Scroll untuk membaca artikel
Budi Arista Romadhoni
Senin, 26 Juni 2023 | 20:04 WIB
Warga sedang memindahkan air bersih dari tangki truk ke penampungan air yang berada di Kelurahan Jabungan, Kecamatan Banyumanik, Kota Semarang, Senin (26/6/2023), [Suara.com/Ikhsan]

SuaraJawaTengah.id - Setiap memasuki musim kemarau, warga Kelurahan Jabungan, Kecamatan Banyumanik, Kota Semarang sering kesulitan mencari air bersih. Penyebab utamanya lantaran wilayah tersebut mengalami kekeringan.

Sudah satu bulan bekalangan ini, Sugirah (66) setiap harinya harus rela mengambil air bersih menggunakan jerigen di masjid maupun tempat penampungan air bersih yang disediakan pemerintah.

"Kalau air sumur itu airnya tidak layak dikonsumsi karena mengandung kapur," katanya saat ditemui SuaraJawaTengah.id, Senin (26/6).

Menurut Sugirah, air sumur miliknya hanya bisa digunakan untuk keperluan mencuci piring, mencuci baju, dan mandi. Sedangkan untuk konsumsi sehari-hari ia bergantung pada bantuan air bersih.

Baca Juga: Cakupan UHC di Kota Semarang dan Demak Hampir 100 Persen, Transformasi Layanan Program JKN Mudahkan Peserta

"Selain dari masjid, kita bergantung sekali dengan bantuan air bersih dari pemerintah di musim kemarau seperti ini," paparnya.

Hal yang sama diutarakan Usman Ali (64), setiap memasuki musim kemarau, ia mengakui aliran air di sumur menjadi kecil. Berbeda ketika musim penghujan.

"Kalau air disini masih ada, tapi debitnya kecil. Nggak sampai kekeringan," ujar lelaki yang akrab Usman tersebut.

Rutinitas pengambilan air bersih sudah dilakoni Usman selama 40 tahunan. Setiap pagi atau sore ia rela mengantri dan membawa jerigen untuk mendapatkan air bersih.

"Jadi galon-galon yang berjejer itu sebagai tanda mengantri. Kalau udah diisi air, warga tinggal ambil," terangnya.

Baca Juga: 4 Upaya Mendukung Penanggulangan Degradasi Lahan dan Kekeringan, Yuk Cinta Lingkungan

Butuh Pembuatan Sumber Mata Air

Dibanding tahun lalu, kondisi kekeringan di Kelurahan Jabungan semakin melebar. Pasalnya ada empat RW yang membutuhkan bantuan air bersih dari pemerintah.

"Kalau tahun lalu yang butuh air bersih hanya RW 3. Sekarang RW 1, 4, 5 juga butuh," kata Lurah Jabungan, Suwarno.

"Jadi ada sekitar 200an orang yang butuh air bersih," lanjutnya.

Diakui Suwarno, setiap musim kemarau debit sumur di wilayahnya berkurang. Apalagi air sumur yang dimiliki warga kualitasnya tidak layak dikonsumsi.

"Paling lama kami mengalami kekeringan itu sekitar enam bulan. Setiap tahun kami sudah terbiasa menghadapi kekeringan ini," ujar Suwarno.

Lelaki berusia 53 tahun tersebut lantas mengimbau kepada warganya sebisa mungkin untuk berhemat terhadap penggunaan air bersih yang diberikan oleh pemerintah.

"Harapan saya tahun ke depan  pembangunan panci mas atau sumber mata air disini selesai. Biar masyarakat disini tidak menunggu dan mengandalkan bantuan air bersih terus," pungkasnya.

Kontributor: Ikhsan

Load More