Scroll untuk membaca artikel
Budi Arista Romadhoni
Kamis, 12 Oktober 2023 | 18:48 WIB
Ilustrasi kesehatan mental (unsplash.com/@fairytailphotography)

SuaraJawaTengah.id - Baru dua hari setelah Peringatan Hari Kesehatan Mental Sedunia yang jatuh pada tanggal 10 Oktober 2023 kemarin. Di Kota Semarang terdapat 4 kasus percobaan bunuh diri, dua diantaranya tidak bisa terselamatkan.

Dihimpun dari berbagai sumber, kasus percobaan bunuh diri yang pertama terjadi remaja kelas 2 SMA di sebuah perlintasan kereta api sebidang di Kota Lunpia pada Selasa (10/10) pukul 01.30 WIB dinihari.

Gadis perempuan seorang diri itu hendak menabrakkan diri ke kereta api yang akan melintas. Beruntung warga sekitar yang sudah mengamati berhasil menyelamatkan aksi percobaan bunuh diri tersebut.

Setelah berhasil ditenangkan, gadis perempuan itu mengaku psikisnya sedang dalam kondisi tidak karuan. Dia belum siap menghadapi kenyataan kalau kedua orang tuanya telah berpisah.

Baca Juga: 5 Tips Jaga Kesehatan Mental Agar Hidup Tenang, Wajib Sering Healing?

Kasus percobaan bunuh diri kedua menimpa mahasiswi Univeristas Negeri Semarang (Unnes) yang hendak menyayat pisau ke tangannya gegara masalah asmara. Beruntungnya pacarnya itu bisa mencegah mahasiswi tersebut melakukan upaya percobaan bunuh diri.

Lalu kasus percobaan bunuh diri yang ketiga menimpa NWJ mahasiswi jurusan Biologi Unnes. Diketahui korban diduga bunuh diri dengan cara melompat dari atas Mall Paragon, pada Selasa (10/10) sore pukul 17.20 WIB. Motif perempuan yang tinggal di Kecamatan Ngaliyan itu memilih mengakhiri hidup masih misteri.

Terakhir, warga Kota Semarang kembali dikejutkan dengan kasus serupa. EN mahasiswi Unidus ditemukan tak bernyawa diduga bunuh diri di kosan daerah Kelurahan Bulusan, Kecamatan Tembalang, Rabu (11/10/2023) malam.

Copycat Suicide Jadi Pemicu

Psikolog Sri Aryanti Kristianingsih menyebut faktor penyebab seseorang bunuh diri karena bermasalah dengan kesehatan mental. Mereka sering kali tidak mampu menyelesaikan tekanan-tekanan yang berujung pada depresi.

Baca Juga: Akhir Hidup Mahasiswa Unnes, Copycat Suicide Bisa Jadi Pemicu

Sedangkan pemicu orang depresi bisa datang dari lingkungan terdekat seperti keluarga, teman, dan hubungan dengan pasangan.

"Kemampuan seseorang dalam mengatasi persoalan dan cara-cara dia melakukan penyelesaian sebenarnya sudah dibentuk dari lingkungan keluarga. Apakah keluarganya merupakan orang-orang yang mudah putus atau tidak," kata perempuan yang akrab disapa Sri saat ditemui Suara.com di Polsek Gajahmungkur, pada hari Kamis (12/10).

Pemberitaan besar-besaran terhadap kasus bunuh diri ternyata dikhawatirkan oleh Sri. Sebab bisa jadi pemicu Copycat Suicide yakni meniru perilaku bunuh diri setelah mengetahui adanya kabar bunuh diri oleh orang lain.

Dia juga tidak menampik belum matangnya sisi emosional usia-usia remaja. Turut berpengaruh bagaimana cara dia dalam menyikapi sebuah permasalahan.

"Orang bunuh diri itu nggak ujug-ujug. Ada niatan dan upaya-upaya sebelumnya. Informasi-informasi tentang kasus bunuh diri lalu dipaparkan secara detail justru semakin menumbuhkan dan menguatkan orang yang sedang depresi untuk melakukan hal yang sama," paparnya.

"Maka peran media cukup besar, mohon menyampaikan informasi bunuh diri itu secara bijak. Jangan sampai informasi yang disampaikan ditiru orang-orang yang punya resiko besar melakukan bunuh diri," tambahnya.

Untuk mencegah kasus bunuh diri, Sri meminta semua orang untuk menjadi lingkungan yang positif bagi siapapun. Caranya dengan memperhatikan perilaku orang-orang terdekat disekitar kita.

Misal ada teman yang tiba-tiba perilaku berubah yang tadinya ceria mendadak murung berhari-hari. Patut didekati dan tunjukkan rasa kepedulian dengan menjadi pendengar yang baik jika dia mau bercerita.

"Dengan kepedulian itu paling tidak bisa jadi penolong dan jadi suport sistemnya. Sehingga dia akan berpikir ternyata masih ada orang lain yang peduli dengan saya," tukas perempuan yang menjabat sebagai Dekan Fakultas Psikologi UKWS Salatiga.

Sependapat dengan Sri, Kepala Bagian Psikologi (PSI) Biro SDM Polda Jateng, AKBP Novian Susilo, mengkhwatirkan persoalan copycat suicide. Untuk itu, dia melarang kepada semua orang agar tidak menyebarkan konten-konten yang berkaitan dengan bunuh diri.

Dia juga meminta media-media untuk tidak menampilkan secara gamblang misalnya surat wasiat yang ditinggalkan para korban.

"Di ilmu psikologi ada perilaku meniru, jadi tolong jangan dieksploitasi," beber Novian.

Lelaki berkaca mata lalu mengungkapkan pencegahan kasus bunuh diri merupakan tanggungjawab semua pihak termasuk keluarga, lingkungan tempat tinggal, guru atau dosen, instansi pemeritah dan pihak-pihak lainnya.

"Misal di kalangan pendidik dia harus punya kompetisi konselor dan bisa melihat perubahan perilaku anak didiknya yang sedang punya masalah," ungkapnya.

Sementara itu, Kabid Humas Polda Kombes Stefanus Satake Bayu Setianto, sangat bersimpati dengan kasus dugaan bunuh diri yang menimpa dua mahasiswi di Kota Semarang tersebut.

Dia mengimbau pada masyarakat khususnya para netizen untuk tidak membesar-besarkan kasus bunuh diri di sosial media.

"Kita sering imbau kepada masyarakat yang melihat kejadian-kejadian yang cukup sadis atau apa itu jangan di viralkanlah. Karena itu bisa menimbulkan hal-hal yang kurang baik di masyarakat," ucap lelaki yang biasa disapa Bayu tersebut.

"Selain ada trauma keluarga, membesar-besar kasus bunuh diri juga takut dijadikan contoh dalam menyelesaikan masalah dengan jalan pintas," lanjutnya.

Selain itu, Bayu juga berpesan untuk masyarakat agar berpikir masak-masak sebelum memutuskan suatu hal. Jika sedang menghadapi permasalahan sebaiknya berkomunikasi dengan keluarga maupun orang terdekat.

"Bunuh diri tidak dibenarkan agama, kasian orang yang ditinggalkan. Kalau ada permasalahan mungkin disarankan bisa dikomunikasikan dengan keluarga," pungkasnya.

Kontributor : Ikhsan

Load More