SuaraJawaTengah.id - Belakangan ini, muncul video yang menunjukkan adanya gundukan tanah yang mengeluarkan lumpur aktif di tengah sawah viral di media sosial. Tumpukan tanah itu disebut-sebut menyerupai gunung berapi.
Fenomena tersebut terjadi di Dusun Medang, Sendangrejo, Kecamatan Ngaringan, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah.
Warga meyakini bahwa gundukan tersebut muncul setelah terjadinya berbagai bencana di Pulau Jawa. Mereka menyebutnya sebagai Bledug Kramesan yang diyakini sebagai gunung api aktif. Lantas, benarkan gundukan tersebut adalah gunung api?
Sebenarnya, fenomena munculnya gundukan seperti halnya Bledug Kramesan ini sudah pernah terjadi sejak zaman dahulu. Bahkan, fenomena semacam itu pernah dijumpai di sejumlah naskan kuno dari kerajaan-kerajaan di Jawa.
Begini Penjelasan Badan Geologi
Jarak munculnya Bledug Kramesan ini tak jauh dari Bledug Kuwu, yakni sekitar 3,4 km. Sejauh ini, Bledug Kramesan ini memiliki ketinggian 25 meter dari permukaan tanah. Menurut keterangan Badan Geologi, bledug-bledug tersebut adalah material dari mud diapir yang lolos ke permukaan.
Kepala Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Muhammad Wafid menjelaskan bahwa area munculnya Bledug Kramesan dan Kuwu ini, pada umur Paleogen adalah termasuk Pati Through.
Hal itu memungkinkan terjadinya endapan sedimen secara cepat dan tebal. Sementara itu, secara fisiografi wilayah itu termasuk pada antiklinorium Zona Rembang yang terdiri dari pegunungan lipatan yang memanjang ke arah Barat-Timur, yakni dari Kota Purwodadi, Blora, Jatirogo, Tuban, hingga Madura.
Batuan yang diendapkan pada zona ini akan membentuk mud diapir setelah mengalami burial dan kompresi. Gempa yang terjadi kemudian berpotensi menyebabkan terbukanya rekahan-rekahan yang kemudian dilewati oleh material lumpur pada Bledug Kramesan.
Baca Juga: Kenalan Lewat Medsos, Mahasiswi Jadi Korban Pelecehan Pegawai Kontraktor Proyek RS di Tegal
Terbukanya rekahan-rekahan tersebut membuat material mud diapir naik ke permukaan. Namun, dengan adanya tekanan tektonik pada area tersebut akan diperoleh keseimbangan seperti pada saat sebelum gempa.
Adapun faktor-faktor yang dapat memengaruhi terbentuknya mud diapir adalah terjadinya amblesan, kecepatan pengendapan sedimen, lapisan plastis, overpressure dan under-compacted, potensi hidrokarbon, produksi air diagenetik, tektonik kompresi, dan gradien panas bumi yang tinggi.
Jadi, fenomena gunung lumpur di Grobogan itu dipicu oleh gempa bumi berkekuatan 6,5 yang terjadi di Bawean Gresik, Jawa Timur. Gempa tersebut menyebabkan adanya migrasi hidrokarbon menjadi lebih aktif.
Kontributor : Dinnatul Lailiyah
Berita Terkait
Terpopuler
- Naksir Avanza Tahun 2015? Harga Tinggal Segini, Intip Pajak dan Spesifikasi Lengkap
- 5 Krim Kolagen Terbaik yang Bikin Wajah Kencang, Cocok untuk Usia 30 Tahun ke Atas
- 7 Rekomendasi Ban Motor Anti Slip dan Tidak Cepat Botak, Cocok Buat Ojol
- 5 Mobil Bekas Senyaman Karimun Budget Rp60 Jutaan untuk Anak Kuliah
- 5 Rekomendasi Bedak Waterproof Terbaik, Anti Luntur Saat Musim Hujan
Pilihan
-
Google Munculkan Peringatan saat Pencarian Bencana Banjir dan Longsor
-
Google Year in Search 2025: Dari Budaya Timur hingga AI, Purbaya dan Ahmad Sahroni Ikut Jadi Sorotan
-
Seberapa Kaya Haji Halim? Crazy Rich dengan Kerajaan Kekayaan tapi Didakwa Rp127 Miliar
-
Toba Pulp Lestari Dituding Biang Kerok Bencana, Ini Fakta Perusahaan, Pemilik dan Reaksi Luhut
-
Viral Bupati Bireuen Sebut Tanah Banjir Cocok Ditanami Sawit, Tuai Kecaman Publik
Terkini
-
4 Link Saldo DANA Kaget Jumat Berkah: Raih Kesempatan Rp129 Ribu!
-
Skandal PSSI Jateng Memanas: Johar Lin Eng Diduga Jadi 'Sutradara' Safari Politik Khairul Anwar
-
8 Tempat Camping di Magelang untuk Wisata Akhir Pekan Syahdu Anti Bising Kota
-
Bukan Cuma Sepak Bola! Intip Keseruan dan Kekompakan Jurnalis Semarang di Tiba Tiba Badminton 2025
-
7 Jalur Trek Lari di Purwokerto, Syahdyu untuk Melepas Penat dan Menjaga Kebugaran