Ronald Seger Prabowo
Minggu, 31 Juli 2022 | 09:12 WIB
Tradisi Malam Satu Suro di Sungai Tugu Suharto Semarang Masih Dijalankan Hingga Kini
Sejumlah orang berkumpul di Tugu Suharto yang terletak di tengah aliran sungai yaitu Kali Kreo dan Kali Garang, Minggu (31/07/22). Tempat tersebut terletak di Ringin Telu Kelurahan Kalipancur, Kecamatan Ngaliyan Kota Semarang, lokasi tersebut acapkali digunakan untuk prosesi berendam dan mencuci benda pusaka saat malam satu suro. [Suara.com/Aninda Putri Kartika]

Aris percaya malam satu suro adalah malam kramat, khususnya saat pergantian waktu dari malam ke pagi hari.

"Maka dari itu saya melaksanakan tengah malam, namun ada juga yang percaya berendam saat malam hari dan selesai tengah malam. Semua tergantung kepercayaan masing-masing," jelasnya.

Aris menjelaskan, prosesi tersebut hanya dilakukan saat malam satu suro, satu kali dalam satu tahun.

"Percaya atau tidak, memang pertemuan dua aliran sungai di sini punya khasiat tersendiri. Hal yang sama juga dilakukan nenek moyang saya, jadi saya hanya meneruskan saja," ucapnya sembari melenggang pergi.

Sementara itu, Supadi sesepuh sekitar Tugu Suharto menerangkan, prosesi malam satu suro sudah ada puluhan tahun silam.

Bahkan Supadi mengatakan, sejak ia kecil sudah banyak orang yang menjalankan prosesi tersebut di sugai tersebut.

"Yang ke sini dari beberapa daerah, tradisi ini juga sudah ada puluhan tahun silam. Di tahun 1965 juga sudah dilakukan," ucap pria berusia 62 tahun itu.

Dijelaskannya, hingga kini tradisi berendam di pertemuan aliran sungai tersebut masih terjaga dan terus dilakukan masyarakat.

"Memang ada dua versi kalau menurut leluhur saya, yang pertama pertemuan dua aliran sungai di sini hanya ada satu di Kota Semarang, dan beberapa mengatakan tempat tersebut bertuah. Versi lainnya, tempat tersebut menjadi lokasi bersejarah karena pernah menyelamatkan para pejuang termasuk Suharto saat pertempuran lima hari di Semarang," jelasnya.

Baca Juga: Arema FC Menang 2-1 Atas PSIS Semarang

Menyoal tugu Suharto sendiri, Supadi mengatakan, tugu tersebut sudah ada sejak 1965.

"Ketingginya mencapai 27 meter, adanya tugu tersebut sebagai penanda tempat itu pernah menyelamatkan nyawa Suharto saat bertempur melawan penjajah," imbuhnya.

Ia menambahkan, dua aliran sungai yang ada memiliki keistimewaan, satu aliran bersuhu dingin dan satuan hangat.

"Nah hal itu yang membuat banyak orang penasaran, namun memang benar adanya kalau suhu air dari dua aliran tersebut berbeda. Jika berendam di tengahnya akan merasakan percampuran dua suhu tersebut," tambahnya.

Kontributor : Aninda Putri Kartika

Load More