SuaraJawaTengah.id - Tradisi Dugderan dalam rangka menyambut bulan suci Ramadan 2024 di Semarang dipadati masyarakat, Sabtu (9/3/2024). Pergelaran karnaval ini mengakibatkan adanya pengalihan arus lalu lintas di sejumlah rute jalan yang dilalui.
Adapun rute Dugderan 2024 ini dimulai dari halaman Balaikota Semarang, kemudian menuju Masjid Agung Semarang, dan berakhir di Masjid Agung Jawa Tengah.
Dugderan sendiri merupakan tradisi perayaan menyambut bulan Ramadan yang dilakukan umat Islam di Semarang, Jawa Tengah. Digelarnya Dugderan pada mulanya adalah upaya pemerintah untuk menyamakan awal puasa dan hari raya.
Hingga saat ini, tradisi Dugderan masih dilestarikan setiap tahunnya. Festival ini akan dimeriahkan oleh sejumlah mercon atau kembang api dan bunyi bedug. Lebih dari itu, selain sebagai sarana hiburan, Dugderan juga dimaksudkan sebagai sarana dakwah.
Baca Juga: Brakkk! Kecelakaan Motor vs Truk di Imam Bonjol Semarang, 1 Orang Meninggal Dunia
Uniknya, mainan Warak Ngendhog akan selalu menghiasi setiap perayaan ini, begitu pula pada Dugderan 2024. Lantas apa sebenarnya Warak Ngendhog yang jadi serbuan masyarakat ini?
Apa Itu Warak Ngendhog?
Pada perayaan ini, terdapat beragam barang yang dijual di pasar Dugderan. Namun, ada satu mainan yang selalu terkait dengan festival ini, yakni Warak Ngendhog. Lantas, kenapa mainan itu menjadi identik dengan festival penyambutan bulan suci Ramadan ini?
Warak Ngendhog adalah makhluk mitologi yang menjadi salah satu ikon kota Semarang. Berdasarkan warna-warni bentuknya, Warak Ngendhog disebut menggambarkan keharmonisan antara tiga budaya yang hidup dalam masyarakat Semarang.
Kepala naga pada mainan Warak Ngendhog melambangkan budaya Tionghoa. Sementara itu, badannya melambangkan badan burak yang menjadi kendaraan Nabi Muhammad saat Isra Miraj. Terakhir, Kaki kambing dimaksudkan sebagai lambang budaya Jawa.
Baca Juga: Awas Terjebak Macet! Pemkot Semarang akan Alihkan Arus Lalu Lintas Saat Kirab Budaya Dugderan
Secara bahasa, Warak Ngendhog berasal dari gabungan dua kata, yakni Warak yang berarti ‘suci’ dan Ngendhog dalam bahasa Jawa berarti ‘bertelur’. Gabungan kedua nama itu dianggap mampu menciptakan simbolisme yang kuat.
‘Suci’ dalam konteks ini menggambarkan kemampuan seseorang untuk menahan diri dari perbuatan dosa, sementara ‘bertelur’ adalah simbol pahala atau ganjaran yang diterima dari perilaku baik.
Sejarah Warak Ngendhog
Sejarah adanya makhluk mitologi itu juga disebut-sebut mengandung legenda yang menarik. Ia diyakini telah ada sejak Kota Semarang berdiri. Banyak masyarakat lokal percaya bahwa Ki Ageng Pandanaran, sekaligus bupati pertama Kota Semarang menggunakan makhluk itu sebagai sarana menyebarkan ajaran Islam.
Selain itu, Ki Ageng Pandanaran juga menjadikannya sebagai simbol persatuan budaya dalam konteks agama dan kehidupan sehari-hari. Melalui simbol inilah Ki Ageng Pandanaran sukses mengenalkan agama Islam yang menekankan pentingnya toleransi.
Kontributor : Dinnatul Lailiyah
Berita Terkait
-
BRI Liga 1: Pelatih PSM Makassar Usung Misi Khusus ke Markas PSIS Semarang
-
Pos Indonesia Salurkan Bantuan Sembako dan PKH ke 18 Ribu Penerima di Semarang
-
KPK Bakal Lakukan Pemanggilan Kelima untuk Mbak Ita dan Suaminya Pekan Depan
-
Kiper Timnas Indonesia Cedera Jelang Lawan Australia
-
Pahlawan Persib Nick Kuipers: Saya Merasa Luar Biasa
Terpopuler
- Ragnar Oratmangoen: Saya Mau Keluar dari...
- Rusuh Lagi! Indonesia Siap-siap Sanksi FIFA, Piala Dunia 2026 Pupus?
- Apa Sanksi Pakai Ijazah Palsu? Razman Arif dan Firdaus Oiwobo Diduga Tak Diakui Universitas Ibnu Chaldun
- Aset Disita gegara Harvey Moeis, Doa Sandra Dewi Terkabul? 'Tuhan Ambil Semua yang Kita Punya...'
- Lolly Kembali Main TikTok, Penampilannya Jadi Sorotan: Aura Kemiskinan Vadel Badjideh Terhempas
Pilihan
-
Dukungan Penuh Pemerintah, IKN Tetap Dibangun dengan Skema Alternatif
-
Perjuangan 83 Petani Kutim: Lahan Bertahun-tahun Dikelola, Kini Diklaim Pihak Lain
-
Persija vs Persib Bandung, Ridwan Kamil Dukung Siapa?
-
Jordi Amat Bongkar Dugaan Kasus Pencurian Umur: Delapan Pemain..
-
Sejarah dan Makna Tradisi Nyekar Makam Sebelum Puasa Ramadan
Terkini
-
Tanpa Anggaran Daerah, Retret Kepala Daerah di Akmil Magelang Ditanggung APBN
-
BRI Semarang dan PSMTI Jateng Gelar Aksi Donor Darah
-
Waspadai Leptospirosis di Musim Hujan: Gejala dan Tips Pencegahan
-
SDN Klepu 03 Cetak Sejarah, Pertahankan Gelar Juara di MilkLife Soccer Challenge Semarang 2025
-
PSIS vs PSM: Mahesa Jenar Siap Bangkit di Jatidiri, Akhiri Tren Negatif!