SuaraJawaTengah.id - Bencana banjir seperti sudah melekat dengan Kota Semarang. Musabab, hampir setiap tahun daerah ibu kota Jawa Tengah itu sering dilanda banjir.
Pada bulan Januari 2024 kemarin, Wali Kota Semarang, Heavita Gunaryanti Rahayu, mengklaim kawasan yang rentan banjir di wilayah Lunpia tinggal 3 persen.
Mbak Ita sapan akrabnya menjelaskan kawasan yang belum terbebas dengan banjir diantaranya Kecamatan Genuk, Pedurungan, dan Semarang Utara.
Namun, klaim itu patut dipertanyakan. Sebab pada hari Rabu (13/3/24), hampir seluruh wilayah Kota Semarang tergenang banjir yang diakibatkan hujan deras hampir satu hari penuh.
Bahkan Badan Penanggulan Bencana Daerah (BPBD) Kota Semarang mencatat hingga hari Kamis (14/3/24), sebanyak 6 kecamatan dan 40 kelurahan di Kota Lunpia teredam banjir.
Akibat bencana banjir tersebut, sebanyak 158.137 warga terdampak. Kemudian sebanyak 630 orang mengungsi, sisanya memilih bertahan di rumah masing-masing.
Irfan Azis, salah seorang warga Kelurahan Kaligawe menyebut banjir sudah menjadi bencana tahunan. Empat tahun terakhir genangan air yang melanda wilayahnya bahkan sangat tinggi.
"Ini banjir parah. Untuk pertama kalinya saya menyaksikan air sungai Banjir Kanal Timur meluap ke pemukiman warga," katanya pada Suara.com, Jumat (15/3/24).
Setiap banjir melanda rumahnya, Azis selalu khawatir dengan kondisi kesehatan orang tuanya. Keluarganya juga sering kali mengikhlaskan barang-barang elektronik maupun perabotan rusak karena banjir.
Sejauh ini solusi-solusi Pemerintah Kota Semarang dalam menangani banjir kurang efektif. Pemerintah seharusnya fokus membuat saluran air, bukan cuman meninggikan jalan saja.
"Dulu disini banyak kalinya. Tapi sekarang kalinya malah digusur dibikin bangunan sama perusahaan swasta. Setelah ada bangunan itu, jadi lebih sering banjir dan kalinya hilang," keluhnya.
Seandainya ada dikasih kesempatan,
Azis dan keluarganya ingin sekali pindah dari Kaligawe. Pasalnya setiap musim hujan, dia dan keluarganya selalu was-was dengan banjir.
"Dikejar-kejar air setiap tahun dan kami punya tanggungan meninggikan rumah setiap satu dekade. Kehidupan seperti ini bukan hal yang menyenangkan di masa depan," imbuhnya.
Dengan kejadian banjir yang terus berulang setiap tahunnya. Dirinya sangat berharap pemerintah punya solusi lain dalam menangani persoalan banjir selain meninggikan jalan.
"Dulu ada proyek kelurahan yang bikin taman di salah satu saluran air Kaligawe. Itu proyek gendeng malah bikin saluran air rusak," kesalnya.
Pemkot Perlu Solusi Lain
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Motor Matic Paling Nyaman & Kuat Nanjak untuk Liburan Naik Gunung Berboncengan
- 4 Rekomendasi Cushion dengan Hasil Akhir Dewy, Diperkaya Skincare Infused
- 5 HP RAM 8 GB Memori 256 GB Harga Rp1 Jutaan, Terbaik untuk Pelajar dan Pekerja
- Diminta Selawat di Depan Jamaah Majelis Rasulullah, Ruben Onsu: Kaki Saya Gemetar
- Daftar Promo Alfamart Akhir Tahun 2025, Banyak yang Beli 2 Gratis 1
Pilihan
-
Cerita 1.000 UMKM Banyuasin: Dapat Modal, Kini Usaha Naik Kelas Berkat Bank Sumsel Babel
-
Seni Perang Unai Emery: Mengupas Transformasi Radikal Aston Villa
-
Senjakala di Molineux: Nestapa Wolves yang Menulis Ulang Rekor Terburuk Liga Inggris
-
Live Sore Ini! Sriwijaya FC vs PSMS Medan di Jakabaring
-
Strategi Ngawur atau Pasar yang Lesu? Mengurai Misteri Rp2.509 Triliun Kredit Nganggur
Terkini
-
Dari Reruntuhan Menuju Harapan, Kementerian PU Bangun Kembali Ponpes Darul Mukhlisin Pascabanjir
-
10 Wisata Jepara Terpopuler yang Wajib Kamu Kunjungi Saat Libur Akhir Tahun 2025
-
BRI Blora Berbagi Kebahagiaan di HUT ke-130: Santunan untuk Anak-anak SLB Negeri Japon
-
Perbandingan Suzuki Karimun Kotak vs Hyundai Atoz Mana Lebih Cocok untuk Harian
-
Lelang on The Street, BRI Sapa Warga di CFD Blora, Kenalkan Peluang Investasi dan Kemudahan BRImo