Scroll untuk membaca artikel
Budi Arista Romadhoni
Jum'at, 16 Agustus 2024 | 16:19 WIB
Polisi memeriksa tempat kejadian perkara (TPK) kasus bunuh diri dr. Aulia Risma Lestari di indekosnya di Kelurahan Lempongsari, Kecamatan Gajahmungkur, Kota Semarang, Kamis (16/8/2024). (Suara.com/Sigit AF)

SuaraJawaTengah.id - Dokter Aulia Risma Lestari ditemukan tidak bernyawa di indekosnya di Kelurahan Lempongsari, Kecamatan Gajahmungkur, Kota Semarang, Senin (12/08/2024) malam. Namun, kabar tersebut baru viral di media sosial X pada, Rabu (14/08/2024) malam.

Kematian dr. Aulia yang masih berusia 30 tahun itu meninggalkan banyak pertanyaan, sekaligus mengungkap sisi kelam pendidikan di dunia kedokteran.

Diketahui, dr. Aulia bekerja di RSUD Kardinah Tegal sejak 2019. Dia merupakan ASN tenaga kesehatan yang berprofesi sebagai dokter umum.

Karena kepintarannya, dia mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan ke Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Anestesi Universitas Diponegoro (Undip) Semarang. Biaya pendidikan ditanggung oleh Pemerintah Kota Tegal.

Baca Juga: Airlangga Mundur, Peta di Pilwakot Semarang Berpotensi Berubah, Peluang Dico Semakin Berat?

Datang ke Fakultas Kedokteran Undip dengan keistimewaan beasiswa ternyata tak membuat dr. Aulia diperlakukan baik. Di buku hariannya, dia menuliskan bahwa dirinya sering menjadi korban perundungan.

Sepenggal catatan di buku hariannya yang tersebar di media sosial bahkan mengungkapkan bahwa dirinya juga menjadi korban pelecehan seksual verbal.

Di samping itu, korban merasakan siklus kerja yang berat di mana dia harus berangkat pagi dan pulang dini hari. dr. Aulia saat meninggal berstatus mahasiswi semester 5 di Program Studi Anestesi Undip yang ada di RSUP Dr. Kariadi.

Tekanan kerja dan perundungan itulah yang diduga kuat membuat dr. Aulia mengakhiri hidup.

Polisi Sebut Korban Tidak Bunuh Diri

Baca Juga: Skandal Dana Pensiun PDAM Semarang: Mantan Dirut Diseret ke Meja Hijau!

Kapolsek Gajahmungkur Kompol Agus Hartono menyampaikan bahwa kasus meninggalnya dr. Aulia bukanlah bunuh diri. Korban diduga mengalami depresi. Untuk  menenangkan diri, dr. Aulia menyuntikkan obat penenang ke lengannya untuk bisa tidur.

"Uratnya kemudian mengendor dan akhirnya gagal napas. Ini asumsi dari dokter, jadi tidak bunuh diri," katanya saat ditemui, Kamis (15/8/2024).

Kendati begitu, Kompol Agus tidak menampik bahwa korban mengalami depresi karena tekanan dari faktor eksternal. Faktor tersebut adalah tekanan kerja pendidikan dokter spesialis dan tekanan dari seniornya.

"Pelajaran ini (dokter spesialis) berat, termasuk menghadapi seniornya," ujar dia.

Kompol Agus telah bertemu dengan pihak keluarga korban. Menurutnya, ibu korban telah ikhlas atas kematian anaknya.

Dari penuturan ibunya, dr. Aulia sering bercerita ingin kelaur dari PPDS. Namun, ibunya menyarakan agar hal tersebut tidak dilakukan.

"Ibu korban selalu menyemangati anaknya supaya kuat. Saat tiba di Semarang, ibunya juga tidak menangis, berarti sudah tahu permasalahan anaknya," katanya.

