Scroll untuk membaca artikel
Budi Arista Romadhoni
Rabu, 26 Oktober 2022 | 16:55 WIB
Ilustrasi memberikan obat kepada anak. Memberikan antibiotik kepada anak sering kali dilakukan untuk menurunkan demam yang tak kunjung mereda. Namun, rupanya hal itu tidak diperbolehkan(Sumber: Shutterstock)

SuaraJawaTengah.id - Memberikan antibiotik kepada anak sering kali dilakukan untuk menurunkan demam yang tak kunjung mereda. Namun, rupanya hal itu tidak diperbolehkan. 

Dokter spesialis anak konsultan alergi imunologi dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dr Molly Dumakuri Oktarina, Sp.A(K) melarang orang tua langsung memberikan antibiotik pada anak yang demam tanpa adanya indikasi.

"Kita harus hati-hati dan waspada dalam penggunaan antibiotik, apalagi akhir-akhir ini di negara India ada fenomena superbugs, jadi bakteri-bakteri itu sudah resisten terhadap penggunaan antibiotik," ujar dokter Molly dikutip dari ANTARA pada Rabu (26/10/2022).

Molly mengatakan, pemberian antibiotik tak rasional misalnya tidak sesuai indikasi, durasi, dosis dapat mengganggu pertumbuhan atau perkembangan sistem imun tubuh dan perkembangan otak anak.

Baca Juga: Bakteri "Superbug" Melanda Dunia, Waspadai Gejalanya Agar Tak Jadi Pandemi

"Penggunaan antibiotik tidak rasional akan mengganggu perkembangan sistem imun. Kalau sistem imun terganggu maka akan mengganggu perkembangan otak," kata dia.

Menurut Molly, antibiotik akan merusak struktur mikrobiota komensal atau makhluk hidup yang tidak bersifat merugikan bahkan membunuhnya. Dampak lainnya pada tubuh akibat penggunaan antibiotik tak rasional yakni terjadinya resistensi terhadap jenis antibiotik tertentu.

Umumnya, petugas kesehatan meresepkan antibiotik pada kondisi infeksi yang sudah terkonfirmasi akibat bakteri berdasarkan hasil pemeriksaan. Mereka memberikan antibiotik berdasarkan indikasi, dosis yang disesuaikan dengan berat badan, usia, gejala anak untuk mengatasi gejala infeksi tertentu.

Umumnya pada infeksi bakteri yang tidak begitu berat, pemberian antibiotik tidak akan lama, yakni lima sampai tujuh hari.

"Kalau pemberiannya sesuai maka tidak akan mengganggu keragaman, jumlah mikrobiota di dalam usus, sehingga tak akan ganggu daya tahan tubuh anak. Setelahnya, mikrobiota yang didapat dari makanan sehari-hari akan ada lagi," ujar Molly.

Baca Juga: Terpopuler Kesehatan: Mantan Menkes Soal Mata Merah Korban Tragedi Kanjuruhan, Dampak Resistensi Antibiotik untuk Mental

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat pada kasus resistensi antibiotik, maka infeksi seperti pneumonia, TBC dan penyakit bawaan makanan dapat menjadi lebih sulit, dan terkadang tidak mungkin, untuk diobati karena antibiotik menjadi kurang efektif.

Menurut mereka, karena antibiotik dapat dibeli untuk penggunaan manusia atau hewan tanpa resep, munculnya dan penyebaran resistensi menjadi lebih buruk.

Demikian pula, di negara-negara tanpa pedoman pengobatan standar, antibiotik sering diresepkan secara berlebihan oleh petugas kesehatan dan dokter hewan dan digunakan secara berlebihan oleh masyarakat.

Load More