SuaraJawaTengah.id - Warga Desa Kaliajir, Kecamatan Purwanegara, Kabupaten Banjarnegara terpaksa mengais air sungai meski bau dan kotor untuk keperluan sehari-hari.
Suwarti adalah satu diantara ribuan warga lainnya yang mengalami krisis air bersih. Kelangkaan air di musim kemarau saat ini membuat warga kelimpungan.
Berbagai cara dilakukan untuk bisa mendapatkan air. Mulai dari naik-turun bukit, membeli air hingga mengais sisa di sungai Sapi.
Jika musim kemarau melanda, sungai sapi yang menjadi andalan-pun ikut surut. Sampah berserakan dan sisa limbah menjadi sangat tampak di permukaan sungai yang mengering.
Untuk mengakalinya, warga membuat sumur resapan di sungai untuk menyisakan air seadanya. Meski bau dan kotor, sumur tersebut menjadi satu-satunya pilihan terakhir warga sekitar sungai.
"Airnya kotor dan bau. Tapi mau gimana lagi ? nggak ada lagi (air). Sudah kering semua," ungkap Suwarti saat ditemui sedang di sungai. Selasa (12/9/2023).
Setiap hari Suwarti mengambil air di sumur resapan tersebut. Air tersebut digunakan untuk mandi, mencuci piring dan baju.
"Sehari mengambil air tiga atau empat kali. Buat mandi, nyuci piring, nyuci baju," kata Suwarti.
Ia mengaku sangat terpaksa mengais sisa air sungai yang ada. Sebab, sumur di rumahnya sudah tiga bulan kering.
Hingga saat ini, data kekeringan di Kabupaten Banjarnegara masih terus berkembang. Berdasarkan rekap BPBD, kekeringan saat ini sudah meluas hingga 11 Kecamatan, 19 Desa dan 5 Kelurahan.
"Saat ini terus meluas. Sudah ada 11 Kecamatan, ada 19 desa, 5 kelurahan," jelas Andri Sulistyo, Kepala Bagian Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Banjarnegara.
Dampaknya, permintaan distribusi air bersih terus bertambah. Bahkan, pelaksanaan dropping dilakukan dari pagi hingga malam hari.
"Warga makin banyak yang melaporkan permintaan droping. Kami sampai saat ini sudah distribusi 144 kali dengan 800 ribu liter air untuk 8.887 KK, 39.700 jiwa penerima manfaat," paparnya.
BPBD terus melakukan droping air dengan armada yang ada dari pagi hingga malam hari. Tak jarang, mobil tangki yang bermuatan air mengalami kendala lantaran jalur yang ditempuh sangat ekstrim.
"Kami ada 4 tangki yang melakukan perjalanan(dropping) hingga malam hari dengan jalur ekstrim, ban rusak pengisiannya terlalu banyak menjadi salah satu penghambat distribusi," ucapnya.
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Sepatu New Balance Diskon 70% Jelang Natal di Sports Station
- Ingin Miliki Rumah Baru di Tahun Baru? Yuk, Cek BRI dengan KPR Suku Bunga Spesial 1,30%
- Analisis Roy Suryo Soal Ijazah Jokowi: Pasfoto Terlalu Baru dan Logo UGM Tidak Lazim
- Meskipun Pensiun, Bisa Tetap Cuan dan Tenang Bersama BRIFINE
- Kebutuhan Mendesak? Atasi Saja dengan BRI Multiguna, Proses Cepat dan Mudah
Pilihan
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
-
Samsung PD Pasar Tablet 2026 Tetap Tumbuh, Harga Dipastikan Aman
-
Breaking News! John Herdman Jadi Pelatih Timnas Indonesia, Tunggu Diumumkan
-
Dampingi Presiden, Bahlil Ungkap BBM hingga Listrik di Sumbar Tertangani Pasca-Bencana
Terkini
-
Pertamina Patra Niaga Gelar Khitan Massal di Cilacap, Wujud Syukur HUT ke-68 Pertamina
-
5 MPV Diesel Pilihan Rp150 Jutaan yang Worth It untuk Keluarga di Akhir 2025
-
BRI Perkuat Aksi Tanggap Bencana Alam, 70 Ribu Jiwa Terdampak Beroleh Bantuan
-
PSIS Semarang Gegerkan Bursa Transfer: Borong Tiga Pemain Naturalisasi Sekaligus
-
8 Wisata Terbaru dan Populer di Batang untuk Libur Sekolah Akhir 2025