Scroll untuk membaca artikel
Budi Arista Romadhoni
Sabtu, 09 Maret 2024 | 12:36 WIB
Sosok Rochmadi salah petugas yang bekerja di area pemakaman bergota. Sabtu (9/3/24) [Suara.com/Ikhsan]

SuaraJawaTengah.id - Tradisi menjelang ramadan yang sering dilakukan umat Islam yakni ziarah kubur. Makam bergota salah satu kompleks pemakaman umum di Kota Semarang sudah mulai ramai dikunjungi peziarah.

Ramainya peziarah silih bergantian keluar-masuk pemakaman bergota sebuah keberkahan bagi orang-orang yang bekerja membersihkan kuburan. Di momen sekarang ini mereka seperti ketiban durian runtuh.

Rochmadi,59, salah satu petugas yang saban hari bekerja membersihkan satu blok area pemakaman bergota tampak tersenyum lebar ketika melihat ramainya peziarah yang datang.

Di kompleks pemakaman bergota sendiri tercatat 160 orang yang menggantung hidupnya untuk merawat pemakaman. Rochmadi sendiri sering menjaga dan membersihkan satu blok area makam bergota seluas 500 meter persegi.

Baca Juga: Stok Beras di Kota Semarang Dipastikan Aman hingga Tiga Bulan ke Depan

Diakuinya menjelang bulan ramadan ini, kantong tipisnya mulai terisi kembali. Dia siap bekerja keras melayani para peziarah yang membutuhkan tenaga untuk membantu membersihkan makam.

"Sudah mulai ramai pas pertengahan bulan ruwah. Puncak peziarah biasanya sehari sebelum puasa dan selepas salat idulfitri," katanya saat ditemui, Sabtu (9/3/24).

Selama bekerja di area pemakaman bergota. Rochmadi nggak pernah mematok tarif kepada peziarah yang menggunakan jasanya. Berapa pun yang dikasih ia bakal menerimanya dengan ikhlas.

"Saya dulu sering dinasehati simbah dikasih rezeki berapapun harus disyukuri. Pernah ada orang yang ngasih Rp2 ribu saya terima," ucapnya.

Tak jarang juga Rochmadi mendapat bayaran sebesar Rp200-300 ribu. Jika dirata-rata pada hari biasa ia mendapat honor dalam sebulan merawat makam sebulannya Rp300 ribu.

Baca Juga: Wahyu Prast dan Adi Satryo dapat Panggilan Timnas Indonesia untuk Kualifikasi Piala Dunia

Sedangkan di bulan-bulan seperti menjelang ramadan dan lebaran idulfitri. Rochmadi bisa mendapat cuan lebih besar, tahun lalu saja ia bisa mendapat uang sebanyak Rp10 juta.

"Uang sebesar itu dibagi untuk istri pertama Rp3 juta. Istri kedua Rp5 juta dan sisanya saya kantongi untuk istri ketiga. Bukannya sombong, tapi itu tuntutan," cetusnya.

Umur Rochmadi tak terasa semakin menua. Dia sudah bekerja menjadi perawat makam bergota selama 26 tahun.

Krisis moneter dan jatuhnya Presiden Soeharto bikin perusahaan tempat bekerja Rochmadi bangkrut. Dia menganggur cukup lama dan pernah berada dititik terendah dalam hidupnya.

Ditengah keterpurukan itulah sang kakek tiba-tiba mengajak dia untuk ikut bekerja membersihkan makam. Pada tahun 2007, dia menerima warisan untuk melanjutkan pekerjaan kakeknya.

"Saya adalah generasi keempat yang menjadi juru kunci," tukasnya penuh bangga.

Kontributor : Ikhsan

Load More