Covid kan nggak boleh. Saya nyari di luar itu di depan Bu Sum. Pertigaan masuk pintu 1."
Selama Covid, asongan yang semula mengais rezeki di zona II kompleks candi diminta sementara tidak berjualan. Sebanyak 340 asongan yang menamakan diri pedagangan 14 komoditas atau K14 itu terpencar.
Sebagian mengikuti arus turis ke balkondes-balkondes. Sebagian lagi memilih bertahan di sekitar candi.
"Di situ nunggu tamu yang datang. Panas-panas jualan di situ kalau ada tamu ditawarin. Ada (asongan) yang naik VW ikut ke balkondes-balkondes. Tapi saya nggak bisa kayak begitu. Cuma nunggu saja di pintu."
Baca Juga: Unggah Editan Foto Stupa Menyerupai Wajah Jokowi, Roy Suryo Resmi Dilaporkan ke Polda Metro Jaya
Dua tahun pandemi bagi Kartini terasa begitu lama dan menyiksa. Sebagai tulang punggung keluarga, sendirian Kartini harus berjuang mencari suapan nasi untuk anak-anaknya.
Pendapatan Kartini semakin tipis karena jumlah turis yang berkunjung ke Candi Borobudur jauh berkurang. Ibaratnya, bisa mendapat uang untuk membeli beras saja sudah bersyukur.
"Kadang laku kadang nggak. Ada juga yang cuma ngasih uang tapi nggak beli. Ya 1001 orang ada yang kasihan gitu. ‘Jualannya sampai gitu ya bu. Pantang menyerah. Tulang punggung keluarga. Nggak papa bu yang penting halal'."
Habis Covid Terbitlah Larangan Asongan
Ibarat badai, perlahan Covid mereda. Menjelang libur Lebaran kemarin para asongan berharap akhirnya bisa kembali berjualan.
Tapi apa mau dikata. Pertemuan dengan manajemen PT Taman Wisata Candi Borobudur (TWCB) sebelum Lebaran itu, justru menghasilkan putusan asongan dilarang berjualan sama sekali di tempat semula.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Motor Matic Paling Nyaman Buat Touring di 2026: Badan Anti Pegal, Pas Buat Bapak-bapak
- Ingin Miliki Rumah Baru di Tahun Baru? Yuk, Cek BRI dengan KPR Suku Bunga Spesial 1,30%
- Sambut HUT ke-130 BRI: Nikmati Promo Hemat Hingga Rp1,3 Juta untuk Upgrade Gaya dan Hobi Cerdas Anda
- Meskipun Pensiun, Bisa Tetap Cuan dan Tenang Bersama BRIFINE
- 3 Pilihan Mobil Bekas Rp60 Jutaan: Irit BBM, Nyaman untuk Perjalanan Luar Kota
Pilihan
-
UPDATE Klasemen SEA Games 2025: Indonesia Selangkah Lagi Kunci Runner-up
-
6 Mobil Bekas Paling Cocok untuk Wanita: Lincah, Irit, dan Punya Bagasi Cukup
-
OJK Awasi Ketat Pembayaran Pinjol Dana Syariah Indonesia yang Gagal Bayar
-
Jejak Emas Rakyat Aceh Bagi RI: Patungan Beli Pesawat, Penghasil Devisa & Lahirnya Garuda Indonesia
-
Pabrik Toba Pulp Lestari Tutup Operasional dan Reaksi Keras Luhut Binsar Pandjaitan
Terkini
-
Pertamina Patra Niaga Gelar Khitan Massal di Cilacap, Wujud Syukur HUT ke-68 Pertamina
-
5 MPV Diesel Pilihan Rp150 Jutaan yang Worth It untuk Keluarga di Akhir 2025
-
BRI Perkuat Aksi Tanggap Bencana Alam, 70 Ribu Jiwa Terdampak Beroleh Bantuan
-
PSIS Semarang Gegerkan Bursa Transfer: Borong Tiga Pemain Naturalisasi Sekaligus
-
8 Wisata Terbaru dan Populer di Batang untuk Libur Sekolah Akhir 2025