Scroll untuk membaca artikel
Budi Arista Romadhoni
Selasa, 30 April 2024 | 17:16 WIB
Kios penitipan motor milik Edi Mulyono (70 tahun) di Terminal Borobudur. (Suara.com/ Angga Haksoro Ardi).

Motor ditinggal di tempat-tempat penitipan yang ada di terminal. “Kalau motor nginap, ongkos titipnya Rp5 ribu. Kalau dua hari Rp10 ribu,” kata Edi Mulyono (70 tahun).

Edi pemilik tempat penitipan motor Vela di Selatan Terminal Borobudur. Dia menyediakan ruang penitipan motor seluas 24 meter persegi.

Menurut Edi, pengguna jasa penitipan motor kebanyakan orang-orang yang bekerja atau berdagang di Purworejo. Penitipan motor buka 24 jam karena jadwal orang yang datang dan pergi tidak pasti.

“Biasanya pagi jam 5 sudah buka. Kalau ada yang datang malam dari Purworejo ya tetep buka. Saya tidur disini. Kalau tidak di sini ya tidur di warnet.”

Baca Juga: Potret Umat Buddha Doa Bersama di Candi Borobudur untuk Palestina

Dulu saat bus bumel jurusan Magelang-Purworejo masih banyak beroperasi, jasa penitipan motor milik Edi Mulyono ramai sekali. Hampir tiap hari penitipan motornya penuh terisi.

Begitu juga saat Bus Rapid Transit (BRT) Trans Jateng jurusan Borobudur-Terminal Kutoarjo resmi beroperasi tahun 2020, jasa penitipan motor laris manis.

Biayai Anak Hingga Kuliah

Dari pendapatan usaha penitipan motor, warnet, dan sewa Play Station di kios kontrakan di terminal, Edi bisa menyekolahkan 4 orang anaknya hingga perguruan tinggi.

“Dulu alhamdulillah. Sek abot-abote nyekolahke lare rejekine paringi gampang. Jadi anak-anak bisa sampai kuliah semua.”

Baca Juga: Ini Sejarah Candi Borobudur dan Candi Prambanan, Tonggak Berdirinya Mataram

Putri pertama Edi, lulusan Institut Teknologi Telkom Purwokerto. Sekarang sambil mengajar di Institut Telkom, melanjutkan studi S2 di Malaysia.

Load More