Undip Membantah

Kabar viralnya dr. Aulia Risma Lestari yang bunuh diri karena diduga menjadi korban perundungan kemudian direspons tegas oleh Rektor Undip Suhartomo.

Melalui Manager Layanan Terpadu dan Humas Utami Setyowati, Rektor Undip membantah dugaan dr. Aulia bunuh diri karena perundungan.

"Dari investigasi internal kami, hal tersebut tidak benar. Almarhumah selama ini merupakan mahasiswi yang berdedikasi dalam pekerjaannya," tulis pernyataan resmi Rektor Undip yang dibacakan Utami di hadapan awak media, Kamis (15/08/2024).

Utami menyampaikan dr. Aulia mempunyai masalah kesehatan yang berpengaruh terhadap proses belajar yang sedang ditempuh. Kendati begitu, dia tidak menyebutkan penyakit apa yang diderita dr. Aulia untuk menjaga privasi dan nilai-nilai konfidensialitas medis.

Utami membenarkan bahwa korban sempat mempertimbangkan mengundurkan diri karena masalah kesehatan yang dideritanya. Namun, karena dr. Aulia merupakan penerima beasiswa sehingga terikat dengan berbagai ketentuan.

Dugaan yang mencuat adalah korban harus membayar denda Rp500 juta jika mengundurkan diri. Terkait kabar ini, Undip enggan meresponsnya.

Utami mengatakan pihaknya sangat terbuka dengan fakta-fakta valid di luar hasil investigasi. Pihaknya juga telah menerapkan gerakan zero bullying yang dipantau secara aktif oleh Tim Pencegahan dan Penanganan Perundungan dan Kekerasan Seksual pada Fakultas Kedoteran Undip sejak 1 Agustus  2023.

Saat ditanya wartawan terkait metode investigasi internal yang dilakukan Undip, Utami tidak bisa menjelaskannya, termasuk soal siapa saja saksi yang diperiksa.

"Kami belum detail mendalam, kami hanya sebatas merespons terkait meninggalnya almarhumah," kata dia.

Kementerian Kesehatan melalui surat Nomor: TK.02.02/D/44137/2024 menutup Program Studi Anestesi Undip yang ada di RSUP Dr. Kariadi karena kasus perundungan hingga menyebabkan bunuh diri.

Penutupan sementara itu berlaku sampai dengan dilakukannya investigasi dan langkah-langkah yang dapat dipertanggungjawabkan oleh jajaran direksi RSUP Dr. Kariadi dan Fakultas Kedokteran Undip.

"Undip siap berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait untuk mengklarifikasi, mendiskusiakan, dan melakukan penanganan lebih lanjut," kata Utami.

IDI Dorong Pihak Berwajib Usut Kasus Ini

IDI Jawa Tengah menggelar konferensi pers kasus bunuh diri dr. Aulia Risma Lestari, Kamis (16/8/2024). (Suara.com/Sigit AF)

Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Jawa Tengah mendorong pihak berwajib untuk mengusut tuntas kasus kematian dr. Aulia Risma Lestari. Pihaknya bahkan siap dilibatkan untuk mendalami kasus ini.

"Kami memberikan dorongan dan dukungan kepada pihak-pihak berwajib untuk mendalami kasus tersebut sehingga masalahnya bisa selesai," kata Ketua IDI Jateng Telogo Wismo Agung Durmanto.

Menurutnya, menjadi mahasiswa PPDS memang memiliki tekanan yang luar biasa, baik tekanan fisik maupun tekanan mental.

Terkait temuan bahwa mahasiswa PPDS harus mengikuti pendidikan dari pukul 06.00-12.00 WIB, pihaknya menyusulkan untuk dilakukan evaluasi.

"Harus ada evaluasi, karena yang dihadapi adalah manusia, kalau mahasiswa PPDS kelelahan pasti tidak maksimal," ujarnya.

Kontributor : Sigit Aulia Firdaus

Load More