Scroll untuk membaca artikel
Ronald Seger Prabowo
Selasa, 16 Agustus 2022 | 19:23 WIB
Andreas Sutoyo di Kompleks Kerkhoff Mendut tempat makam Romo Johannes Aloysius Schrader SJ. (Suara.com/ Angga Haksoro Ardi).

SuaraJawaTengah.id - Kerkhoff Mendut menjadi bukti sejarah rintisan sekolah dan penyebaran agama Katolik di Magelang. Konon makam Belanda tertua di tanah Jawa.

Jika diartikan secara harafiah, kerkhoff diterjemahkan sebagai “halaman gereja” (kerk - hoff) . Namun secara organik, makna bahasanya kemudian disepakati oleh masyarakat Indonesia sebagai kuburan orang Belanda.

Dalam kasus kerkhoff Mendut, makna kuburan warga Belanda memang lebih tepat digunakan ketimbang halaman gereja. Sebab dalam penelusuran sejarah tidak ditemukan gereja berdiri di dekat kompleks makam itu.

Gereja terdekat dengan kompleks pemakaman adalah Gereja Santa Maria Sapta Duka yang dibangun tahun 1994. Gereja resmi digunakan setahun kemudian, tepatnya 15 Juli 1995.

Baca Juga: Warga di Sulawesi Selatan Terlambat Tahu Indonesia Merdeka

Gereja Santa Maria Sapta Duka dibangun oleh para alumni sekolah asrama putri Katolik pimpinan Romo Petrus Hoevenaars SJ. Sekolah yang semula diperuntukan mendidik calon guru ini kemudian berkembang pesat.

Pada tahun 1912 sekolah ini tercatat memiliki 55 siswi. Diantaranya adalah seorang putri wedana dari Muntilan dan 2 putri keluarga Pura Pakualaman Yogyakarta.     

“Pada waktu clash Belanda (1947-1948) semua tempat asrama dibakar. Dibumi hangus. Terus dari eks siswi Mendut itu tahun 1994 membangun gereja di Mendut. Gereja Santa Maria Sapta Duka,” kata Maria Theresa Karni (82 tahun), Selasa (16/8/2022).

Maria Theresa Karni juga alumi asrama putri Katolik Mendut. Saat asrama itu diamuk massa, dia baru duduk di bangku sekolah rakyat (SR).

Tahun-tahun itu dikenal juga sebagai “masa bersiap” yang kontroversial. Rentang waktu pasca Proklamasi Kemerdekaan Agustus 1945 hingga Desember 1947, sentimen anti-Belanda begitu kuat.

Baca Juga: Pimpinan Ponpes di Bandung Diduga Cabuli Para Santri, Polisi Lakukan Pengusutan

Masyarakat menumpahkan kemarahan kepada segala sesuatu yang berbau Belanda. Tanpa kecuali lembaga-lembaga pendidikan dan panti asuhan Katolik yang dianggap dekat dengan pemerintah penjajah “kulit putih”.

Dua asrama pendidikan di Magelang: Van Lith dan asrama putri katolik Mendut jadi sasaran amuk massa. Jika Van Lith berhasil dibangun kembali di lokasi yang sama, asrama putri Katolik Mendut pindah tempat tak jauh dari lokasi semula.

“Kalau lokasi tanahnya dari dekat jembatan (Kali Elo) sampai ke depan Candi Mendut. Siswanya dari seluruh Indonesia. Kalau yang laki-laki ke Van Lith, yang perempuan di Mendut. Yang masih ada sekarang (tinggal) pintu gerbang," ujar dia.

Misi Misionaris di Magelang

Berdirinya sekolah asrama Van Lith dan asrama putri katolik Mendut tidak lepas dari jasa 2 tokoh misionaris, Romo GJM Van Lith SJ dan Romo Petrus Hoevenaars SJ.

Keduanya tiba di Jawa tahun 1896 dan sama-sama mendirikan sekolah asrama. Van Lith sekolah asrama khusus putra didirikan di Muntilan, sedangkan sekolah di Mendut khusus untuk putri.

Sekitar tahun 1904, Romo Hoevenaars dipindah ke Cirebon. Asrama putri Katolik di Mendut kemudian dipimpin oleh Romo Johannes Aloysius Schrader SJ.

