Lingga bertulis di kompleks makam Karang, Dusun Srikuwe menjelaskan soal pemberian tanah sima kepada Samgat Swang. Tanah sima biasanya diberikan kepada seseorang karena berjasa besar pada raja.
Goenawan Sambodo menerjemahkan kalimat yang terpahat pada lingga di kompleks makam Dusun Srikuwe:
"Selamat tahun Saka yang telah berlalu 802 pada bulan Magha, tanggal ke enam (pada saat bulan) parogelap, (pada hari paringkelan) Mawulu (pasaran) Wagai (pekan) Minggu, naksatra mrgasira yoga warayan. Pada saat Sang Pamgat Swang diberi oleh Sri Maharaja Rakai Kayuwangi tanah ladang di (daerah) Wungkal dan (aliran) sungai di Mawuraka serta ptaha sirikan dan tanah di Sritamwiku, golongan tpahaji pungala Sang Pamgat Swang, sima (yang) di hutannya terdapat bangunan suci di Wurak."
"Dulu tahun 2016 (lingga di kompleks makan Dusun Srikuwe) mau di-museumkan ke Prambanan, tapi warga menolak. Sebagai kompensasi harus diberi pengamanan. Makanya sekarang diberi pagar."
Alasan makam bernisan lingga ini dikurung pagar besi, bukan tanpa alasan. Cerita penjarahan benda-benda cagar budaya, menurut Krisnanto bukan omong kosong.
"Magelang itu tidak aman dari penjarahan. Saya menemukan beberapa kali kasus seperti itu. Di sebelah tenggara desa ini, Dusun Japun sama Ndowo, Desa Paremono. Dulu ada lingga bertulis lalu dicuri."
Cikal Bakal Dusun Srikuwe
Menurut Krisnanto, ada kesesuaian antara penyebutan tanah Sritamwiku sebagai daerah kekuasaan Sang Pamgat Swang dengan toponimi Dusun Srikuwe.
Kemudian desa Wurak -disebut Wungkal- yang dimaksud dalam lingga bertulis itu kini adalah wilayah Kecamatan Mungkid.
Baca Juga: Candi Asu, Kontroversi Nama dan Peran Penting Bagi Masyarakat Kuno Lereng Merapi Magelang
Wungkal menurut Krisnanto bisa juga berarti batas. Dia mengartikan tanah yang dimaksud dalam lingga bertulis di Dusun Srikuwe merupakan batas wilayah wangsa Sanjaya dengan wangsa Syailendra. “Saya menerjemahkan begitu.”
"Lokasinya ada di wilayah Buddha dan Hindu. Dari sini (wilayah Hindu) sampai Desa Rambeanak. Sebelah selatan Desa Rambeanak ada Candi Mendut. Di sebelahnya Dusun Carikan ada situs yang warga menyebut banyak (ditemukan) patung Buddha. Berarti di situ wilayah Buddha," kata Krisnanto.
Sebagai wilayah perdikan, di Sritamwiku (Dusun Srikuwe dan sekitarnya sekarang) berdiri berbagai bangunan candi dan petirtan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat kala itu.
Candi yang Terserak
Kepada SuaraJawaTengah.id, Krisnanto yang memiliki perhatian khusus pada pelestarian sejarah, menunjukkan puluhan batuan lepas yang diduga bekas candi dan petirtan di Desa Ambartawang.
Batuan yang kebanyakan -diduga- bekas lantai dan dinding candi, serta lumpang, terserak di pekarangan rumah warga di Dusun Ambartawang, Gergunung, dan Srikuwe.
Berita Terkait
Terpopuler
- 4 Model Honda Jazz Bekas Paling Murah untuk Anak Kuliah, Performa Juara
- 4 Motor Matic Terbaik 2025 Kategori Rp 20-30 Jutaan: Irit BBM dan Nyaman Dipakai Harian
- 7 Sunscreen Anti Aging untuk Ibu Rumah Tangga agar Wajah Awet Muda
- Mobil Bekas BYD Atto 1 Berapa Harganya? Ini 5 Alternatif untuk Milenial dan Gen Z
- Pilihan Sunscreen Wardah yang Tepat untuk Umur 40 Tahun ke Atas
Pilihan
-
29 Unit Usaha Syariah Mau Spin Off, Ini Bocorannya
-
Soal Klub Baru usai SEA Games 2025, Megawati Hangestri: Emm ... Rahasia
-
Pabrik VinFast di Subang Resmi Beroperasi, Ekosistem Kendaraan Listrik Semakin Lengkap
-
ASUS Vivobook 14 A1404VAP, Laptop Ringkas dan Kencang untuk Kerja Sehari-hari
-
JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
Terkini
-
3 Pilihan Mobil Bekas Rp60 Jutaan: Irit BBM, Nyaman untuk Perjalanan Luar Kota
-
7 Destinasi Wisata Kota Tegal yang Cocok untuk Liburan Akhir Tahun 2025
-
Gaji PNS Naik Januari 2026? Kabar Gembira untuk Abdi Negara
-
Jawa Tengah Borong Penghargaan Teknologi Pendidikan 2025: Rahasia Sukses PPDB Bebas Komplain
-
Rekomendasi Tempat Wisata Thailand untuk Wisatawan Pemula