Scroll untuk membaca artikel
Budi Arista Romadhoni
Sabtu, 23 Maret 2024 | 06:01 WIB
Pemilik UMKM Craftonesia Piliani Ernawati. [Suara.com/Budi Arista Romadhoni]

SuaraJawaTengah.id - Memanfaatkan limbah kertas menjadi sebuah karya yang bernilai bukan hal yang mudah. Perlu kreativitas tinggi untuk bisa melakukan hal tersebut.

Namun, kisah Piliani Ernawati UMKM asal Kota Semarang patut menjadi isnpirasi. Ia berhasil menyulap limbah kertas koran menjadi tas mewah.

Wanita berusia 42 tahun itu kini memiliki UMKM bernama Craftonesia yang memproduksi kerajinan tangan anyaman berbahan baku dari limbah kertas.

Tetapi, bisnis anyaman itu bukanlah usaha pertamanya. Ia menyebut sempat membuka UMKM dibidang kuliner yang akhirnya banting setir ke kerajinan tangan. 

Baca Juga: Rumah BUMN BRI Semarang Fasilitasi UMKM Jualan Hampers Lebaran

"Kuliner karena pandemi enggak bisa jualan ya karena dulu itu zona merah. Lalu saya melihat koran-koran bekas, muncul ide buat kerajinan yang mirip tas rotan tapi berbahan kertas koran bekas," ujarnya kepada Suara.com pada Selasa (19/3/2024).

Pada 2021, ia pun memberanikan diri membuat UMKM yang dirintisnya itu. Bahkan, dirinya mendapatkan dukungan dari berbagai pihak karena memproduksi kerajinan yang ramah lingkungan.

"Cepet banget progresnya, mendapatkan penghargaan produk unggulan juara 2 se kota semarang. Dan mendapatkan pembiayaan untuk mengembangkan usaha," ucapnya.

Erna mengungkapkan, meski dari bahan limbah kertas, kerajinan tangannya itu sangat awet dan tidak mudah berjamur.

"Kertas koran kita linting, kemudian kita warna, kemudian kita kasih cairan agar awet, penganyaman, dan terakhir finishing. Pelapisan dengan cairan ini kita lakukan sampai 4 kali. Produk tahan air dan awet," ujarnya.

Baca Juga: Covid-19 Membawa Berkah, Kisah UMKM Binaan BRI yang Kini Berjualan Bawang Hitam

Ia mengakui, ide kerajinan tangan yang dibuatnya berasal dari rotan. Ia membuat tatakan gelas, ada tatakan piring, tempat pensil, hiasan dinding, cermin, tempat tisu dan tas.

"Selaim itu juga membuat gelang, anting dan banyak lagi," ucapnya.

Usahanya yang dirintis Erna itu kini sudah menuai hasil. Bahkan, ia juga bisa membantu perekonomian orang-orang disekitarnya.

Erna kini dibantu teman-teman pokdarwis yang konsen dengan limbah, dan para mahasiswa.

Pemilik UMKM Craftonesia Piliani Ernawati bersama anggota pokdarwis. [Suara.com/Budi Arista Romadhoni]

"Mereka biasanya ada tugas kewirausahaan. Saat ini ada komunitas menganyam Renew.co. jumlahnya baru 15 orang, rata2 yang ikut mahasiswa Undip, unnes, dan polines," ucapnya.

Erna menyebut dalam pengembangan usahanya yang menjadi kendala adalah soal sumber daya manusia (SDM). Sebab, banyak yang tidak minat bekerja membuat kerajinan kertas bekas tersebut.

"Di semarang itu aku susah sekali mencari SDM yang mau. Adanya tuntang, nah akomodasi ke sana itu yang susah," ucapnya.

Produknya Sampai ke Eropa

Soal pemasaran produk, Erna mengungkapkan kerajinannya sudah pernah dijual hingga ke luar negeri.

"Harga paling murah dari 10 ribu, paling mahal tas sampai 600 ribu. Kalau produk ini sudah pernah dipasarkan sampai ke Turki. Ekspor belum, tapi pembelian perorangan sampai ke eropa," ucapnya.

Selain itu, Erna juga memanfaatkan toko oleh-oleh, tempat wisata di sekitar Kota semarang dan tentu marketplace.

"Ini yang baru masuk ke dusun semilir tempat wisata. Marketplace BliBli dan shoppe. Selain itu ya dari medsos," ucapnya.

Erna pun memberikan apresiasi ke Bank Rakyat Indonesia (BRI) yang telah membantu UMKMnya. Ia menuturkan gabung dengan Rumah BUMN pada tahun 2022.

"Saat ada pameran diajak teman untuk gabung disitu. Dan kami sekeluarga juga nasabah BRI," ujarnya.

Ia mengaku mendapatkan beragam fasilitas saat bergabung dengan Rumah BUMN BRI Semarang.

"Diikutkan Brilian prenuer Desember 2023 kemarin. transport akomodasi, hotel sampai pulang ke rumah difasilitasi. Seminggu kita pameran. Selain itu ya saya sering ikut pelatihan," ucapnya.

Produk UMKM Craftonesia. [Suara.com/Budi Arista Romadhoni]

Berkembang ke Pendidikan

Perjalanan Piliani Ernawati rupanya tak hanya di bidang UMKM. Ia pun kini menyalurkan bakatnya itu ke dunia pendidikan.

Hal itu sebagai upaya mengampanyekan pengolahan limbah ke masayarakat umum.

"Kini kita tidak hanya penjualan produk ya, juga pelatihan dari SMA, kampus, dan desa wisata. Intinya edukasi pengelohana limbah kertas," ucapnya.

Ia pun menyebut, limbah kertas kini masih banyak dan perlu diolah lagi untuk menjadi barang-brang yang bernilai.

"Koran itu sudah ada ada distributor ya, koran bekas. Tapi kalau nanti koran sudah enggak ada ya bisa ke kertas seperti LKS. Keunggulan kertas ini lebih ke bebas jamur," ucapnya

Sementara itu Koordinator Rumah BUMN Semarang, Endang Sulistiawati mengungkapkan kini sudah ada 7.000 UMKM yang bergabung.

Rumah BUMN Semarang sampai saat ini telah memfasilitasi usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) dengan menggelar berbagai pelatihan yang dibutuhkan untuk pengembangan usaha.

Rumah BUMN Sendiri didirikan pada 2017 oleh BRI. Pelaku UMKM dipersilakan bergabung dengan Rumah Kreatif BUMN secara gratis. Persyaratan memiliki usaha dan cukup menunjukkan Kartu Tanda Penduduk (KTP).

"Kita tujuan akhirnya adalah go global, bisa ekspor," ujar Koordinator Rumah BUMN BRI Semarang tersebut.

Load More