SuaraJawaTengah.id - Di Gua Maria Grabag, Magelang, doa menemui takdirnya yang paling universal. Dirapal dalam beragam bahasa, menerobos sekat agama.
Sejarah agama-agama di bumi Nusantara tidak menampilkan wajah yang tunggal. Hindu, Buddha, Katolik, dan Islam berpapasan, membentuk wujud ritual yang saling mempengaruhi.
Kemudian kita mengenal istilah Islam Jawa atau Kristen Jawa sebagai bentuk dari sinkretisme. Uniknya perjumpaan antar keyakinan itu tidak memudarkan keyakinan para penganutnya.
Proses pencarian jati diri Suryomentaraman muda terhadap pengetahuan kawruh jiwa misalnya, membawanya pada laku spiritual yang umum dikenal sebagai ngelmu Jawa.
Menggembleng diri dengan bertapa di Gua Langse, Gua Semin, dan Parangtritis, Suryomentaraman kelak menemukan pemahaman ajaran Islam Jawa.
Tradisi ziarah ke tempat sakral atau berdoa melalui perantara para tokoh-tokoh suci, masih menjadi laku yang terpelihara sampa hari ini. Ritual yang dikenal sama baiknya oleh muslim maupun nasrani.
Katolik mengenal ritus ziarah sebagai devosi. Serangkaian pembaktian diri atau menghayati cara hidup kepada Bunda Maria, para santo, atau tokoh-tokoh gereja yang menyerahkan hidup sepenuhnya untuk jalan kristus.
“Tujuannya lebih meningkatkan doa juga. Berdoa bisa di rumah, tapi kan perlu suasana lain. Dengan berdoa keluar (di tempat-tempat sakral) bisa ada dorongan lebih semangat. Lebih khusyuk,” kata Martinus Subiantoro (64 tahun), pengawas Gua Maria Grabag, Magelang.
Tahun 1987 Subiantoro hijrah ke Grabag. Memenuhi panggilan mengajar di Sekolah Menengah Pertama Katolik (SMPK) Pendowo yang berdiri lima tahun sebelumnya.
Baca Juga: Jadwal Imsakiyah Magelang dan Sekitarnya Jumat 15 Maret 2024, Disertai Bacaan Niat Puasa Ramadan
“Jadi satu-satunya sekolah yang bernuansa nasrani (di Kecamatan Grabag). Karena TK, SD itu nggak ada disini. SMP Katolik ya satu-satunya ini.”
Jemaat Katolik Grabag
Cikal bakal pemeluk Katolik di Grabag dirintis dari pembaptisan 10 orang jemaat oleh Romo Theodorus Hardjowasito, di rumah Hadi Sumarto Gowak, tahun 1953.
Tahun 1957, Romo Alexander Sandiwan Broto Pr melakukan pemberkatan di salah satu rumah milik Doellah, yang kemudian dijadikan tempat ibadat. Di tempat itu digelar perayaan Ekaristi pertama kali di Grabag.
Kegiatan keagamaan yang semula berada dibawah Paroki Temanggung, kemudian beralih ke Paroki St Ignatius Magelang.
Setelah Stasi Maria Fatima ditetapkan menjadi Paroki mandiri tahun 1971, kegiatan ibadat jemaat Katolik di Grabag diurus oleh para pastor dari Paroki St Maria Fatima Magelang.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Sepatu New Balance Diskon 70% Jelang Natal di Sports Station
- Analisis Roy Suryo Soal Ijazah Jokowi: Pasfoto Terlalu Baru dan Logo UGM Tidak Lazim
- Ingin Miliki Rumah Baru di Tahun Baru? Yuk, Cek BRI dengan KPR Suku Bunga Spesial 1,30%
- Meskipun Pensiun, Bisa Tetap Cuan dan Tenang Bersama BRIFINE
- Kebutuhan Mendesak? Atasi Saja dengan BRI Multiguna, Proses Cepat dan Mudah
Pilihan
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
-
Samsung PD Pasar Tablet 2026 Tetap Tumbuh, Harga Dipastikan Aman
-
Breaking News! John Herdman Jadi Pelatih Timnas Indonesia, Tunggu Diumumkan
Terkini
-
Danantara dan BP BUMN Hadirkan 1.000 Relawan, Tegaskan Peran BUMN Hadir di Wilayah Terdampak
-
Turunkan Bantuan ke Sumatera, BRI Juga akan Perbaiki dan Renovasi Sekolah
-
Pertamina Patra Niaga Gelar Khitan Massal di Cilacap, Wujud Syukur HUT ke-68 Pertamina
-
5 MPV Diesel Pilihan Rp150 Jutaan yang Worth It untuk Keluarga di Akhir 2025
-
BRI Perkuat Aksi Tanggap Bencana Alam, 70 Ribu Jiwa Terdampak Beroleh Bantuan