Scroll untuk membaca artikel
Budi Arista Romadhoni
Rabu, 12 Juli 2023 | 08:41 WIB
Suasana di area lokasi monumen bersejarah watu tugu di Kelurahan Tugrejo, Kecamatan Tugu, Selasa (11/7) [Suara.com/Ikhsan)

SuaraJawaTengah.id - Mungkin belum banyak orang yang tahu di Semarang Barat tepatnya Kelurahan Tugurejo, Kecamatan Tugu, Kota Semarang ada peninggalan sejarah kerajaan di Jawa yang masih berdiri kokoh.

Peninggalan sejarah tersebut bernama monumen watu tugu atau lebih dikenal masyarakat setempat dengan sebutan candi tugu.

Dari catatan sejarah, diperkirakan monumen watu tugu sudah ada sejak abad ke-8 atau ke-10 masehi. Konon, watu tugu tersebut sebagai penanda batas dua kerajaan besar di Jawa antara Padjajaran dan Majapahit.

Namun, ada versi sejarah lain yang menyatakan kalau monumen watu tugu itu dulunya merupakan dermaga atau pelabuhan. Sebab pada tahun 1970an sempat ditemukan sebuah jangkar kapal di area tersebut.

Baca Juga: Cuma 60 Km dari Kota Semarang, Wisata Pantai ini Cocok untuk Liburan Akhir Pekan : Ada Lumba-lumbanya !

Bagaimana pun sejarahnya, bangunan monumen watu tugu berbentuk bulat panjang dan meruncing ke atas itu perlu terus dilestarikan.

Pagi itu, Selasa (11/7), saya mencoba menengok monumen watu tugu yang lokasinya tidak jauh dari jalan pantura walisongo kilometer 11. Akses jalan menuju watu tugu tersebut terbilang tidak terlalu sulit.

Setelah menaikki puluhan anak tangga, saya pun cukup tercengang melihat pemandangan lokasi sekitar monumen watu tugu. Meski tidak ada penjaga, tempat tersebut terlihat bersih dan suasana di atas sana terasa sangat sejuk.

Selain monumen watu tugu, di lokasi tersebut juga berdiri relief bangunan candi gedong songo yang diprakarsai oleh PT. Tanah Mas Semarang pada tahun 1984-1985.

"Asal muasal sejarah Kecamatan Tugu itu diambil dari monumen watu tugu. Bisa dikatakan juga sebagai identitas warga Tugu," ucap mantan juru pelihara watu tugu, Sumarto pada SuaraJawaTengah.id saat ditemui di kediamannya, Selasa (11/7).

Baca Juga: 100 Km dari Kota Semarang, Stadion di Jawa Tengah Ini Memiliki Standarisasi FIFA : Siap Jadi Vanue Piala Dunia U-17 ?

Saat masih menjadi juru pelihara monumen watu tugu, Sumarto sama sekali tidak memperhitungkan bayaran yang ia terima. Niatnya satu, hanya ingin merawat dan melestarikan peninggalan bersejarah.

"Sejarah yang saya baca, situs watu tugu untuk menandakan pembatasan kerajaan Padjajaran dan Majapahit," terangnya.

Sumarto diketahui mengabdi jadi juru pelihara monumen watu tugu rentan waktu 2000-2016. Dirinya memutuskan berhenti lantaran ingin beralih profesi demi membiayi kedua anaknya kuliah.

Pasca Sumarto keluar, monumen watu tugu sempat terbengkalai dan tidak terawat. Ilalang menjulang tinggi, dedaunan dan rating-ranting pohon berjatuhan dibiarkan berserakan.

"Sekitar tahun 2020 ada warga yang peduli dan mau merawat tugu watu. Kemudian dibentuklah semacam komunitas bernama
Forum Ngupokoro Candi Tugu (FNCT)," paparnya.

Berpotensi Jadi Wisata Baru

Ikon-ikon seperti monumen watu tugu menurut Sumarto sudah selayaknya mendapat perhatian pemerintah. Jika dikelola dengan baik, ia yakin monumen watu tugu bisa jadi wisata edukasi dan kekinian.

"Orang tua dulu selalu menerangkan dari namanya kampung tugu rejo akan makmur. Kita tinggal menunggu sentuhan dari pemerintah dan warga siap bantu melestarikan," imbuhnya.

Ketua FNCT, Ihya Ulumudin mengatakan momumen watu tugu sangat berpotensi jika dijadikan tempat wisata. Akan tetapi belum ada pergerakan dari Pemerintah Kota Semarang untuk mengangkat monumen watu tugu jadi tempat wisata.

Padahal permasalahan kepemilikan tanah sudah sepenuhnya dikuasai Pemerintah Kota Semarang. Sebab pada bulan Agustus 2022, PT. Tanah Mas Panggung selaku pihak pemiliki tanah telah menghibahkan kawasan monumen watu tugu tersebut.

"Kami ingin monumen watu tugu jadi wisata yang bisa memakmurkan ekonomi setempat. Harus ada pengelola yang bertanggungjawab menjaga peninggalan bersejarah," jelasnya.

Dalam seminggu, menurut lelaki yang akrab disapa Ihya itu menyebut beberapa anggota FNCT rutin mengunjungi monumen watu tugu untuk sekadar bersih-bersih.

"Saat ini kami sedang berupaya menggandeng kelurahan soal potensi wisata. Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata juga udah memberi lampu hijau," tuturnya.

Bahkan komunitas FNCT telah punya desain seandainya kawasan momumen watu tugu mendapat izin untuk dijadikan tempat wisata.

"Rencana kita di sebelah selatan untuk jualan, sebelah barat bikin panggung musik. Kita juga bikin gazebo untuk tempat duduk. Sedangkan untuk candi, monumen watu tugu dan goa akan kita panggar," tukasnya.

Kontributor: Ikhsan

Load More