Budi Arista Romadhoni
Jum'at, 19 Januari 2024 | 18:13 WIB
Membaca Peta Politik Kota Semarang, Mbak Ita dan Yoyok Sukawi Berpeluang Bertarung di Pilwakot 2024
Peneliti AKSARA Research and Consulting, Darmawan Iskandar (kiri), Pengamat Politik UNDIP, Ghulam Manaar (tiga dari kiri), Mantan Ketua KPU dan Bawaslu Jateng, Fajar SAKA (tengah), Wakil Ketua PWI Jateng, Ade Usman (dua dari kanan), Pengamat Politik UIN, M Kholidul Adib (kanan) saat forum diskusi di Rumah Popo Kota Lama Semarang, Jumat (19/1/2024). [Suara/Budi]

SuaraJawaTengah.id - Pemilihan Wali Kota (Pilwakot) Semarang bakal digelar 27 November 2024. Sejumlah nama pun mulai disorot dari lembaga survei.

Berdasarkan hasil survei dari AKSARA Research and Consulting pada 5-15 Mei 2023, Wali Kota Semarang saat ini, Hevearita G. Rahayu atau Mbak Ita, mendapatkan tingkat elektabilitas tertinggi sebagai tokoh yang layak memimpin Kota Semarang ke depan.

Mbak Ita mendapatkan tingkat keterpilihan sebesar 26,3 persen.Hanya saja, meski elektabilitas Mbak Ita tertinggi, tokoh yang justru difavoritkan oleh pemilih muda dalam survei itu adalah A.S. Sukawijaya atau Yoyok Sukawi.

Selain itu nama Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Semarang Iswar Aminuddin mulai diperhitungkan.

Pengamat Politik UNDIP Ghulam Manaar mangatakan tren politik di Kota Semarang tidak akan jauh berbeda dari Pilkada sebelumnya.

"Tren di semarang, selalu Partai Nasionalis yang domninan. 2019 pun relatif tidak berubah. Dominasinya partai nasionalis, pernah Demokrat dibawah kepemimpinan SBY sempat leading, kemudian diambil alih oleh PDIP," ujar Ghulam FGD yang digelar oleh Forum Media Online Semarang (Fomos) di Rumah Popo Kota Lama, pada Jumat (19/1/2024).

Ia memperkirakan, Pilkada 2024 di Kota Semarang akan masih didominasi dukungan dari PDI Perjuangan.

"Pilwakot 2010-2019, PDIP masih konsisten menang, perolehan tertinggi bisa mengalahkan kotak kosong. PDIP masih jadi kunci pada Pilwakot Kota Semarang pada November 2024," ujarnya

Kemudian Mantan Ketua KPU dan Bawaslu Jateng yang kini aktif sebagai advokat, Fajar SAKA mengungkapkan peta koalisi Pilwakot Semarang tidak akan sama dengan nasional atau Pilpres.

Baca Juga: Yoyok Sukawi Kritisi Kenaikan Pajak Hiburan hingga 40 Persen, Bisa Berimbas PHK Massal

"Pilkada 2024 ini harus menunggu hasil pileg. Pilpres 1 putaran atau 2 putaran. Prosesnya begitu cepat untuk membahas Pilkada nantinya. Koalisi di Nasional, belum tentu di daerah sama. Bicara Pilkada koalisinya pasti akan berbeda," ucap Fajar.

Fajar menyebut seseorang bisa mencalonkan diri bisa melalui dua jalur. Dari partai maupun perseorangan atau independen.

"Ada dua pintu masuk seseorang bisa masuk menjadi calon wali kota. Dari partai politik atau gabungan. Yang kedua jalur perseorangan, tapi sejarahnya di kota semarang tidak ada yang lolos karena syaratnya 6,5 persen. Mengumpulkan 77 ribu pemilih tidak lah mudah," ucapnya.

Sementara itu Pengamat Politik UIN M Kholidul Adib menyatakan pilwakot 2024 di Semarang ini bakal menarik. Ia pun menyebut tidak akan ada kotak kosong lagi.

"Pilwakot 2024 ini tidak akan ada lagi melawan kotak kosong. Minimal 2 calon. Inilah politik adalah Game. Minimal ada 2," ujar Adip.

Sementara itu Wakil Ketua PWI Jateng, Ade Usman mengingatkan pekerja pers harus netral pada Pilwakot Kota Semarang kali ini.

Load More