SuaraJawaTengah.id - Peran angkutan kota alias angkot perlahan tergantikan oleh taksi dan ojek online. Bakal dipepet juga rencana kenaikan harga bahan bakar minyak.
Suharyanto (48 tahun) sesekali melirik kaca spion tengah. Mengawasi tiga orang penumpangnya di bangku belakang, yang jumlahnya tak bertambah sejak berangkat dari Terminal Muntilan, Magelang.
“Sekarang tambah sulit. Pemasukan sekarang ya kayak begini. Nariknya sepi nggak seperti dulu,” kata Suharyanto kepada SuaraJawaTengah.id, Selasa (23/8/2022).
Ruas Jalan Magelang-Yogyakarta pagi itu lumayan lengang. Angkot yang dikemudikan Suharyanto melaju lancar nyaris tanpa hambatan.
“Penumpang berkurang setelah banyak yang punya motor. Taksi dan ojek online itu kan ada pengaruhnya juga. Kalau penumpang anak sekolah sih nggak begitu (pengaruh)," tuturnya.
Sambat Suharyanto soal berkurangnya jumlah penumpang, jeda sebentar saat angkot berhenti di depan Seminari Mertoyudan. Satu orang bapak berkemeja kotak-kotak naik dan duduk di sisi kiri kursi penumpang.
Sepanjang perjalanan Suharyanto bercerita soal perubahan dunia perangkotan di Magelang. Sejak dia pertama kali pegang kemudi tahun 1995 hingga hari ini.
Menurut Suharyanto penghasilan yang didapatnya dari mengemudi angkot tidak bertambah signifikan selama 27 tahun terakhir. Kenaikan penghasilan tidak sebanding dengan loncatan harga-harga kebutuhan.
Dikejar Setoran
Baca Juga: Jokowi Tegaskan Hati-Hati Atur Harga BBM Subsidi
Dia menganalogikan perbandingan pendapatan dulu dan sekarang dengan kemampuannya membeli sepotong celana jeans merek Cardinal.
Saat angkutan umum masih merajai jalanan, Suharyanto menerima upah nyopiri angkot sebesar Rp10 ribu sampai Rp20 ribu per hari. Itu sekira tahun 1995 atau 1996, saat sepotong celana Cardinal dibaderol Rp30 ribu.
“Dulu misalkan kerja 2 hari sudah bisa beli celana. Sekarang celana Cardinal itu harganya Rp500 ribu. Pendapat saya sehari hanya Rp40 ribu sampai Rp50 ribu. Berarti kan nggak ada kenaikan," ungkap dia.
Pendapatan sopir angkot kata Suharyanto, habis untuk beli bahan bakar minyak. Satu perjalanan pulang-pergi atau sering disebut satu rit, memakan biaya bensin Rp25 ribu.
Padahal tarikan ongkos penumpang yang dikantongi Suharyanto dari setiap rit tidak pasti. Seperti pagi tadi, hasil hitung-hitung saat berhenti sejenak di Terminal Tidar, uang terkumpul hanya Rp56 ribu.
Sepagi itu Suharyanto sudah 2 kali pulang-pergi menyusuri Jalan Magelang-Yogyakarta. Mengantar penumpang antara Terminal Muntilan ke Terminal Tidar di Jalan Ikhlas, Kota Magelang.
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Motor Matic Paling Nyaman Buat Touring di 2026: Badan Anti Pegal, Pas Buat Bapak-bapak
- Ingin Miliki Rumah Baru di Tahun Baru? Yuk, Cek BRI dengan KPR Suku Bunga Spesial 1,30%
- Sambut HUT ke-130 BRI: Nikmati Promo Hemat Hingga Rp1,3 Juta untuk Upgrade Gaya dan Hobi Cerdas Anda
- Meskipun Pensiun, Bisa Tetap Cuan dan Tenang Bersama BRIFINE
- 3 Pilihan Mobil Bekas Rp60 Jutaan: Irit BBM, Nyaman untuk Perjalanan Luar Kota
Pilihan
-
6 Mobil Bekas Paling Cocok untuk Wanita: Lincah, Irit, dan Punya Bagasi Cukup
-
OJK Awasi Ketat Pembayaran Pinjol Dana Syariah Indonesia yang Gagal Bayar
-
Jejak Emas Rakyat Aceh Bagi RI: Patungan Beli Pesawat, Penghasil Devisa & Lahirnya Garuda Indonesia
-
Pabrik Toba Pulp Lestari Tutup Operasional dan Reaksi Keras Luhut Binsar Pandjaitan
-
Kuota Pemasangan PLTS Atap 2026 Dibuka, Ini Ketentuan yang Harus Diketahui!
Terkini
-
BRI Perkuat Aksi Tanggap Bencana Alam, 70 Ribu Jiwa Terdampak Beroleh Bantuan
-
PSIS Semarang Gegerkan Bursa Transfer: Borong Tiga Pemain Naturalisasi Sekaligus
-
8 Wisata Terbaru dan Populer di Batang untuk Libur Sekolah Akhir 2025
-
5 Rental Mobil di Wonosobo untuk Wisata ke Dieng Saat Libur Akhir Tahun 2025
-
Stefan Keeltjes Enggan Gegabah Soal Agenda Uji Coba Kendal Tornado FC