Scroll untuk membaca artikel
Ronald Seger Prabowo
Kamis, 25 Agustus 2022 | 20:25 WIB
Petunjuk arah menuju Dusun Sambo, Desa Podosoko, Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang. [Suara.com/ Angga Haksoro Ardi]

SuaraJawaTengah.id - Dusun di Desa Podosoko, Kecamatan Sawangan, Magelang memiliki nama yang sama dengan nama belakang Irjen Ferdy Sambo.

Tidak jelas apakah Dusun Sambo memiliki kaitan sejarah dengan tersangka pembunuh Brigadir J tersebut.  

Sekretaris Desa Podosoko, Kuwato menjelaskan, nama Dusun Sambo diambil dari nama tokoh pendiri kampung, Wiro Sambo. Sang pengelana yang tiba di permukiman tanpa nama itu sekitar tahun 1700-an.

“Jadi asal mula Dusun Sambo dari nama musafir yang menyebarkan agama Islam di wilayah ini. Dulu entah nama wilayahnya apa. Tapi setelah itu kampung sini bernama Sambo,” kata Kuwato saat ditemui di rumahnya, Kamis (25/8/2022).

Baca Juga: Kabid Propam Polda Jatim Bungkam Ditanya Terkait Namanya Tercantum di Konsorsium 303

Sedikitnya ada 3 versi asal-usul Wiro Sambo yang diceritakan Kuwato. Versi pertama menjelaskan bahwa Wiro Sambo adalah seorang musafir penyebar agama Islam yang kebetulan tiba dan menetap di perkampungan cikal bakal Dusun Sambo.

Dari sumber lain, Kuwato mengatakan bahwa Wiro Sambo konon pengikut Pangeran Dipokusumo, abdi setia Pangeran Diponegoro. Setelah Diponegoro kalah pada Perang Jawa, Dipokusumo menyingkir ke daerah Gunung Kuli.

Pangeran Dipokusumo kemudian memerintahkan Wiro Sambo untuk turun ke perkampungan terdekat yang berjarak 1,5 kilometer dari Gunung Kuli. Di kampung itu Wiro Sambo menetap yang kemudian berkembang menjadi Dusun Sambo.

Punggawa Kasunanan Surakarta

Kisah lainnya menyebutkan bahwa Wiro Sambo adalah punggawa Kasunanan Surakarta yang melarikan diri dari kejaran VOC saat Perang Jawa tahun 1741-1743.

Baca Juga: Viral Foto Belakang Truk Bertuliskan 'Bangunlah Sesaat Brigadir J' Tuai Sorotan: Sopirnya Keren Parah

“Kalau miturut cerita, dulu kan terjadi peperangan di mana-mana (melawan VOC). Katanya (Wiro Sambo) punggawa atau prajurit yang lari karena kalah melawan Belanda. Dari Kasunanan Solo (Surakarta). Itu saya dapat cerita dari sesepuh Dusun Sambo ini. Tahun 1700-an,” ujarnya.

Sejarah Wiro Sambo yang menyebutnya sebagai pengikut Pangeran Dipokusumo agak janggal. Sebab Perang Jawa yang dipimpin Diponegoro, baru berlangsung sekitar tahun 1825.

Padahal menurut Kuwato, Wiro Sambo dikisahkan tiba di kampung Sambo sekitar tahun 1700-an.

Versi bahwa Wiro Sambo adalah punggawa Kasunanan Surakarta yang lari ke lereng barat Gunung Merapi, lebih masuk akal. Perang Jawa yang berkobar -antara lain- di Pati, Rembang, dan Jepara terjadi tahun 1741-1743, bertepatan dengan tibanya Wiro Sambo di tanah Magelang.  

Berganti Nama Kiai Wikono

Kuwato mengatakan, Wiro Sambo sendiri setelah menginjak usia sepuh mengganti namanya menjadi Kiai Wikono.

“Jadi Wiro Sambo itu dipakai menjadi nama dusun. Terakhirnya Wiro Sambo berganti nama menjadi Kiai Wikono,” paparnya.

Setelah wafat, Kiai Wikono dimakamkan di areal kuburan warga di ujung Utara Dusun Sambo. Di tengah kompleks makam tua itu tumbuh pohon kamboja berusia ratusan tahun.

Kuwato mengaku sebagai keturunan ke-8 Wiro Sambo atau Kiai Wikono. Hampir seluruh warga asli Dusun Sambo adalah anak keturunan Wiro Sambo.

“Petilasannya di makam Dusun Sambo sini. Setelah nama Sambo itu dipakai untuk nama dusun, beliau berganti nama menjadi Kiai Wikono. Sampai menurunkan masyakarat yang ada di Dusun Sambo sampai sekarang,” ujar dia.

Hingga saat ini Kuwato belum bisa menjelaskan Sambo berasal dari bahasa mana dan bagaimana nama itu bisa disandang oleh Wiro Sambo.

“Itu artinya saya juga belum tahu kata-kata Sambo itu bahasa apa dan asal-usul darimana. Itu saya belum bisa menerangkan,” terangnya.

Kuwato juga semakin bingung, mengapa ada kesamaan penggunaan nama Sambo pada Irjen Ferdy Sambo dengan nama dusun tempat dia dilahirkan.

Sama-sama Bernama Sambo

Sebelum kasus dugaan pembunuhan yang melibatkan Irjen Ferdy Sambo menyeruak, Kuwatno sempat mengira bahwa kata Sambo hanya dimiliki oleh dusunnya.   

“Sepengetahuan saya yang ada tulisan persis S-A-M-B-O, itu juga hanya dusun saya. Tapi kenapa ada muncul tulisan Sambo di televisi. Saya berpikir apakah Ferdy itu asal-usulnya dari (Dusun) Sambo? Apakah dulu ada yang transmigrasi atau kemana? Kok ada orang namanya pakai Sambo,” jelasnya.

Dusun Sambo, Desa Podosoko, Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang saat ini dihuni 100 kepala keluarga. Hanya ada 289 jiwa yang menempati dusun kecil di bagian utara Kecamatan Sawangan itu.

Mayoritas warga Dusun Sambo bekerja sebagai petani ladang. Tidak satupun warga bekerja menjadi aparatur sipil negara, TNI maupun Polri. “Semua pedagang dan petani (kebun),” kata Kuwatno.

Sebelum tahun 1985, tidak seorangpun warga Dusun Sambo mengenyam pendidikan hingga sekolah menengah atas (SMA). Kuwatno adalah warga Sambo pertama yang berhasil lulus SMA.

Setelah itu mulai ada adik-adik saya (lulusan SMA). Sampai sekarang juga ada yang kuliah. Sebelum itu untuk pendidikan (rata-rata warga Sambo), sekolah dasar saja banyak yang tidak lulus," tegasnya.

Kontributor : Angga Haksoro Ardi

Load More