Scroll untuk membaca artikel
Budi Arista Romadhoni
Selasa, 26 Desember 2023 | 09:26 WIB
Prabowo-Gibran pada Debat Capres 2024 putaran pertama.

SuaraJawaTengah.id - Pasangan calon presiden dan calon wakil presiden Prabowo Subianto dan Gibran tentu berpotensi mendongkrak elektabilitas Partai Gerindra 

Berdasarkan temuan survei Center for Political Communication Studies (CPCS) menunjukkan Gerindra unggul dengan elektabilitas mencapai 19,0 persen sekaligus menggeser posisi PDI Perjuangan pada Pemilu 2024.

Melejitnya Prabowo-Gibran dalam gelaran Pilpres 2024 memberi efek elektoral bagi Gerindra sebagai partai pengusung utamanya.

"Gerindra diprediksi bakal menggeser dominasi PDI Perjuangan dalam pemilu anggota legislatif, berarti PDI Perjuangan batal mencetak hattrick," ungkap peneliti senior CPCS Hatta Binhudi dikutip dari ANTARA pada Selasa (26/12/2023).

Baca Juga: Cak Imin Sebut IKN Sebagai Contoh Proyek Besar yang Ambisius, Kuras APBN Hingga Rp500 Triliun?

Elektabilitas PDI Perjuangan sebesar 16,7 persen, menempatkannya di peringkat kedua sekaligus membuat mereka sulit untuk bisa menang ketiga kalinya dalam pemilu kali ini.

Menurut Hatta, partai-partai politik yang tergabung dalam Koalisi Indonesia Maju (KIM) mulai menikmati coattail effect dari pengusungan pasangan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka pada Pilpres 2024.

"Gerindra yang paling diuntungkan berkat asosiasi partai tersebut dengan Prabowo sebagai ketua umum sekaligus tokoh sentral sejak awal didirikan," tandas Hatta.

Menurut dia, yang membedakan antara Pilpres 2024 dan pemilu sebelumnya adalah konteks situasi politik yang sudah jauh berubah. Pada tahun 2014 dan 2019 Prabowo menjadi rival Jokowi, kini Prabowo justru menjadi sekutu kuat dan capres yang didukung Jokowi.

Ia menegaskan bahwa majunya Gibran yang merupakan putra sulung Jokowi membuktikan dukungan Jokowi yang terhadap Prabowo.

Baca Juga: Debat soal IKN, Blak-blakan Gibran Sebut Cak Imin Aneh: Tapi Monggo Lah...

"Prabowo-Gibran mewujudkan formasi kepemimpinan nasional baru yang paling bisa menjamin keberlanjutan program-program Jokowi," kata Hatta.

Menyusul di tiga besar, Partai Golkar mengalami kenaikan elektabilitas dari kisaran 7—8 persen kini menyentuh 10,1 persen.

"Jika trennya terus naik, bisa jadi Partai Golkar mengejar elektabilitas PDI Perjuangan, dan menjadi ancaman baru bagi pemenang Pemilu 2014 dan 2019 itu," ujar Hatta.

Selain Gerindra dan Golkar, partai-partai anggota koalisi pengusung Prabowo-Gibran lainnya juga naik tipis, yaitu Partai Demokrat (6,8 persen) dan PSI (6,4 persen). Di jajaran papan menengah ke bawah ada PAN (3,3 persen), Gelora (1,3 persen), PBB (0,8 persen), dan Garuda (0,1 persen).

Sementara itu, PPP yang turut mengusung Ganjar-Mahfud kembali melemah elektabilitasnya menjadi 2,1 persen. Berikutnya Perindo (1,6 persen) dan Hanura (0,2 persen), yang sama-sama berada pada jajaran menengah ke bawah.

Di kubu Anies-Cak Imin, hanya PKB yang menduduki peringkat lima besar dengan elektabilitas mencapai 6,5 persen. Berikutnya PKS yang nyaris tergelincir di bawah parliamentary threshold menjadi 4,0 persen, dan di bawahnya ada Partai NasDem (2,5 persen), dan Partai Ummat (0,4 persen).

Dua partai baru lainnya masih belum menyatakan dukungan terhadap salah satu capres dan sama-sama nihil elektabilitasnya, yaitu PKN dan Buruh. Sisanya sebanyak 18,4 persen menyatakan tidak tahu/tidak jawab.

"Partai-partai yang tidak memiliki asosiasi dengan figur capres atau cawapres memang harus berjuang lebih keras karena sulit mendapatkan coattail effect," pungkas Hatta.

Survei CPCS pada tanggal 7—14 Desember 2023 dengan jumlah responden 1.200 orang mewakili 34 provinsi yang diwawancarai secara tatap muka. Metode survei adalah multistage random sampling dengan margin of error ±2,9 persen dan pada tingkat kepercayaan 95 persen.

Load More