Scroll untuk membaca artikel
Ronald Seger Prabowo
Rabu, 24 Agustus 2022 | 22:42 WIB
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo sepakat dengan Pakar Marketing Hermawan Kertajaya bahwa perubahan dunia tak bisa dihindari. Terutama soal teknologi yang terus berkembang. [Dok Pemprov Jateng]

SuaraJawaTengah.id - Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mendorong para anggota Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) menggelar pameran produk secara mandiri dan berkelanjutan, sehingga menjadi wadah promosi hasil pertanian.

"Caranya, kreatif meskipun skalanya kecil. Ini bisa dilakukan terus dan berulang sehingga nanti kalau ini dikenal orang lain, pembeli dapat melihat, dan petani saling berbagi ilmu," kata Ganjar usai membuka Expo KTNA di Kabupaten Semarang, dilansir dari ANTARA, Rabu (24/8/2022).

Menurut Ganjar, kreativitas itu dapat dilihat dari berbagai produk pertanian yang dipamerkan, mulai dari produk pangan seperti buah-buahan, sayuran, pembibitan, sampai pada produk olahan dan pupuk buatan.

"Mereka menampilkan produk-produk yang bagus, termasuk yang organik. Ternyata mereka bisa membuat enzim sendiri, bisa bertanam sendiri, ini butuh pendampingan," ujar Ganjar yang didampingi Bupati Semarang Ngesti Nugraha.

Baca Juga: Petakan Resiko Bencana, Ganjar Dukung Upaya Mitigasi DAS Juwana

Meskipun para petani telah mampu membuat pameran secara mandiri, Ganjar menilai belum cukup karena harus ada tindak lanjut dari gerakan yang dilakukan oleh para petani itu, salah satunya adalah pendampingan dari pemerintah daerah untuk menyelesaikan persoalan yang masih mereka hadapi.

"Kami dampingi mereka untuk meningkatkan kualitas maupun kuantitas dan pendampingan itu tentu dari hulu sampai hilir, mulai dari persoalan produksi, pengolahan, pengemasan hingga pemasaran. Diharapkan dapat menambah nilai jual produk pertanian yang dihasilkan," katanya.

Orang nomor satu di Jateng itu berharap dari keberlanjutan kreativitas dapat memunculkan produk-produk unggulan dari daerah.

Melalui pameran tersebut Ganjar melihat potensi pasar buah alpukat yang satu biji dapat dijual sampai Rp50 ribu dan para petani bisa saling belajar dan mereplikasi program yang sudah berjalan bagus.

"Mudah-mudahan bisa belajar satu per satu, kalau itu bagus bisa direplikasi sehingga harapannya petani bisa belajar. Termasuk tadi produk alpukat yang lumayan mahal, sekilonya Rp40 ribu, satu biji bisa Rp50 ribu. Menarik sekali dan bisa dijadikan produk lokal untuk menjadi komoditas unggulan," ujarnya.

Baca Juga: Jangan Anti Teknologi, Ganjar Pranowo dan Pakar Marketing Bocorkan Rahasia Human 5.0

Load More