Scroll untuk membaca artikel
Budi Arista Romadhoni
Jum'at, 19 Agustus 2022 | 08:39 WIB
Partiman (48 tahun) warga Dusun Jurusawah, Desa Menoreh, Kecamatan Salaman, Magelang, mewakili Jawa Tengah pada kompetisi pijat tradisional di Bali. (Suara.com/ Angga Haksoro Ardi).

SuaraJawaTengah.id - Mantan kuli bangunan warga Salaman, Kabupaten Magelang mewakili Jawa Tengah pada kompetisi pijat tradisional di Jakarta dan Bali. Mengejar mimpi menjadi tukang pijat keluarga Kerajaan Brunei Darussalam.

Kompetisi yang digelar Kanjeng Mass Indonesia itu menjaring tukang pijat dari seluruh Indonesia. Grand final akan digelar di Bali, 12-14 November 2022.

Partiman warga Dusun Jurusawah, Desa Menoreh, Kecamatan Salaman, menjadi salah seorang peserta yang lolos menjalani seleksi di Jakarta. Dia akan bersaing dengan tukang pijat dari Jakarta, Jawa Barat, dan Jawa Timur.

Sebagai ahli pijat tradisional, Partiman memiliki senjata andalan berupa alat pijat refleksi dan koin benggol keluaran Nederlandsch Indie tahun 1858 senilai 2 ½ cent.

Baca Juga: Si Cantik dan Ancaman Putri Candrawathi ke Ferdy Sambo Pemicu Pertengkaran di Magelang

Tapi aturan penilaian pada kompetisi pijat di Jakarta nanti, melarang para terapis menggunakan alat bantu. Pemijatan harus dilakukan sepenuhnya menggunakan tangan kosong. 

"Penjurian yang saya tahu hanya boleh pakai tangan (tidak menggunakan alat). Alat ini tetap saya bawa tapi tidak dipakai. Itu murni tangan," kata Partiman, Jumat (19/8/2022) saat ditemui di rumahnya, Griya Salaman Asri Blok B 20.

Juri akan menilai teknik pijat yang dipakai terapis. Juru pijat harus bisa menjelaskan maksud dan khasiat dari gerakan pijat yang dilakukan. 

Peserta diberi waktu memijat selama 1 jam dengan diiringi musik relaksasi. Tantangan lainnya, sesi pemijatan dilakukan dengan mata ditutup atau pijat buta istilahnya.

Sistem penjurian saat final di Bali tentu lebih sulit. Selain wajib menjelaskan maksud dari gerakan pijat, terapis harus bisa mendeteksi penyakit yang diderita pasien.

Baca Juga: Timsus Geledah Rumah Ferdy Sambo di Magelang, Cari Bukti Pengakuan

"Di Bali penilaiannya sudah deteksi penyakit. Karena nanti yang menilai sudah master-master. Rajanya raja pijat."

Menurut Partiman juri memberikan nilai tinggi jika terapis bisa membuat pasien relaks. Nilai sempura jika pasien sampai tertidur. "Kalau bisa sampai bikin pasien tidur, ada nilai plus. Dia nggak merasakan sakit. Tidur pulas."

Pada awalnya Partiman mempelajari teknik pijat secara otodidak. Sebagai penggemar pijat, dia sering sengaja berburu mencoba para ahli "permak badan" di sekitaran Magelang.

"Jadi kemanapun pijat kita nikmati. Secara tidak langsung ya belajarnya otodidak seperti itu. Berdasarkan saran dari para tukang pijat."

Sambil menikmati pijatan, Partiman mempelajari berbagai teknik yang digunakan.

Sekitar tahun 2015, Partiman mulai mempraktikkan ilmunya. Pasien-pasienya adalah para rekan sesama tukang bangunan. 

Teknik pijat kemudian dia sempurnakan dengan berguru ke sejumlah komunitas terapis urut dan body massage.

Partiman saat ini menguasai pijat tradisional dan pijat relaksasi ala Thailand. Dia semakin percaya diri menerima permintaan jasa pijat, setelah mengantongi sertifikat ahli pijat dari Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP).

"Kenapa saya mengikuti kompetisi ini, karena semakin lama saya dibutuhkan masyarakat. Untuk kesehatan masyarakat."

Menjadi ahli pijat bersertifikat tidak menyebabkan Partiman melupakan profesinya sebagai tukang bangunan. Lama menekuni dunia pertukangan, dia mulai berani menggarap proyek bangunan sebagai kontraktor.

Sebagai pengingat bahwa karirnya sebagai ahli pijat dimulai dari kuli bangunan, Partiman memberi nama komunitas pijat miliknya: Padepokan Cetok Sakti.

Lambang padepokan berupa gambar dua cetok semen bersilang. "Mengingatkan bahwa saya mengawali ini semua dari pekerjaan kuli bangunan," kata Partiman bangga.

Perjuangan Partiman untuk mengenalkan pijat tradisional kepada dunia tidak berhenti pada menjuarai kompetisi di Bali pada November mendatang. Dia dijanjikan berangkat ke Brunei Darusallam jika berhasil masuk 10 besar kompetisi tersebut.

"Target saya di Bali masuk 10 besar dari 45 kontestan. Dari 10 besar kompetisi itu akan dibawa ke Brunei Darusallam. Mencoba jadi pemijat anggota keluarga Kerajaan Brunei."

Kontributor : Angga Haksoro Ardi

Load More