Hanya 1 tahun Romo Schrader memimpin asrama putri Katolik Mendut. Pada 16 Desember 1905, diusia 35 tahun, Romo Schrader meninggal dunia.

Dia dimakamkan di tanah milik misionaris yang jaraknya hanya 300 meter dari lokasi asrama. Lokasi yang sekarang berada di Dusun Mendut III, Kelurahan Mendut, Kecamatan Mendut itu dikenal sebagai Kerkhoff Mendut.

“Tanah di sekitar lokasi Kerkhoff Mendut juga milik gereja. Tanah milik misi (misonaris gereja) dulu. Luasnya dari bawah pinggir Kali Elo sampai ke kerkhoff,” kata Maria Theresa Karni.

Romo Schrader adalah orang pertama yang dimakamkan di lahan tersebut. Di tanah milik misionaris juga tinggal 4 keluarga Katolik yang dibawa romo dari daerah Sendangsono, Kalibawang, Kulonprogo.

Keluarga kakek dari Maria Theresa Karni salah satu dari keluarga Katolik yang diboyong dari Sendangsono ke Mendut. “Keluarga kakek sama ayah saya. Kerkhoff itu bahasa Belanda artinya makam," paparnya.

Menurut Maria Theresa Karni, selain di Kerkhoff Mendut, gereja juga memiliki tanah misionaris di sekitar kawasan yang sekarang menjadi objek wisata kolam renang Mendut. “Itu dulu tanah misi sampai ke Pom bensin. Berbentuk tanah juga ada rumah.”

Makam Unik Romo Schrader

Andreas Sutoyo di Kompleks Kerkhoff Mendut tempat makam Romo Johannes Aloysius Schrader SJ. (Suara.com/ Angga Haksoro Ardi).

Andreas Sutoyo suami Maria Theresa Karni mengajak saya berkeliling Kerkhoff Mendut. Dia menunjukkan makam Romo Schrader yang berada tepat di belakang monumen salib berukuran besar.

Ada yang unik dari makam Romo Schrader. Tidak seperti seluruh makam di tempat ini yang membujur arah utara ke selatan, makam Romo Schrader mengarah sebaliknya.

“Dipersani (diperhatikan) ya. Ini semua makan nisannya posisi kepala kan ada di sebelah utara. Ini (makam Romo Schrader) ada di sisi selatan. Ini posisi makamnya berbeda,” kata Andreas Sutoyo.

Tidak ada pejelasan mengapa posisi menghadap makam Romo Schrader berbeda dari makam lainnya.

Dalam lampiran Keputusan Bupati Magelang tahun 2015, tentang Penetapan Bangunan dan Situs Cagar Budaya Kerkhoff Mendut, terdapat sedikitnya 19 makam tua di kompleks ini.

Makam-makam itu diperkirakan berusia lebih dari 50 tahun. Makam paling tua adalah makam Romo Schrader.   

Dari 19 makam tersebut hanya 9 makam yang masih bisa dilihat keterangan angka tahunnya yaitu antara 1905 hingga 1951. Diantaranya makam keluarga Lauw dan Barbara Tangiting yang meninggal 20 Agustus 1927.

Andreas Sutoyo pernah lama menjabat pengurus makam Kerkhoff Mendut di bawah Paroki Borobudur. “Kurang lebih 20 tahun. Karena terbatas usia kemudian dialihkan," jelasnya.

Menurut Andreas Sutoyo, sebelum tahun 2000 hanya warga Katolik yang tinggal di Kelurahan Mendut bisa dimakamkan di Kerkhoff Mendut.

Kebijakan itu kemudian diubah oleh Romo Adi Wardoyo yang membolehkan semua warga Katolik dimakamkan di sini. “Kalau dimakamkan di sini ada ketentuan bahasa Jawa-nya bayar sepiro. Bayar berapa setiap petak itu kan ada," paparnya.

Sebagai penghormatan kepada Romo Johannes Aloysius Schrader SJ dan seluruh orang yang dimakamkan di Kerkhoff Mendut, diadakan misa arwah setiap bulan November.

Misa besar itu biasanya dihadiri umat Katolik dari sekitar Magelang, Kulonprogo, dan Semarang. Misa arwah digelar di sebidang tanah lapang lengkap dengan altar kapel sederhana yang berada di tengah kompleks makam.

Kontributor : Angga Haksoro Ardi

Load More